
Kesepakatan Nuklir Iran Ditarget Tercapai Pekan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pembicaraan tidak langsung Teheran dan Washington tentang kesepakatan nuklir Iran 2015 dilanjutkan di Wina pada hari Sabtu (12/6/2021) saat Uni Eropa tengah menegosiasi dengan intens dan Jerman menyerukan percepatan.
Pembicaraan putaran keenam tersebut dimulai dengan pertemuan pihak-pihak yang tersisa dalam kesepakatan, yakni Iran, Rusia, China, Prancis, Inggris, Jerman dan Uni Eropa di ruang bawah tanah di sebuah hotel mewah.
Delegasi Amerika Serikat (AS) menyebut, pertemuan tersebut dinamai dengan Joint Commission of the Joint Comprehensive Plan of Action (JCPoA), bermarkas di sebuah hotel di seberang jalan karena Iran menolak pertemuan tatap muka.
Seorang juru bicara, yang juga merupakan pejabat kebijakan luar negeri Uni Eropa, Enrique Mona, yang memimpin diplomasi antar-jemput antara Iran dan AS, berharap adanya kesepakatan dalam pembicaraan kali ini. Sementara utusan lain, lebih berhati-hati dan mengatakan banyak masalah sulit yang belum diselesaikan.
"Kami membuat kemajuan, tapi negosiasi intens dan sejumlah masalah, termasuk tentang bagaimana langkah-langkah yang akan dilaksanakan," ujar juru bicara Uni Eropa dalam sebuah pernyataan kepada wartawan, seperti dikutip Reuters, Minggu (13/6/2021).
Selain itu, juru bicara Uni Eropa itu juga menambahkan bahwa tujuannya adalah menemukan cara untuk bisa mendapatkan kesepakatan akhir dalam beberapa hari mendatang.
Seorang pemimpin negosiator Iran, Abbas Araqchi mengatakan, memperkirakan, pembicaraan tidak mungkin akan menemui kesepakatan akhir sebelum pemilihan presiden Iran pada Jumat.
"Saya pikir, kita akan dapat mencapai kesimpulan di Wina minggu ini," ujar Araqchi.
Kesepakatan JCPoA, memberlakukan batasan ketat pada kegiatan nuklir Iran yang dirancang untuk memperpanjang waktu yang dibutuhkan Teheran untuk mendapatkan bahan fisil yang cukup untuk senjata nuklir, setidaknya satu tahun terhitung sejak 2-3 bulan ini.
Iran membantah pernah mengejar senjata nuklir, dengan mengatakan tujuannya semata-mata untuk berdamai.
Mantan Presiden AS, Donald Trump telah keluar dari kesepakatan pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi ekonomi yang dicabut melalui kesepakatan itu. Iran menanggapi dengan melanggar banyak dari batas-batas tersebut, memproduksi lebih banyak uranium dari syarat yang diizinkan, dan meningkatkan kemurniannya baru-baru ini.
"Bermain dengan waktu bukanlah kepentingan siapa pun," ujar Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, yang tidak hadir dalam pembicaraan itu, kepada Reuters, dan mendesak semua pihak untuk menunjukkan fleksibilitas dan pragmatisme.
Utusan utama China mengatakan poin utama yang mencuat adalah sanksi AS. "Pesan kami kepada mereka (AS) adalah bahwa mereka harus berhenti dengan tegas mencabut sanksi," ujar duta besar China untuk pengawas nuklir PBB, Wang Qun.
Mengenai langkah-langkah yang harus diambil Iran untuk kembali mematuhi kesepakatan itu, Wang mengatakan, "Untuk sebagian besar, masalah utama telah diselesaikan sebagai masalah prinsip, meskipun saya pikir ada beberapa perbaikan."
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Israel, Ternyata Ini yang Ledakkan Tempat Nuklir Iran!