Curhat Bos Pedagang Pasar Pramuka Soal Stok Obat Terapi Covid

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
07 July 2021 11:45
Pedagang melayani pengunjung di Pasar Pramuka, Jakarta, Rabu (30/6/2021). Tingginya kasus positif Covid-19 di Jakarta membuat penjualan alat kesehatan, obat, dan vitamin di Pasar Pramuka meningkat hingga 100 persen. Salah satu pedagang di Pasar Pramuka mengatakan untuk obat-obatan vitamin paling banyak di konsumsi. Iya mengatakan vitamin C yang banyak dibeli karena dianggap mampu meningkatkan imunitas tubuh di masa pandemi. Meski banyaknya permintaan, para pedagang pasar tidak menaikkan harga. Harga jual vitamin yang berkisar mulai dari Rp30 ribu hingga di atas Rp100 ribu. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Suasana Penjualan Obat dan Alat Kesehatan di Pasar Pramuka. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pedagang obat-obatan di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, mengaku tengah kekosongan stok obat terapi Covid-19 dalam beberapa hari terakhir ini. Padahal, pasar ini kerap menjadi acuan keberadaan stok obat.

Alhasil, masyarakat yang membutuhkan obat-obatan juga harus lebih bersabar. Di sisi lain, kebutuhan obat-obatan juga kian tinggi seiring peningkatan kasus Covid-19, di mana kemarin, Selasa (06/07/2021) kasus Covid-19 harian kembali mencetak rekor baru yakni penambahan 31.189 kasus baru.

"Persediaan udah kosong 3 hari ini. Jenis yang disebutkan pemerintah, 11 item itu udah kosong," kata Ketua Harian Himpunan Pedagang Farmasi Pasar Pramuka Yoyon kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (7/7/21).

Beberapa hari lalu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sudah merilis harga eceran tertinggi (HET) untuk 11 jenis obat-obatan, yakni:
1. Favipiravir 2OO mg (Tablet) Rp.22.500 per tablet,
2. Remdesivir IOO mg (Injeksi) Rp.510.000 per vial,
3. Oseltamivir 75 mg (Kapsul) Rp.26.000 per kapsul,
4. lntravenous Immunoglobulin 5% 50 ml (lnfus) Rp.3.262.300 per vial,
5. lntravenous Immunoglobulin 10% 25 ml (Infus) Rp.3.965.000 per vial.
6. lntravenous Immunoglobulin l07o 5O ml (Infus) Rp.6.174.900 per vial,
7. Ivermectin 12 mg (Tablet) Rp.7.500 per tablet,
8. Tocilizrrmab 4O0 mg/20 ml (Infus) Rp.5.710.600 per vial,
9. Tocilizumab 8o mg/4 ml (Infus) Rp.1.162.200 per vial,
10. Azithromycin 50O mg (Tablet) Rp.1.700 per tablet,
11. Azithromycin 50O mg (Infus) Rp.95.400 per vial.

Pedagang mengaku kehabisan stok karena obat-obatan tersebut banyak diburu oleh masyarakat. Di sisi lain, upaya untuk mencari distributor obat baru hampir tidak bisa dilakukan saat ini.

"Kalau memang ada yang buka distributor kita ke distributor (baru), kalau memang ada yang menyediakan. Setahu saya distributor baru nggak sebulan dua bulan dia buka karena proses izin segala macamnya cukup lama," sebut Yoyon.

Jalan keluar saat ini bukan mencari distributor baru, melainkan gerak cepat pemerintah dalam menanggulangi, termasuk pengawalan distribusi ke pedagang-pedagang obat di pasar.

"Yang pasti peran serta pemerintah yang kami butuhkan untuk mendapatkan barang-barang dari produsen, itu yang paling penting, bukan cari distributor baru. Yang dibutuhkan peran serta pemerintah untuk mengawal obat-obatan itu supaya jangan kosong, terhambat. Itu program pemerintah yang kita butuhkan. Kan pemerintah sudah keluarkan HET, ada 11 item kami pedagang itu saja bantu juga distribusi, tolong kawal," tuturnya.

Di sisi lain, Koordinator PPKM Darurat Luhut Binsar Pandjaitan meminta agar obat tetap tersedia. Selain itu, Luhut juga meminta Kepolisian menindak pelaku penimbunan yang berpotensi membuat obat langka dan mahal.

Kini pedagang obat kini yang menagih kinerja Luhut dan jajaran Pemerintahan agar bisa memastikan obat-obatan tersedia di pasar.

"Saya senang Pak Luhut omong seperti, itu saya senang banget. Itu kan ketegasan Pak Luhut, coba ditegaskan ke distributor produsen obat-obatan tolong disediakan kalo nggak, kami tangkap. Itu kami butuhkan juga," kata Yoyon.

Sayangnya, harapan itu belum tersampaikan langsung kepada Pemerintah maupun instansi terkait yang memiliki kewenangan dalam penindakan obat. Yoyon mengaku belum ada pembicaraan dengan Pemerintah dalam menangani habisnya stok obat. Karenanya, Luhut pun harus bergerak cepat bersama.

"Pak Luhut pasti ngerti masalah hukum dagang gimana, hukum pasar gimana. Kami sangat dukung apa yang dibicarakan Pak Luhut senang banget kami. Akan lebih senang lagi bagi kami pedagang, Pak Luhut pertegas juga barang nggak boleh kosong harus segera distribusikan," pinta Yoyon.

Luhut sudah menegaskan bakal menertibkan harga obat-obatan yang terus naik. Luhut mengatakan perusahaan terlalu banyak mengambil untung dari penjualan obat. Selain itu akan merazia gudang-gudang obat distributor dan importir untuk mencegah penimbunan.

"Saya ingin juga mengimbau 1,5 tahun sudah mengambil untung begitu banyak, masih sekarang masih terus begini," katanya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hati-Hati! Ini Cara Spekulan Lambungkan Harga Obat di Pasaran

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular