Horang Kaya Tambah Getol Belanja, Ini Buktinya!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 June 2021 12:50
Pengunjung memelih pakaian yang dijual oleh salah satu tenant di Blok M Plaza, Jakarta, Rabu (6/3/2019). Untuk meningkatkan pengunjung manajemen Blok M Plaza merenovasi sejumlah fasilitas. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Pusat Perbelanjaan (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ada pertanda bahwa ekonomi Indonesia semakin pulih setelah dihantam pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Kelompok masyarakat, terutama kelas menengah-atas, semakin berani mengeluarkan uang untuk konsumsi, tidak lagi sekadar ditabung.

Ini terlihat dalam Survei Konsumen edisi Mei 2021 keluaran Bank Indonesia (BI). Bulan lalu, porsi penghasilan yang dipakai untuk berbelanja (prospensity to consume) adalah 75,8%. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 75,5% dan menjadi yang tertinggi setidaknya sejak 2012. Seiring peningkatan konsumsi, porsi penghasilan untuk ditabung dan membayar cicilan pun berkurang.

Pada masa pandemi, situasi ekonomi sangat tidak pasti. Sebab, pandemi diatasi dengan membatasi aktivitas dan mobilitas masyarakat. Tanpa aktivitas dan mobilitas masyarakat yang berarti, ekonomi pun 'mati suri'. Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terjadi karena dunia usaha harus bertahan hidup di tengah penjualan yang anjlok.

Situasi ini membuat masyarakat memilih SDM, Selamatkan Diri Masing-masing. Daripada belanja, lebih baik menabung untuk berjaga-jaga jika skenario terburuk terjadi. Saat menjadi korban PHK (amit-amit jabang bayi), harus punya tabungan untuk bertahan hidup sampai bisa bekerja lagi.

Pandemi sudah berjalan lebih dari setahun. Meski pandemi masih jauh dari kata selesai, tetapi harus diakui sudah ada perbaikan. Utamanya, sekarang sudah ada vaksin anti-virus corona. Vaksin, jika efektif, akan membentuk kekebalan tubuh untuk melawan serangan virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut.

Halaman Selanjutnya --> Kelas Menengah-Atas Getol Belanja

Vaksinasi membuat pemerintah mulai berani mengendurkan pembatasan sosial. Restoran, pusat perbelanjaan, bioskop, perkantoran, dan sebagainya sudah boleh buka lagi meski masih ada rambu-rambu.

Di lokasi perbelanjaan ritel dan rekreasi, terlihat bahwa kunjungan masyarakat sudah menyamai bahkan melebihi sebelum pandemi. Ini menjadi bukti bahwa konsumsi masyarakat memang bergerak, penghasilan tidak cuma untuk ditabung.

"Berdasarkan kelompok pengeluaran, rata-rata porsi konsumsi terhadap pendapatan tercatat meningkat pada responden dengan pengeluaran Rp 1-3 juta per bulan dan Rp4,1-5 juta per bulan. Sementara itu, porsi tabungan terhadap pendapatan menurun pada responden dengan pengeluaran Rp 2,1-3 juta per bulan dan di atas Rp 5 juta per bulan," sebut laporan BI.

growthSumber: BI

Data tersebut memberi konfirmasi bahwa kelompok masyarakat kelas menengah dan atas semakin getol berbelanja. Mengutip kajian Opportuniy Insight, lembaga riset di Universitas Harvard, konsumsi masyarakat yang mampu akan sangat berpengaruh terhadap ekonomi secara keseluruhan. Mengacu pada resesi di Amerika Serikat (AS) tahun lalu, penurunan konsumsi di kelompok 25% masyarakat terkaya menyumbang separuh dari anjloknya konsumsi rumah tangga di Negeri Paman Sam.

"Tidak hanya dari sisi persentase, nominal konsumsi kelompok ini juga menyumbang separuh dari total konsumsi," kata Raj Chetty, Profesor Ekonomi Universitas Harvard.

Dengan kekuatan yang besar, konsumsi orang kaya mampu menggerakkan ekonomi dalam skala luas. Sebab kelompok ini sudah selesai dengan urusan perut, pengeluaran mereka sudah lebih dari itu. Hasilnya, lebih banyak sektor usaha yang menikmati sehingga 'roda' ekonomi bisa berputar lebih kencang.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular