Bertahan dari Pandemi

Pengusaha 'Nangis Darah', Kendaraan Diobral Jadi Besi Kiloan

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
12 July 2021 17:25
Bangkai Busway TransJakarta di Bogor (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Bangkai Busway TransJakarta di Bogor (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak pengusaha yang harus menjual aset untuk bertahan di masa pandemi, salah satunya di sektor otobus. Sudah banyak pengusaha bus yang menjual aset untuk bertahan supaya bisa beroperasi.

Kondisi ini dibenarkan oleh Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia, Kurnia Lesani, banyak pengusaha bus, yang menjual aset untuk bertahan terutama operator bus pariwisata.

"Benar, terutama operator bus yang tidak dalam trayek atau bus pariwisata," katanya, kepada CNBC Indonesia Senin, (12/7/2021).

Permasalahan pengusaha bus saat ini adalah pembayaran kewajiban yang harus dibayarkan kepada bank atau perusahaan leasing. Hal ini karena sedikitnya pendapatan yang diperoleh angkutan bus setiap bulan.

Ipomi belum memiliki data berapa kendaraan perusahaan bus yang ditarik oleh leasing, atau unit bus yang dijual. Sebagai contoh pada bulan lalu di Provinsi Bali sudah ada 2.500 kendaraan pariwisata yang ditarik oleh leasing, menurut data Persatuan Perusahaan Angkutan Pariwisata Bali (PAWIBA).

Sementara, Pemilik dari PO Sumber Alam, Anthony Steven Hambali, juga membenarkan banyak pengusaha bus yang menjual aset untuk bertahan di masa pandemi. Terlihat dari banyaknya penawaran aset bus di media sosial hingga toko belanja online. Bahkan perusahaannya juga sudah melakukan hal serupa dari tahun 2020 lalu.

"Itu ada 50 unit yang sudah kita jual. Dan itu kita jual dengan harga rongsok atau tidak ada nilai fungsi, besi kiloan itu," jelasnya.

Anthony menjelaskan permasalahan sampai saat ini adalah sudah banyak perusahaan otobus yang tidak bisa membayar kewajiban kepada leasing, bahkan kepada karoseri. Pemberian restrukturisasi keuangan perusahaan bus tahun lalu hanya menghilangkan bunga yang dibayarkan. Sementara pembayaran cicilan pokok terus berlanjut. Masalahnya pengusaha sudah banyak yang tidak mampu membayar itu.

"Saya juga masih ada kendaraan yang nyangkut di karoseri tidak bisa diambil kendala dana. Situasinya sekarang kita sudah harus jual aset untuk pertahankan cash flow," jelasnya.

Adanya pandemi ditambah pengetatan mobilisasi masyarakat PPKM Darurat membuat okupansi bus hanya berkisar 20% tiap keberangkatan bus. Selain perusahaan bus memberangkatkan penumpang dalam kondisi rugi, karena biaya operasi tidak terbayar dari jumlah penumpang.

"Kita jual aset ya karena supaya bisa subsidi angkutan yang jalan. Banyak yang jalan tapi kondisi rugi. Kita harus punya cash untuk tutup itu. Sementara kalau kita tidak berangkat penumpang akan pindah ke kompetitor," katanya, sambil menjelaskan saat ini hanya mengoperasikan bus 15 unit dari 100 unit total armada.

Dia berharap pemerintah lebih bijak dan peduli kepada nasib pengusaha otobus. Karena pengusaha merasa angkutan darat dianaktirikan soal subsidi, beda dengan angkutan penerbangan.

"Kita tidak meminta uang kita tahu APBN terbatas, tapi paling tidak alokasi vaksin bisa ke terminal jangan hanya bandara. Jadi masyarakat kelas menengah ke bawah masih bisa bergerak," jelasnya.

Beda dengan yang lain, Managing Director PT Eka Sari Lorena Tbk (LRNA), Dwi Ryanta Soebakti, menyatakan perusahaannya tidak melakukan penjualan aset pada masa pandemi ini untuk bertahan, karena perusahaan tidak memiliki kewajiban pembayaran.

"Kalau Lorena Transport dan Karina Transport tidak ada. Kami kebetulan tidak mempunyai kewajiban yang besar ke institusi perbankan. Jadi masih bisa bertahan dengan melakukan efisiensi di segala lini, sejak Maret 2020. Seberat apapun ekonomi 1,5 tahun ini kami masih aman dan yakin bertahan," jelasnya kepada CNBC Indonesia.

Hanya saja untuk proyeksi semester kedua tahun ini, pihaknya pesimistis karena meledaknya kasus Covid - 19 yang berdampak pada pengetatan PPKM Darurat. Paling tidak harapan optimistis baru mulai terjadi pada 2022 mendatang.

"Sampai akhir tahun saya tidak yakin. Tahun 2021 saya yakin ekonomi kita makin terpuruk. Mudah mudahan 2022 baru mulai perlahan membaik," katanya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bisnis Bus di Ambang Bangkrut, Pengusaha: Kami Sakit Parah!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular