
Yakin RI Mau Sampai Biodiesel B100? Harga Bisa Rp15.000/Liter

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah terus mendorong pemanfaatan biodiesel di dalam negeri, di mana saat ini pemanfaatannya baru sampai 30% atau B30. Ke depan, pemerintah berencana akan terus meningkatkan pencampuran biodiesel atau diesel berbasis sawit sampai ke B40, B50 bahkan sampai B100.
Akan tetapi, semakin tinggi persentase minyak sawit yang digunakan, maka harganya akan semakin mahal.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Master Parulian Tumanggor mengatakan, jika terus didorong sampai B100, maka harga biodiesel akan mencapai Rp 14.500 - 15.000 per liter.
"Pertanyaannya, apakah daya beli masyarakat mampu beli di harga itu? di Eropa jalan, bahkan diberikan insentif," tuturnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Kamis (10/06/2021).
Di negara maju menurutnya kesadaran akan lingkungan lebih tinggi, sementara di Indonesia masyarakat mengejar untuk mendapatkan harga energi yang murah. Tapi, dia berpandangan perlahan-lahan semua negara ingin menggunakan energi baru terbarukan (EBT) meski harganya mahal.
"Misal di AS semua konversi, kedelai jadi bahan bakar, negara sedang berlomba-lomba, tinggal kita bagaimana secara perlahan-lahan sadarkan masyarakat dengan B40, B50," tuturnya.
Pihaknya mendorong agar pemerintah memberikan insentif jika program ini akan terus dikembangkan. Seperti di sektor perpajakan, dengan rencana pemerintah membuat pajak karbon (carbon tax), menurutnya bisa menjadi pertimbangan agar biodiesel tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
"Mungkin ada beberapa hal perlu diperhatikan pemerintah, dalam segi tax, pemerintah mau keluarkan cabon tax, ini mungkin jadi pertimbangan mungkin kalau biodiesel jangan dikenakan PPN, sehingga dia bisa bertumbuh," jelasnya.
Sebelumnya, pemerintah menyebut batal melanjutkan program mandatori B30 ke B40 pada 2021 ini. Dengan demikian, pada tahun ini program mandatori biodiesel tetap berada pada level B30.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan, batalnya kelanjutan program B40 pada tahun ini karena pertimbangan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang masih rendah dan harga minyak sawit yang masih tinggi.
Bila tetap dijalankan pada tahun ini, maka menurutnya bakal butuh tambahan insentif dan subsidi lebih besar dibandingkan dengan program B30. Namun demikian, menurutnya pihaknya masih terus mempersiapkan hal teknis untuk program B40 meski tidak jadi dijalankan pada tahun ini.
"Per tahun ini kita tidak melihat peningkatan B30 ke B40, namun secara teknis kita siapkan," ungkapnya dalam konferensi pers 'Capaian Kerja 2020 dan Rencana Kerja 2021 Subsektor EBTKE' secara virtual, Kamis (14/01/2021).
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Serapan Biodiesel B30 Sampai April Capai 29% dari Alokasi