Lepas Dari Resesi, Ekonomi RI Sudah Kembali Kayak 2019?

News - Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
07 July 2021 15:42
Infografis/ 45 Negara Resmi resesi, Ri Di Ujung Tanduk/Aristya Rahadian Krisabella Foto: Infografis/ 45 Negara Resmi resesi, Ri Di Ujung Tanduk

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun ini diperkirakan Indonesia akan keluar dari jurang resesi. Pemerintah sangat yakin ekonomi kuartal II tumbuh positif, bahkan menyentuh level 7%.

Atas kondisi tersebut pemerintah mengklaim laju perekonomian Indonesia pada 2021 juga akan lebih tinggi dibandingkan tahun 2019 sebelum resesi.

Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Raden Pardede menjelaskan, ekonomi melemah pada 2020 dengan penerimaan turun 8% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), yang membuat pertumbuhan ekonomi hanya tumbuh 2%.

Pemerintah pun berharap pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang tahun 2021 bisa tumbuh pada rentang 3,7% sampai 4,5% dan bisa menekan defisit APBN hingga 5,3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini kata Raden tercermin dari pemulihan ekonomi yang berlangsung saat ini.

"Kita ambil yg paling rendah dan sebetulnya dibanding 2020 pertumbuhan sekitar 2%, 3,7% di 2021. Sebetulnya ekonomi kita sekitar 1% lebih sedikit di atas 2019," jelas Raden dalam sebuah webinar yang diselenggarakan Indef, Rabu (7/7/2021)

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 diketahui mencapai 5,02% secara tahunan. Kemudian, defisit yang diproyeksikan Raden tersebut diketahui lebih rendah dari outlook UU APBN 2021 yang sebesar 5,7% dari PDB.

"Karena pengeluaran di 2020 naik signifikan, dan 2021 kita masih mengalami defisit 5,3% sampai 5,7% di 2021 ini, jadi masih cukup besar. Ini karena pengeluaran pemerintah di 2021 masih tinggi dan naik," ujarnya lagi.

Proyeksi defisit yang bisa lebih rendah tersebut optimistis bisa menyentuh 5,3% terhadap PDB, karena kata Raden pertumbuhan ekonomi pada Kuartal II-2021 sampai Kuartal IV-2021 masih berada dalam zona positif.

Prediksinya, keseluruhan tahun 2021, ekonomi di tanah air bisa tumbuh 3,7% sampai 4,5% secara tahunan atau year on year (yoy).

Adanya pertumbuhan ekonomi yang masih minus 0,74% pada Kuartal I-2021 membuat penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) masih tertekan. Namun setelahnya akan tumbuh positif. Meskipun setoran pajak ini dibandingkan 2019 masih rendah.

Data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menunjukkan, memang posisi defisit APBN di semester I-2021 baru mencapai Rp 283,2 triliun, atau setara dengan 1,72% PDB, atau lebih rendah 3,89% dari outlook defisit akhir 2021 yang ditetapkan oleh pemerintah.

Adapun, realisasi defisit APBN dalam enam bulan tersebut disebabkan oleh belanja negara yang mencapai Rp 1.170,1 triliun, tumbuh 9,4% yoy. Sementara pendapatan negara tercatat sebesar Rp 886,9 triliun, naik 9,1% secara tahunan.

Jika berkaca pada tahun lalu, pemerintah telah diberikan relaksasi untuk mencapai defisit sebesar 6,34% dari PDB. Namun realisasinya daya tahan fiskal lebih kuat. Kemenkeu mencatat realisasi defisit sepanjang 2020 lebih rendah dari outlook yakni 6,09% dari PDB.

Raden mengatakan, meski defisit tahun ini bisa ditekan, tapi masih lebih besar dari defisit saat periode sebelum pandemi, yakni pada 2019 defisit APBN tercatat sebesar 1,76% dari PDB.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Buka-Bukaan Sri Mulyani Soal RI Berhasil Keluar dari Resesi!


(mij/mij)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading