Corona Makin Ngeri, Pemerintah Daerah Sampai Utang Peti Mati!

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
05 July 2021 18:00
Pekerja menyelesaikan pembuatan peti untuk jenazah Covid-19 di Batu Ceper, Kota Tangerang, Banten, Jumat (2/7/2021). Produksi peti jenazah ditempat tersebut sehari bisa memproduksi 300 hingga 450 peti dengan sistem kerja tiga shift. Menurut Frans Henrik (46) Kenaikan pembuatan peti jenazah naik 100 persen, untuk harga per unit mulai dari Rp. 1,2 juta hingga Rp.1,5 juta
Foto: Pembuatan Peti Jenazah Untuk Korban Covid-19. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Permintaan peti mati dari pemerintah kian tinggi dalam dua hingga tiga pekan terakhir. Sejumlah kepala daerah pun sudah bergerak, antara lain DKI Jakarta mulai mengecek kesediaan peti mati.

Namun, proses pembayaran dari pihak pemerintah memerlukan proses yang panjang dibanding pembelian dari masyarakat umum, waktunya bisa beberapa bulan. Alhasil, pengusaha harus menalangi terlebih dahulu setiap peti mati yang dibanderol Rp 1,3 juta hingga Rp 1,5 juta. Pemerintah daerah harus berhutang dulu pada pemasok peti mati.

"(Nilai talangan) belum dihitung, yang pasti miliaran, kan harga satu peti 1 jutaan, bisa bayangin. Beberapa Pemda, kami yakin semua akan dibayar, cuma perlu waktu proses," kata Frans Henrik, Pemilik Eternity Funeral Services yang berlokasi di Jl. Daan Mogot KM 19 No.12, Jurumudi Baru, Benda, Kab Tengerang kepada CNBC Indonesia, Senin (5/7/21).

Namun, talangan itu bukan hanya berasal dari satu pemerintah daerah, melainkan beberapa pihak. Sejauh ini, ia sudah bekerjasama dan memenuhi permintaan dari Dinas Perumahan Kawasan, Pemukiman dan Pertanahan (Perkimta) Tangerang Selatan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kota Depok, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Tangerang hingga Dinas di bawah DKI Jakarta.

"Tiap hari kirim ke Jakarta minimal 300 peti mati per hari untuk Dinas Kesehatan Jakarta, minimal 400 pun kurang, angkanya terlalu tinggi," jelas Frans.

Di sisi lain, demi mendapatkan bahan baku pun tidak mudah. Produsen peti mati harus siap merogoh kocek lebih dalam karena harus membayar tunai bahan bakunya di awal. Padahal, di waktu normal pemasok masih berani untuk membayar belakangan.

"Memang harus menalangi, risiko, kita kan bantu pemerintah untuk Covid-19. Tapi ada untung nggak? Untung ada, kalau nggak untung ngapain kerja, cuma prosesnya kami teken, pasti di bawah normal. Ya untuk bantu negara," jelasnya.

Pekerja menyelesaikan pembuatan peti untuk jenazah Covid-19 di Batu Ceper, Kota Tangerang, Banten, Jumat (2/7/2021). Produksi peti jenazah ditempat tersebut sehari bisa memproduksi 300 hingga 450 peti dengan sistem kerja tiga shift. Menurut Frans Henrik (46) Kenaikan pembuatan peti jenazah naik 100 persen, untuk harga per unit mulai dari Rp. 1,2 juta hingga Rp.1,5 jutaFoto: Pembuatan Peti Jenazah Untuk Korban Covid-19. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Pekerja menyelesaikan pembuatan peti untuk jenazah Covid-19 di Batu Ceper, Kota Tangerang, Banten, Jumat (2/7/2021). Produksi peti jenazah ditempat tersebut sehari bisa memproduksi 300 hingga 450 peti dengan sistem kerja tiga shift. Menurut Frans Henrik (46) Kenaikan pembuatan peti jenazah naik 100 persen, untuk harga per unit mulai dari Rp. 1,2 juta hingga Rp.1,5 juta" jelasnya. Pantauan dilokasi, setiap truk yang datang bisa mengangkut 20 hingga 30 peti yang akan dibawa ke rumah sakit di Jakarta dan luar Jakarta. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Lonjakan permintaan peti mati sejalan melonjaknya kasus Covid-19 di Indonesia. Pada Senin (5/7), kematian akibat Covid-19 di Indonesia kembali mencetak rekor pada Senin (5/7/2021) sebanyak 558 orang. Dengan begitu total kematian di Indonesia akibat Covid-19 kini mencapai 61.140 orang.

Hari ini angka kasus baru pun mencetak rekor dan hampir menembus 30 ribu orang, atau tepatnya 29.745 orang. Dengan begitu total kasus di Indonesia mencapai 2.313.829 orang.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Merinding, Pabrik Peti Mati Kewalahan Produksi Setengah Mati

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular