Jangan Cemas Bu Sri Mulyani! AS Bangkit RI, Dapat Berkah Kok

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 June 2021 11:14
Ilustrasi Ekspor- Impor
Ilustrasi Aktivitas di Pelabuhan (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Di satu sisi, kebangkitan ekonomi AS membawa konsekuensi pengetatan kebijakan oleh The Fed, yang bisa berdampak negatif terhadap Indonesia. Pasar keuangan akan bergejolak, sehingga membuat nilai tukar rupiah 'bergoyang'.

Namun di sisi lain, pemulihan ekonomi Negeri Adidaya juga akan berdampak positif bagi Indonesia. Sebab, AS adalah salah satu negara tujuan ekspor utama.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor non-migas Indonesia ke AS selama Januari-April 2021 bernilai US$ 7.63 miliar, melonjak 24,59% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Dengan jumlah tersebut, AS menduduki peringkat kedua negara tujuan ekspor utama Indonesia. Hanya kalah dari China di peringkat teratas dengan nilai ekpsor non-migas US$ 13,65 miliar.

tradeSumber: BPS

Ekonomi AS yang bersemi tentu akan meningkatkan permintaan dari negara lain, baik itu bahan baku/penolong, barang modal, hingga barang konsumsi. Permintaan produk-produk Indonesia pun kemungkinan akan naik. Saat ekspor Indonesia ke AS naik, maka kinerja ekspor secara keseluruhan akan terungkit mengingat porsi AS yang cukup besar.

Ekspor adalah salah satu 'mesin' utama penggerak pertumbuhan ekonomi Ibu Pertiwi. Tahun lalu, ekspor menyumbang 17.17% dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dan pada kuartal I-2021 kontribusinya adalah 19,18%.


Selain ekspor, kebangkitan ekonomi AS juga bisa membawa berkah buat Indonesia dalam bentuk penanaman modal alias investasi. Apalagi Presiden Biden punya wacana untuk menaikkan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Badan, sehingga dunia usaha di AS punya alasan untuk mengalihkan fasilitas produksi ke negara dengan tarif pajak yang lebih 'ramah'.

Sepanjang 2020, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat nilai Penanaman Modal Asing (PMA) dari AS adalah US$ 749,7 juta. AS menjadi negara terbesar ke-8 dalam hal nilai PMA.

Namun pada 2021, ada sinyal investasi dari AS bakal naik. Pada kuartal I saja, nilai PMA dari AS sudah mencpaai US$ 466,2 juta atau 62,2% dari total realisasi 2020. Masih ada tiga kuartal lagi, kemungkinan besar investasi dari AS bakal lebih tinggi dari tahun lalu.

Dalam pembentukan PDB nasional, peranan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) lebih tinggi ketimbang ekspor. Pada 2020, PMTB menyumbang 31,73% dari total PDB dan pada kuartal I-2021 kontribusinya 31,98%. Jadi kalau PMTB tumbuh tinggi, dampaknya ke pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan akan signifikan.

So, kebangkitan ekonomi AS tidak melulu berakhir dengan cerita sedih. Ada bagian di mana Indonesia bisa ikut merasakan berkahnya yaitu potensi kenaikan ekspor dan investasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular