Sejarah Transportasi DKI, Dari Kuno Jadi Secanggih Singapura
Jakarta, CNBC Indonesia -- Sistem transportasi yang canggih dan terintegrasi menjadi hal yang didambakan masyarakat, terutama yang bekerja di perkotaan yang memiliki mobilitas tinggi. Salah satu kota yang memiliki sistem transportasi terintegrasi dan sarat teknologi yang memudahkan warganya seperti di Singapura dan Seoul, Korea Selatan.
Singapura fokus membangun berbagai jenis transportasi massal, seperti peremajaan bus, perluasan jangkauan trayek, pengadaan MRT (Mass Rapid Transport) sampai LRT berteknologi canggih. Negara ini menyadari mobilitas penduduk dan wisatawan adalah salah satu bagian penting untuk membuat ekonomi bergerak.
Memiliki sistem transportasi DKI Jakarta bisa secanggih Singapura pun bukan hanya angan-angan belaka. Saat ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang didukung oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian BUMN dan Kemehub tengah melakukan berbagai integrasi angkutan umum untuk memberikan kemudahan mobilitas warga DKI Jakarta dan sekitarnya.
Kini Jakarta memiliki berbagai transportasi canggih yang menghubungkan pusat kota dengan wilayah aglomerasi, seperti MRT, LRT, Commuter Line, hingga TransJakarta.
Sebelum semua transportasi hadir, warga Jakarta juga pernah merasakan berbagai jenis angkutan umum, mulai dari yang memiliki teknologi sederhana hingga berteknologi tinggi.
Berikut daftar alat transportasi di DKI dari masa ke masa:
1. Delman
Delman merupakan kereta dengan dua roda yang ditarik kuda. Nama Delman berasal dari nama penemunya, Ir Charles Theodore Deeleman. Dia adalah insinyur dan juga ahli irigasi yang memiliki bengkel besi di pesisir Batavia yang menjadi Jakarta saat ini.
Seorang kusir duduk di depan mengendalikan jalannya kuda yang menarik delman. Sedangkan penumpang duduk di dalam, di belakang kusir, dengan duduk berhadap-hadapan. Meski kebanyakan delman merupakan sewaan namun ada juga yang merupakan milik pribadi.
2. Becak
Pada 1950-an becak merupakan salah satu 'primadona' transportasi di Jakarta. Sejarawan Susan Abeyasekere dalam bukunya, 'Jakarta: A History', pada tahun 1970 terdapat 92.650 becak yang terdaftar di Jakarta. Diperkirakan jika dijumlah dengan becak yang tidak terdaftar, maka angkanya bisa mencapai 150 ribu.
Meski demikian, eksistensi becak akhirnya tersingkir karena jalannya yang lamban dan dinilai sebagai alat transportasi yang mengeksploitasi manusia.
3. Trem
Trem sudah ada di Batavia (nama Jakarta kala itu) sejak pertengahan 1800 hingga 1900-an. Mulanya trem kuda yang mampu mengangkut 40 orang hadir pada 1869. Keberadaan trem kuda ditulis dalam buku 'Kisah Betawi Tempo Doeloe: Robin Hood Betawi' karya Alwi Shahab.
Seiring perkembangan teknologi, keberadaan trem kuda lantas digantikan dengan trem uap yang muncul sekitar 1881. Pada 1950-an ada sekitar 5 lintasan atau lin dalam bahasa Belanda. Lin-lin itu antara lain melintasi Kampung Melayu, Jalan Cut Mutia, Jalan Tanah Abang Raya (sekarang Jalan Abdul Muis), Harmoni, dan Pasar Ikan. Operasi trem ini kemudian dihentikan pada 1959
(dob/dob)