Erick Ingin Tak Semua Pesawat Asing Mendarat di RI, Kenapa?

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
04 June 2021 17:30
Maskapai Korean Air. AP/
Foto: Maskapai Korean Air. AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Gagasan Menteri BUMN Erick Thohir soal Indonesia yang hanya akan membuka beberapa bandara bagi pesawat maskapai asing mendapat tanggapan para pemerhati penerbangan.

Selama ini Indonesia sudah punya kesepakatan ASEAN open sky atau membuka seluas-luasnya bandara-bandara di Indonesia untuk penerbangan internasional secara langsung. Hal yang sama juga berlaku bagi maskapai Indonesia untuk mendarat di bandara-bandara negara lain.

Pengamat Penerbangan Arista Indonesia Aviation Center (AIAC), Arista Atmadjati menduga skenario ini bagian dari upaya penyelamatan Garuda dan  maskapai lokal lainnya.  Ia mengatakan kalau untuk upaya penyelamatan Garuda, ini langkah kurang tepat. Ia berpikir pemerintah harusnya batasi penerbangan dengan pengurangan frekuensi penerbangan, bukan tempat mendarat maskapai di bandara-bandara dalam negeri.

"Dari Qatar bisa tiga kali masuk ke Indonesia, tapi Garuda nggak bisa terbang ke Abu Dhabi atau Dubai itu lucu," jelasnya kapada CNBC Indonesia, Jumat (4/6/2021).

Arista menjelaskan bicara maskapai asing itu bisa masuk 3 - 4 kali dalam sehari, seperti Scoot, Air Asia bisa masuk ke Medan, Lombok, Surabaya. Sedangkan maskapai dalam negeri yang menjalani rute luar negeri masih sangat sedikit.

"Kita lihat maskapai asing bisa tiga kali sehari masuk ke Cengkareng (Soekarno-Hatta). Sedangkan maskapai kita lemah di penerbangan international. Jadi bukan bandara yang harusnya dikunci tapi frekuensi dibatasi," katanya.

Pembatasan frekuensi maskapai masih memungkinkan, karena ada dalam penerapan open sky, ada asas resiprokal atau kesetaraan. Dia mencontohkan kesetaraan misal penerbangan dari Abu Dhabi atau Doha terjadi, tapi maskapai Indonesia saat ini tidak ada yang terbang ke wilayah tersebut.

"Ini sama sekali tidak apple to apple, walaupun kita tidak boleh menutup diri, tapi tolong diatur dan diproteksi. Seperti Garuda mau terbang ke Turki dua tahun lalu, tapi tidak jadi karena tidak dikasih slotnya, nah itu maskapai disana diproteksi," jelasnya.

Arista juga menjelaskan dari aturan ASEAN Open Sky tidak melulu Indonesia mendapatkan kerugian. Adanya aturan itu dapat meningkatkan masuknya wisatawan mancanegara. Hanya saja, rute-rute yang seharusnya bisa diisi oleh penerbangan domestik berkurang karena ada penerbangan langsung ke wilayah yang dituju.

Sementara itu pengamat Penerbangan Alvin Lie mengatakan soal dicabut atau tidaknya aturan open sky tak berimbas pada kinerja maskapai dalam saat ini. Ia bilang penerbangan asing juga saat ini di luar ASEAN masih terfokus di dua bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng dan Ngurah Rai, Bali.

"Medan, Surabaya juga hanya paling wisatawan dari Malaysia dan Singapura, sisanya juga masih terkoneksi dengan penerbangan domestik, jadi ya sama saja. Jadi tidak usah gegap gempita dengan wacana ini," jelasnya.

Secara haknya dimiliki Indonesia juga bisa membuka rute baru ke pasar luar negeri. Sayangnya hingga saat ini masih sedikit maskapai dalam negeri yang mau bersaing mengambil pasar international.

"Haknya sama kok, kalo mereka dapat 10 kali terbang kita juga, masalahnya dipakai tidak sama kita, ini yang jadi pertanyaan. Apa mau bersaing?" jelasnya.

Erick Thohir sebelumnya sudah membicarakan gagasan menarik dari open sky kepada Kementerian Perhubungan. 

"Kita sudah bicara dengan Menhub dan beliau mendukung, gimana nanti airport tidak open sky, jadi tidak semua pesawat asing bisa mendarat, dengan kondisi pandemi sekarang juga kita harus pertimbangkan supaya penyebaran tidak terjadi," jelasnya, dalam Raker bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (3/6/2021).

Ia bilang ini akan menjadi kesempatan maskapai plat merah juga swasta untuk mendapatkan pasar yang lebih besar. Sehingga pintu kedatangan internasional terbatas, lalu disambung dengan penerbangan domestik untuk daerah yang dituju.

"Ini kesempatan bagi kita untuk sinkronisasi dengan kementerian - kementerian lainnya, kalau hanya beberapa titik atau bandara yang menerapkan open sky. Dari titik itu kemudian Garuda bisa dikoneksikan menyebar ke 20 kota," jelas Erick.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gebrakan Erick, Pesawat Asing Bakal Tak Bebas Mendarat di RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular