Cerita Lumpuhnya Sistem Bea Cukai & Kerugian Pengusaha

Maikel Jefriando, CNBC Indonesia
15 July 2021 08:25
ekspor
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno meyakini ada penurunan yang cukup signifikan dari transaksi normal. Sehingga menimbulkan kerugian bagi dunia usaha.

Nilai ekspor Indonesia pada Mei 2021 mencapai US$16,60 miliar. Bila dibagi per hari dengan kurs Rp 14.500/US$ maka transaksi ekspor mencapai Rp 8 triliun.

"Kita belum hitung dari seluruh Indonesia tapi dari asumsi saya ada 15% (penurunan). Lumayan gede (nilainya) agregat ekspor kita sebulan, satu hari sudah berapa? Itu ekspor-impor, nggak cuma keluar, jadi keluar-masuk barang," kata Benny kepada CNBC Indonesia.

Sistem pengiriman dan penerimaan barang pun menjadi terganggu akibat kondisi tersebut. Apalagi ada tambahan biaya besar yang menjadi tanggungan pelaku usaha saat sistem error.

"Para importir buah-buahan dan sayuran segar sangat terdampak yang akibatnya menambah biaya-biaya penumpukan, listrik untuk pendingin kontainer yang biaya rata-rata Rp 2.1 juta/ kontainer 40 feet untuk 3 hari pertama sejak tiba," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Eksportir Importir Buah dan Sayuran Indonesia (Aseibsindo) Hendra Juwono kepada CNBC Indonesia.

Selain itu, ada juga tanggungan tambahan progressive charge di hari keempat sampai kontainer keluar pelabuhan. Beban tersebut harus menjadi tanggungan pelaku usaha, termasuk biaya tanggungan importir dari yang perusahaan pelayaran saat kargo masih berada di dalam kontainer

"Dan akan ada biaya extra demurrage charges dari penyewaan kontainer-kontainer pula. Eksportir mana mau tahu, jadi semuanya biaya dan risiko otomatis ditanggung oleh importir-importirnya," kata Hendra.

(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular