
Titah Xi Jinping: Banyak Anak Banyak Rezeki! Ini Alasannya

Penduduk menjadi penting dalam upaya transformasi ekonomi China. Presiden Xi ingin mengubah struktur ekonomi China dari produkif menjadi konsumtif.
Berbeda dengan Indonesia, konsumsi rumah tangga bukan penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) China. Mengutip catatan Bank Dunia, konsumsi rumah tangga 'hanya' berkontribusi sekitar 30% terhadap PDB China, sementara Indonesia lebih dari 50%.
Selama ini, penyumbang utama PDB China adalah investasi atau Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB). Kontribusi pos ini terhadap PDB mencapai lebih dari 40%.
China yang begitu jor-joran menggenjot investasi menyebabkan satu masalah pelik. Utang korporasi, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), membengkak karena terus berekspansi.
Mengutip Reuters,pada 2006 dari 1.189 perusahaan besar di China ada 845 yang memiliki rasio utang sehat. Kesehatan rasio utang diukur dari perbandingan antara utang bersih dengan laba sebelum pembayaran bunga, pajak, amortisasi dan depresiasi (EBITDA). Rasio utang bersih/EBITDA menggambarkan seberapa lama perusahaan mampu melunasi utang jika faktor lain dianggap konstan (ceteris paribus).
Rasio utang bersih/EBITDA sehat biasanya berada di kisaran 0-5. Kalau di atas lima, maka sudah tidak sehat.
Pada 2006, masih banyak perusahaan yang memiliki rasio utang sehat yaitu 845 dari 1.189 atau 71,07%. Namun pada 2016, jumlahnya menyusut menjadi 557 perusaaan (48,53%).
![]() |
Saat utang pemerintah relatif terkendali, tidak demikian dengan utang swasta (termasuk BUMN). Pada 2020, utang swasta di China mencapai 182,43% dari PDB, rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Tidak ingin masalah ini semakin berlarut-larut, Presiden Xi memutuskan untuk mengubah struktur ekonomi China. Jangan lagi investasi menjadi motor pertumbuhan ekonomi, karena akan menambah beban utang.
Oleh karena itu, konsumsi rumah tangga harus jadi yang utama. Memang laju pertumbuhan ekonomi tidak akan secepat jika didorong oleh investasi, tetapi konsumsi menjanjikan sesuatu yang lebih stabil dan berjangka panjang. Ekonomi China mungkin sulit untuk tumbuh dua digit, tetapi lebih baik begitu daripada tersandera oleh gunungan utang.
Agar konsumsi bisa tampil sebagai 'pemeran' utama, kuncinya adalah manusia. Semakin banyak manusia, maka konsumsi akan semakin meningkat dan diharapkan mampu menggantikan peran investasi.
So, wajar jika China ingin jumlah penduduknya terus bertambah. Kalau kebijakan satu anak cukup masih dianut, maka konsumsi akan sulit untuk digeber.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)