
Covid di RI Gawat, PPKM Level 4 Selama Seminggu Tak Realistis

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah epidemiolog memandang, PPKM Level 4 bukan cara yang realistis untuk menurunkan kasus penularan Covid-19.
Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan mengatakan kondisi covid di Indonesia masih gawat. PPKM Level 4 bisa berjalan efektif untuk menurunkan kasus penularan cuma bila ada langkah yang ekstrem.
"Tidak realistis seminggu turun, kecuali ada strategi ekstrem selama PPKM ini berlangsung, dengan cara 3T (tracing, testing, treatment) yang luar biasa ditingkatkan, itu konsekuensi logis," ujar Dicky kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (22/7/2021).
Meskipun sebenarnya, kata Dicky cara yang paling ampuh untuk memutus mata rantai penularan dengan cara pembatasan karantina wilayah atau lockdown, tapi dirinya menyadari bahwa Indonesia secara fiskal tidak akan kuat secara ongkos.
Jadi, jalan satu-satunya saat ini jika ingin PPKM Mikro ini mau berhasil, kuncinya, kata Dicky adalah meningkatkan 3T.
"Saya ingatkan, 3T harus ditingkatkan luar biasa tinggi, di semua wilayah untuk mencegah dampak perburukan di semua sektor. Pemilihan strategi kita sejak awal harus pada yang memiliki intervensi yang memiliki daya ungkit untuk perbaikan di semua aspek bukan hanya kesehatan," jelas Dicky.
"Yaitu 3T itu dan paradigma menemukan kasus itu harus dianggap sebagai prestasi bukan wanprestasi. Bagaimana kita membahas musuh kalau kita tidak bisa menemukan musuh itu," ujarnya lagi.
Senada dengan Dicky, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra, menurut dia PPKM Darurat yang sudah berjalan sejak 3-20 Juli tidak sama sekali efektif menurunkan kasus penularan Covid-19.
"Kalau lihat PPKM sejak 3 Juli tidak ada sama sekali indikasi efektif dari angka epidemiologi sampai kemarin tanggal 20 Juli," ujarnya.
Kendati demikian, menurut Hermawan kemungkinan pemerintah memperpanjang lima 5 hari atau PPKM Level 4 adalah untuk menganalisis agar bisa mengambil langkah lanjutan berikutnya ke depan.
"Karena kalau diperpanjang 5 hari, itu gak akan signifikan juga. Kalau kita lihat kasus aktif lebih dari 550.000 dan kasus suspect lebih dari 260.000 lebih. Angka-angka tersebut menunjukkan tidak mungkin ada penurunan signifikan dalam waktu 5 hari ke depan," jelas Hermawan.
"Sehingga boleh jadi pemerintah membutuhkan waktu untuk mengevaluasi lebih matang apa yang harus diambil pada waktu-waktu ke depan," kata Hermawan melanjutkan.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kasus Covid-19 Melonjak, Jokowi: Jangan Disikapi Berlebihan