Harga Mobil Listrik RI Diramal Bisa Turun ke Rp 200 Juta lho

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
26 July 2021 19:47
Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) resmi menggunakan mobil listrik sebagai kendaraan dinas untuk pertama kalinya. Hari ini, Selasa (29/12) PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) secara resmi menyerahkan tiga unit mobil listrik kepada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil atau yang akrab disapa Kang Emil. Ketiga mobil tersebut adalah 2 unit IONIQ Electric dan 1 unit KONA Electric. (Dok: Istimewa)
Foto: Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) resmi menggunakan mobil listrik sebagai kendaraan dinas untuk pertama kalinya. Hari ini, Selasa (29/12) PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) secara resmi menyerahkan tiga unit mobil listrik kepada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil atau yang akrab disapa Kang Emil. Ketiga mobil tersebut adalah 2 unit IONIQ Electric dan 1 unit KONA Electric. (Dok: Istimewa)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah terus mendorong pemakaian kendaraan listrik, selain untuk mengurangi emisi, juga untuk mengurangi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang lebih banyak dipenuhi dari impor.

Direktur Utama PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengatakan, pada 2030 nanti sebesar 30% kendaraan di Indonesia akan berbasis listrik alias Electric Vehicle (EV).

"Kita di 2030, 30% dari kendaraan kita basis EV, dalam jumlah 1 tahun 600.000 unit roda empat, two wheels 1,5-2 juta (2030)," paparnya dalam webinar Media Group News Summit Series bertajuk Indonesia Green Summit 2021, Senin (26/07/2021).

Lebih lanjut dia mengatakan, kondisi saat ini harga kendaraan listrik masih mahal, namun ke depan, dengan dibangunnya industri kendaraan listrik terintegrasi di Tanah Air, dia meyakini harga kendaraan listrik akan turun menjadi di kisaran harga Rp 150-200 juta untuk mobil listrik dan Rp 17-18 juta untuk motor listrik.

"Kondisi sekarang agak mahal Tesla dan lainnya, ke depan bagi Indonesia ciptakan EV dengan range harga Rp 150-200 juta roda empat dan roda dua mungkin di Rp 17-18 juta ini sudah baik," paparnya.

Toto menjelaskan IBC didirikan untuk menggarap industri baterai terintegrasi dari hulu sampai ke hilir, juga membangun smelter dengan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF). Ini juga dilakukan guna menciptakan energi terbarukan dan mendorong ekosistem EV yang sangat krusial.

"Dalam satu tahun, penggunaan mobil berbasis BBM menghasilkan emisi karbon 4.000 kg (CO2) per tahun, tapi kalau gunakan EV, kendaraan berbasis electricity, maka emisi kita nol, ini hal yang penting dorong industri baterai EV, ini dorong ekosistem EV, ini kunci utama," jelasnya.

Selain membangun industri baterai untuk kendaraan listrik, baterai yang akan dihasilkan dari IBC ini nantinya juga diharapkan berguna untuk penyimpanan energi atau Energy Storage System (ESS) bagi pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan.

ESS ini ditujukan untuk mendukung pembangunan pembangkit EBT yang memiliki karakter pasokan listrik berjeda atau intermittent seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

"Diperlukan baterai untuk bisa menyimpan energi itu. Itulah dua hal peran utama dari beterai IBC," imbuhnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Punya Pesaing, Filipina Juga Bangun Pabrik Baterai EV

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular