
Sopir Kontainer Dikalungin Celurit, RI Susah Jadi Negara Maju

Kemudian di Logistics Performance Index (LPI), Indonesia juga masih relatif tertinggal. Pada 2018, Indonesia berada di peringkat 46 dari 141 negara. Sementara Singapura ada di peringkat tujuh, Vietnam 39, dan Malaysia 41.
Salah satu kelemahan logistik Indonesia versi LPI adalah sub-poin kualitas logistik dan kompetensi, yang di dalamnya ada indikator biaya dan korupsi. Pada 2018, Indonesia berada di peringkat 44. Di bawah negara-negara tetangga seperti Singapura (3), Malaysia (36), dan Thailand (32).
Menurut dokumen Bank Dunia berjudul Improving Indonesia's Freight Logistics System: A Plan of Action, indikator untuk mengukur inefisiensi logistik adalah rasio biaya berbanding penjualan (logistics cost/sales). Dalam hal ini, Indonesia juga tidak lebih baik dibandingkan negara-negara tetangga.
"Berdasarkan survei terhadap 250 perusahaan di Jakarta, Bekasi, Semarang, Surabaya, dan Medan, ditemukan bahwa rasio biaya logistik berbanding penjualan ada di sekitar 20%. Lebih tinggi dibandingkan Thailand (15%) dan Malaysia (13%).
![]() |
Masalah logistik dan transportasi Indonesia, baik itu infrastruktur maupun pungli, adalah penyakit menahun yang belum terselesaikan. Inefisiensi logistik dan transportasi ini membuat biaya membengkak, dan pada akhirnya menjadi beban konsumen. Akibatnya terjadi inflasi yang sebenarnya tidak perlu.
Sepanjang inefisiensi dan korupsi masih marak, maka ekonomi sulit bergerak sesuai kapasitasnya. Indonesia bakal sulit naik kelas, tidak bisa keluar dari jebakan negara kelas menengah.
"Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi sekitar 8% per tahun untuk menghindari jebakan kelas menengah (middle income trap) dan meningkatkat kuaitas hidup 40% masyarakat yang berada di posisi terbawah. Tanpa meningkatkan kualitas logistik, negara ini akan melewatkan kesempatan untuk mengintegrasikan ekonomi dan butuh waktu lebih lama untuk mencapai tujuan pembangunan," papar laporan Bank Dunia itu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)