Energi Terbarukan Lebih Murah dari PLTU Batu Bara, Beneran?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
23 June 2021 20:37
Sidrap PLTB
Foto: Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Energi Terbarukan Internasional atau International Renewable Energy Agency (IRENA) melaporkan ongkos produksi listrik dari pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) lebih murah daripada ongkos produksi listrik dari energi fosil.

Melansir dari Reuters, Rabu (23/06/2021), disampaikan bahwa dipicu biaya energi terbarukan yang lebih murah, kapasitas pembangkit listrik berbasis batu bara yang ada saat ini bisa digantikan dengan pembangkit berbasis EBT sampai dengan 800 giga watt (GW). Hal ini diperkirakan bakal menghemat sampai US$ 32 miliar per tahun dan juga mengurangi emisi CO2 sampai 3 Giga Ton.

"Karena biaya untuk pembangkit listrik photovoltaic (PV) dan angin di darat telah turun, biaya pembangkit EBT tidak hanya semakin murah daripada pembangkit listrik berbasis energi fosil yang baru, namun juga mengurangi biaya operasi dari pembangkit batu bara yang ada saat ini," IRENA melaporkan, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (23/06/2021).

Menghentikan konsumsi batu bara untuk pembangkit listrik disebut akan menjadi kunci dalam memenuhi komitmen Perjanjian Paris untuk menekan kenaikan suhu rata-rata global hingga di bawah 2 derajat Celsius pada abad ini.

International Energy Agency (IEA) memperkirakan permintaan batu bara global turun sekitar 8% pada 2020. Tahun lalu rata-rata biaya listrik atau levelized cost of electricity (LCOE) global dari penambahan kapasitas baru pembangkit listrik tenaga angin di darat turun 13% dibandingkan 2019.

Sementara LCOE angin di lepas pantai turun 9% dan PV surya skala utilitas sebesar 7%. LCOE terdiri dari biaya pembangkitan satu mega watt jam listrik, ditambah modal awal dan biaya pengembangan, biaya pembiayaan, biaya operasi dan pemeliharaan.

Antara 2010 dan 2020, LCOE PV surya skala utilitas untuk proyek baru turun sebanyak 85%, sementara angin darat turun 56% dan angin lepas pantai turun 48%.

Lebih lanjut disampaikan bahwa di Eropa biaya operasi pembangkit listrik tenaga batu bara baru jauh di atas biaya PV surya baru dan angin darat, termasuk biaya harga karbon.

Sementara itu, di Amerika Serikat dan India, biaya operasi untuk pembangkit batu bara baru lebih rendah daripada energi terbarukan karena tidak ada harga yang signifikan untuk emisi karbon.

Namun di Amerika Serikat, biaya operasi sekitar 77%-91% dari kapasitas pembangkit batu bara diperkirakan lebih mahal dari tenaga surya atau angin. Sementara di India, angkanya antara 87%-91%.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mimpi PLN: 2060 Seluruh Pembangkit RI dari Energi Bersih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular