Riset CNBC Indonesia

Kebangkitan Taliban dan Ancaman Ekonomi Afghanistan

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 August 2021 07:30
Pejuang Taliban berjaga di depan gerbang utama menuju istana kepresidenan Afghanistan di Kabul, Afghanistan, Senin, 16 Agustus 2021. (AP/Rahmat Gul)
AP/Rahmat Gul

Perang saudara di Afganistan membuat rakyat menderita. Badan PBB untuk Pengungsi (UNHCR) mengungkapkan hampir 400.000 orang penduduk Afganistan terpaksa meninggalkan kediaman mereka sejak awal tahun ini. Sebelumnya, sudah ada 2,9 juta orang pengungsi Afganistan yang berada di berbagai negara.

"UNHCR mendesak komunitas internasional untuk membantu memecahkan masalah ini. Negara-negara tetangga Afganistan hendaknya membuka pintu dengan meningkatnya intensitas krisis di Afganistan," tegas Shabia Mantoo, Juru Bicara UNHCR, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Konflik di Afganistan tidak hanya menyebabkan tragedi kemanusiaan. Di aspek ekonomi, Afganistan juga diperkirakan bakal terpukul.

Mengutip laporan Bank Dunia, ekonomi Afganistan selama ini sangat tergantung dari bantuan dari para donor. Afghanistan Reconstruction Trust Fund yang dikelola Bank Dunia telah menghimpun dana bantuan sebesar US$ 12,9 miliar.

"Ekonomi Afganistan sangat rentan karena ketergantungan yang tinggi terhadap bantuan. Sektor swasta tidak berkembang, dan tenaga kerja kebanyakan terserap di sektor pertanian dengan produktivitas rendah. Sekitar 44% tenaga kerja bekerja di sektor pertanian dan 60% rumah tangga bergantung dari sektor tersebut," tulis laporan Bank Dunia.

Di sisi pemerintahan, Bank Dunia mencatat 75% belanja negara di Afganistan didanai oleh hibah. Konflik berkepanjangan membuat anggaran pertahanan menjadi sangat tinggi, sekitar 28% dari Produk Domestik Bruto (PDB), yang membuat alokasi ke sektor lain menjadi minim.

Membanijrnya bantuan dunia kepada Afganistan membuat ekonomi negara ini tumbuh tinggi. Pada 2003-2012, PDB Afganistan rata-rata tumbuh 9,4% per tahun. Namun pada 2015-2020, bantuan donor mulai berkurang sehingga ekonomi Afganistan hanya tumbuh rata-rata 2,5% per tahun.

"Jumlah bantuan turun dari sekitar 100% terhadap PDB pada 2009 menjadi 42,9% pada 2020. Hibah yang berkurang ini membuat sektor jasa mengalami kontraksi, sehingga menyebabkan penurunan serapan tenaga kerja dan pendapatan rumah tangga," sebut laporan Bank Dunia.

Apalagi banyak negara yang mengurangi jumlah pasukan di Afganistan. Pada 2011, total pasukan asing di Afganistan mencapai lebih dari 130.000 orang dan saat ini tinggal tersisa sekira 10.000 orang. Ini tentu mengurangi permintaan secara signifikan.

Halaman Selanjutnya --> Taliban Berkuasa, Bantuan Bakal Seret

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular