
Ekspor RI Meroket, Awas Kena 'Penyakit Belanda'!

Oleh karena itu, Indonesia wajib waspada. Jangan sampai ekonomi yang bangkit tahun ini langsung 'tiarap' lagi tahun-tahun berikutnya gara-gara penurunan harga komoditas.
Jangan sampai Indonesia terjebak terus-terusan mengidap Penyakit Belanda alias Dutch Disease. Penyakit ini ditandai oleh ekonomi suatu negara yang sangat mengandalkan komoditas, menjual tanah-air, sehingga lupa mengembangkan sektor yang memiliki nilai tambah seperti industri pengolahan.
Harus diakui, ini terjadi di Indonesia. Peranan sektor manufaktur dalam pembentukan PDB semakin berkurang. Kini sumbangan sektor manufaktur sudah di bawah 20%. Deindustrialisasi.
Kita boleh senang bahwa ekspor tumbuh tinggi, yang pada akhirnya bakal mendongrak pertumbuhan ekonomi. Kita boleh lega ekspor bisa mengangkat derajat Indonesia sampai 'lulus' dari ujian resesi.
Senang dan lega boleh saja, tetapi jangan terlena. Jangan terlalu asyik menjual bahan mentah dan menikmati harga yang sedang tinggi. Ingat, harga tidak selamanya tinggi dan permintaan tidak selalu membeludak.
Indonesia harus berubah. Ke depan, jangan lagi menggantungkan diri dari penjualan bahan mentah. Indonesia mesti mengembangkan industri, yang berdaya saing dan memberikan nilai tambah.
Belanda lama menguasai Indonesia, dan 'penyakitnya' juga menulari Ibu Pertiwi. Ini harus segera disembuhkan...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)