Biden Cs Siap Lawan Xi Jinping, Runtuhkan Dominasi China!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
13 June 2021 08:00
Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dalam Pertemuan G7
Foto: Presiden AS Joe Biden (kedua kiri) bersama Istri Jill Biden bejalan bersama Perdana Menteri Inggris Boris Johnson (kedua kanan) dan istrinya Carrie Johnson berjalan di luar Carbis Bay Hotel, Carbis Bay, Cornwall, Inggris, menjelang KTT G7, Kamis (10/6/2021). (Toby Melville/Pool Photo via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kelompok negara maju yang tergabung dalam G7 berusaha untuk melawan pengaruh China yang semakin masif dalam menawarkan tawaran kerjasama pembangunan infrastruktur, dan akan menyaingi Presiden Xi Jinping, lewat Belt and Road Initiative (BRI) bernilai ratusan triliun dollar.

Para pemimpin negara G7 bertemu di Inggris Barat Daya, dan mencari cara untuk merespon kebijakan Jinping soal kebangkitan ekonomi dan militer China dalam 40 tahun terakhir.

Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden dan para pemimpin G7 lainnya berharap rencana mereka, yang dikenal sebagai inisiatif Build Back Better World (B3W), akan menawarkan kemitraan infrastruktur yang transparan untuk membantu meminjamkan US$ 40 triliun yang dibutuhkan oleh negara-negara berkembang pada 2035.

"Ini bukan hanya tentang menghadapi atau merebut dari China. Tapi sampai sekarang kami belum menawarkan alternatif positif yang mencerminkan nilai-nilai kami, standar kami, dan cara kami melakukan bisnis," ungkap pejabat senior dalam pemerintahan Biden, dilansir dari Reuters, Minggu (13/6/2021).

AS kemudian mengatakan, ada konsensus G7 tentang perlunya pendekatan bersama ke China mengenai perdagangan dan hak asasi manusia. G7 dan kawanannya, menurut Gedung Putih akan menggunakan inisiatif B3W untuk memobilisasi modal sektor swasta di berbagai bidang seperti iklim, kesehatan dan keamanan kesehatan, teknologi digital, serta kesetaraan gender.

Tidak secara jelas bagaimana tepatnya rencana itu akan berhasil, dan tidak diketahui juga berapa banyak modal yang akan dialokasikan.

Untuk diketahui, skema Belt and Road Initiative (BRI) China diluncurkan Jinping pada 2013, melibatkan inisiatif pembangunan dan investasi yang akan membentang dari Asia hingga Eropa, dan sekitarnya.

Lebih dari 100 negara telah menandatangani perjanjian dengan China untuk bekerja sama dalam proyek-proyek BRI seperti kereta api, pelabuhan, jalan raya, dan infrastruktur lainnya.

Para kritikus mengatakan rencana Xi untuk membuat versi modern dari rute perdagangan Jalur Sutra kuno untuk menghubungkan China dengan Asia, Eropa dan sekitarnya adalah kendaraan untuk ekspansi China Komunis.

Para pemimpin G7 yang terdiri dari Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jerman, Italia, Prancis, dan Jepang - ingin menggunakan pertemuan mereka di resor tepi laut Teluk Carbis untuk menunjukkan kepada dunia bahwa negara-negara demokrasi terkaya dapat menawarkan alternatif bagi pengaruh China yang semakin besar.

Kebangkitan kembali China sebagai kekuatan global terkemuka dianggap sebagai salah satu peristiwa geopolitik paling signifikan akhir-akhir ini, di samping jatuhnya Uni Soviet pada 1991 yang mengakhiri Perang Dingin.

China pada tahun 1979 memiliki ekonomi yang lebih kecil dari Italia, tapi setelah membuka investasi asing dan memperkenalkan reformasi pasar, China telah menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia dan merupakan pemimpin global dalam berbagai teknologi baru.

Seorang Pejabat AS mengatakan sampai sekarang, Barat telah gagal menawarkan alternatif positif untuk 'kurangnya transparansi, standar lingkungan dan tenaga kerja yang buruk, dan pendekatan paksaan' dari pemerintah China yang telah membuat banyak negara menjadi lebih buruk.

Menurut database Refinitiv, pada pertengahan tahun lalu, lebih dari 2.600 proyek dengan biaya US$ 3,7 triliun terkait dengan BRI, meskipun kementerian luar negeri China mengatakan Juni lalu bahwa sekitar 20% proyek telah terkena dampak serius dari pandemi Covid-19.

Sebagai bagian dari rencana G7, Amerika Serikat akan bekerja dengan Kongres AS untuk melengkapi pembiayaan pembangunan yang ada. "Untuk secara kolektif mengkatalisasi ratusan miliar dolar investasi infrastruktur", kata Gedung Putih.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular