Hati-hati, Ekonomi RI Kuartal III Bisa Minus Lagi!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 July 2021 13:10
Suasana Mal Saat Pemberlakukaan PPKM Darurat (
Foto: Suasana Mal Saat Pemberlakukaan PPKM Darurat (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan depan, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2021. Hasilnya sepertinya positif, Indonesia bakal keluar dari 'jurang' resesi.

Misalnya, Bank Danamon memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Tanah Air pada kuartal II-2021 tumbuh. 5,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Sementara Maybank Indonesia lebih optimistis dengan 'ramalan' 6,41% yoy. Kemudian Mirae Asset punya proyeksi lebih tinggi lagi yaitu 6,75%.

Ekonomi Ibu Pertiwi pada kuartal II-2021 dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq) juga diperkirakan tumbuh. Proyeksi Bank Danamon, Maybank Indonesia, dan Mirae Asset masing-masing berada di 2%, 2,71%, dan 3,04%.

Dengan demikian, putus sudah rantai pertumbuhan negatif (kontraksi) yang dialami Indonesia selama empat kuartal beruntun alias setahun. Akhirnya Indonesia bisa 'lulus' dari ujian resesi.

xgrowth

Sepertinya efek basis yang rendah (low-base effect) sangat terasa pada kuartal II-2021. Sebab pada kuartal II-2020, ekonomi Indonesia menyentuh titik nadir dengan kontraksi lebih dari 5%. Ini adalah pencapaian terendah sejak 1999.

Pada kuartal II tahun lalu, pandemi virus corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) sedang parah-parahnya melanda Indonesia. Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terpaksa membatasi aktivitas dan mobilitas rakyat melalui kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Awal 2021, kondisi sudah jauh lebih baik. Kehadiran vaksin anti-virus corona berhasil menekan angka kasus positif sehingga pemerintah memberi kelonggaran. 'Keran' aktivitas dan mobilitas warga mulai dibuka, meski tetap ada pembatasan di sana-sini. Tidak hanya di Indonesia, negara-negara lain pun mengalami situasi serupa.

Perkembangan ini membuat ekonomi bersemi kembali. Konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor pulih dengan cepat.

BPS mencatat nilai ekspor barang pada kuartal II-2021 adalah US$ 50,8 miliar. Melonjak 54,27% dibandingkan kuartal II-2020.

ekspor

Investasi pun melesat. Kemarin, Kementerian Investasi/Badan Pusat Koordinasi Penanaman Modal mengumumkan realisasi investasi pada kuartal II-2021 adalah Rp 223 triliun. Tumbuh 16,2% yoy.

Halaman Selanjutnya --> Kuartal III Bakal Lain Ceritanya

Namun, kuartal III-2021, yang sedang kita jalani sekarang, sepertinya bakal berbeda. Pandemi virus corona kembali mengganas akibat kehadiran varian delta yang lebih menular dari sebelumnya.

Per 27 Juli 2021, Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah pasien positif corona di Indonesia mencapai 3.239.936 orang. Bertambah 45.203 orang dari hari sebelumnya.

Tambahan 45.203 orang pasien baru membuat Indonesia berada di posisi kedua dunia dalam hal kasus harian. Hanya lebih baik dari Amerika Serikat (AS) yang mencatatkan 61.581 orang pasien baru.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif corona di Tanah Air bertambah 44.601 orang per hari. Jauh lebih tinggi ketimbang rerata 14 hari sebelumnya yaitu 32.790 orang per hari.

Dinamika ini membuat Presiden Jokowi kembali harus mengambil aksi. Pada 3-20 Juli 2021, pemerintah menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Selepas itu ada PPKM Level 4.

Salah satu aturan dalam PPKM Darurat dan Level 4 adalah pekerja di sektor non-esensial dan non-kritkal 100% bekerja dari rumah (work from home). Radhika Rao, Ekonom DBS, menilai sektor formal bisa lebih beradaptasi dengan aturan ini.

Namun masalahnya, ekonomi Indonesia masih didominasi sektor informal. Per Februari 2021, hampir 60% pekerja di Indonesia bekerja di sektor informal.

nakerSumber: BPS

Sektor informal ini yang sangat terpukul oleh kebijakan PPKM. Mereka yang bekerja di sektor informal mengandalkan pendapatan harian, yang tentu sangat berkurang jika warga diimbau untuk #dirumahaja. Tidak cuma berkurang, bahkan mungkin tidak sedikit yang hilang sama sekali.

"Oleh karena itu, sepertinya konsumsi pada kuartal III-2021 akan lebih lambat. Ini adalah konsekuensi yang wajar di tengah ketidakpastian pendapatan dan lapangan kerja," sebut Rao dalam risetnya.

Saat konsumsi berkurang, maka minat investasi dunia usaha akan ikut turun. Jadi sudah dua pos yang terpukul, konsumsi rumah tangga dan investasi.

Ekspor pun kemungkinan akan terpengaruh. Pasalnya, virus corona varian delta kini menyebar di hampir 100 negara. Berbagai negara pun mulai kembali 'mengunci' aktivitas dan mobilitas warganya untuk menekan laju penularan virus. Permintaan eksternal menjadi lemah, ekspor Indonesia bakal menderita.

Dengan berbagai perkembangan tersebut, Rao punya proyeksi yang agak mengkhawatirkan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara kuartalan (qtq) kemungkinan bakal kembali negatif.

"Kami masih memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh secara qtq pada kuartal II, tetapi akan ada kontraksi pada kuartal III. Dengan demikian, proyeksi pertumbuhan ekonomi sepanjang 2021 kami revisi menjadi 3,5% dari sebelumnya 4%," ungkap Rao.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular