Epidemiolog: RI Jangan Tergantung Pada 1 Jenis Vaksin

Rahajeng KH, CNBC Indonesia
22 June 2021 14:24
Vaksinasi di Stasiun Bogor, Kamis (17/6/2021). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Vaksinasi di Stasiun Bogor, Kamis (17/6/2021). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus di Indonesia kini telah mencapai 2 juta kasus dengan penambahan kasus baru yang terus memecahkan rekor. Kondisi ini patut diwaspadai karena karakteristik virus SARS Cov-2 yang menyebar di Indonesia dinilai sudah berbeda dari tahun lalu.

Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono mengatakan dibutuhkan perlindungan dari vaksinasi yang lebih masif untuk mencegah angka kesakitan menjadi lebih berat dan mengurangi korban jiwa. Meski demikian ada pula kekhawatiran banyak varian yang ada saat ini membuat vaksin yang telah diberikan kepada masyarakat tidak efektif melindungi.

"Kita sekarang menggunakan teknologi vaksin dari virus inaktivasi, paling tidak sistem imun kita mengenali semua bagian virus. Tapi bisa saja tidak begitu efektif, dibandingkan teknologi lain," kata Pandu kepada CNBC Indonesia, Selasa (22/6/2021).

Dia mengatakan Indonesia tidak boleh hanya bergantung dari satu jenis vaksin, karena sudah terbukti kombinasi vaksin bisa membantu meningkatkan efektivitas. Dengan begitu jika vaksinasi kedua bisa diberikan jenis vaksin berbeda dan menimbulkan respon jauh lebih bak, maka seharusnya bisa dipertimbangkan.

"Jika efektivitasnya meningkat dengan itu ketika digunakan, kemungkinan kita bisa menggunakan vaksin baru, untuk suntikan ketiga (bagi yang sudah menerima dua dosis). Bisa juga yang kedua kali menggunakan vaksin yang berbeda kalau tersedia. Makanya ini jangan tergantung satu jenis vaksin saja," ujarnya.

Dia menilai dalam situasi ini, kemungkinan besar potensi lonjakan lebih besar dibandingkan lonjakan Januari dan Februari yang membuat fasilitas kesehatan kewalahan. Pandu menegaskan vaksinasi tidak mencegah penularan namun bisa mencegah sakit menjadi parah, sehingga tidak perlu masuk ke rumah sakit. Dengan begitu peningkatan cakupan masyarakat yang perlu divaksinasi menurutnya harus dipercepat.

"Jadi vaksin jangan lama disimpan, vaksin bisa bermanfaat kalau langsung disuntikan. Suntikan saja dulu suntikan pertama jadi sudah ada perlindungannya. Kemudian jika sudah ada pengalaman dengan vaksin yang berbeda akan meningkatkan imunitas dan mengatasi varian baru. Karena varian baru akan terus muncul," kata Pandu.

Apalagi, virus corona sangat mudah bermutasi karena implikasi pada manusia, dan kemampuan copy materi genetik membuat virus berubah. Perubahan-perubahan ini menurutnya yang harus diwaspadai karena virus bisa menjadi lebih mematikan atau cepat menular. Selain itu, lebih sulit lagi jika mutasi tersebut tidak bisa dikenali oleh alat diagnosa yang selama ini dipakai. Jika sampai terjadi, maka objektif dari pengetesan pun menurutnya harus berubah.

"Belum lagi sistem imun yang dibangkitkan vaksinasi nanti bisa tidak dikenali, jadi nanti upaya vaksinasi jadi sia-sia. Makanya jadi harus mencari vaksin yang efektif untuk bisa mengenali virus dan mengatasinya," katanya.

Kasus Covid-19 di RI kini telah menembus 2 juta kasus pada Senin (20/6/2021) telah menembus 2 juta kasus, dengan rekor penambahan kasus baru 14.536 orang. Sebelumnya penambahan kasus tertinggi tercatat pada 30 Januari 2021 sebanyak 14.518 orang. Sebelum mencapai angka tersebut penambahan kasus juga terus melonjak dan memecahkan rekor hanya dalam hitungan hari.

Berdasarkan akumulasi data 13-21 Juni 2021 penambahan kasus Covid-19 hampir mencapai 102.955 kasus. Artinya hanya dalam sepekan rata-rata penambahan kasus setiap harinya di atas 10 ribu atau mencapai 11.439 per hari.

Kasus Covid-19 di Indonesia telah menembus angka 1 juta pada akhir Januari 2021, artinya dibutuhkan waktu hampir 11 bulan untuk menembus angka psikologis tersebut. Namun hanya butuh waktu 6 bulan untuk angka Covid-19 berlipat ganda dan menembus 2 juta kasus, yakni pada 21 Juni 2021.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Ajak Epidemiolog Desain Kebijakan Tangani Covid

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular