Ini 'Harta Karun' Energi Terbesar RI, Tapi Serapan Kurang 1%

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia dianugerahi berbagai jenis Energi Baru Terbarukan (EBT), salah satunya energi surya. Bahkan, potensinya tak main-main, yakni mencapai sebesar 207,8 Giga Watt (GW). Maka, tak salah bila disebut sebagai salah satu 'harta karun' energi RI.
Namun sayangnya, pemanfaatannya sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) baru 153,8 Mega Watt (MW) atau hanya 0,07% alias kurang 1% dari potensi yang ada.
Hal tersebut disampaikan oleh Chrisnawan Anditya, Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Kamis (25/06/2021).
Dia mengatakan, meski pemanfaatannya belum maksimal namun dari tahun ke tahun pemanfaatan sudah mengalami peningkatan. Pada 2015 pemanfaatan baru 33,4 MW dan sampai akhir tahun 2020 sudah mencapai 153,8 MW.
"Dari potensi sebesar 207,8 GW ini, kapasitas terpasang yang dimanfaatkan baru 153,8 MW, jadi baru 0,07%, kurang 1% dari potensi yang dimiliki," ungkapnya.
Namun demikian, menurutnya perkembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) semakin masif dalam lima tahun terakhir. Hal ini terutama disebabkan karena beberapa hal, salah satunya yaitu ongkos produksi listrik dari PLTS yang semakin murah.
"Contoh kapasitas di atas 10 MW pada lima tahun lalu US$ 10 sen per kilo Watt hour (kWh) dan saat ini sudah US$ 5,81 sen per kWh. PLTS Terapung Cirata, Bali sudah ada US$ 5,5 sen dan masih ada penawaran US$ 3,68 sen, harga yang kompetitif jadi indikasi proyek PLTS dikembangkan," jelasnya.
Meski demikian, menurutnya PLTS masih menghadapi tantangan lain, seperti sifatnya intermittent (berjeda) dengan hanya bisa beroperasi 4-5 jam sehari. Namun jika menggunakan baterai dan atau dikombinasikan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), maka menurutnya pembangunan PLTS akan lebih maju lagi di Indonesia.
"Dengan PLTA ataupun dengan baterai, bisa jadi upaya dorong pengembangan PLTS lebih maju di Indonesia," lanjutnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, agar pengembangan EBT lebih masif lagi, saat ini sedang disusun Rancangan Peraturan Presiden (Perpres) tentang harga jual EBT.
"Dua skema feed in tariff dan harga patokan tertinggi, ini yang kami siapkan untuk tingkatkan pengembangan PLTS di Indonesia," ungkapnya.
[Gambas:Video CNBC]
PR Besar EBT: Kapasitas Listrik EBT Per Tahun Harus Naik 4x!
(wia)