Internasional

Panas! Duterte Kirim Pasukan Besar-Besaran ke LCS

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
31 May 2021 12:32
In this photo provided Sunday, March 21, 2021, by the Philippine Coast Guard/National Task Force-West Philippine Sea, some of the 220 Chinese vessels are seen moored at Whitsun Reef, South China Sea on March 7, 2021. The Philippine government expressed concern after spotting more than 200 Chinese fishing vessels it believed were crewed by militias at a reef claimed by both countries in the South China Sea, but it did not immediately lodge a protest. (Philippine Coast Guard/National Task Force-West Philippine Sea via AP)
Foto: AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Filipina dilaporkan telah mengirimkan patroli laut besar-besaran di wilayah Laut China Selatan (LCS). Bahkan Manila telah melakukan kontak lebih dekat dengan Penjaga Pantai China.

Dikutip CNBC International, sebuah lembaga kajian geopolitik maritim Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI) mengatakan bahwa antara 1 Maret hingga 25 Mei, 13 kapal patroli dan militer Filipina mengunjungi perairan sengketa di sekitar Kepulauan Spratly dan Scarborough Shoal. Setidaknya 57 kali armada Presiden Rodrigo Duterte mondar mandir di kawasan itu.

"Ini merupakan peningkatan substansial selama 10 bulan sebelumnya ketika tiga kapal dilacak membuat total tujuh kunjungan ke fitur (area) yang diperebutkan," kata laporan itu, Minggu (30/5/2021).

Ditunjukkan bahwa peningkatan patroli ini 'melampaui apa pun yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir' dari Filipina. Laporan itu juga mengatakan bahwa lokasi patroli Filipina juga telah berubah.

Sebelum Maret, kapal dari Filipina 'hampir secara eksklusif' hanya melakukan perjalanan ke dan dari pos terdepan negara terbesar di Spratly, Pulau Thitu. Namun kini Filipina lebih 'berani'.

"Tapi patroli baru-baru ini (kapal Filipina berlayar) termasuk ke Second Thomas Shoal, yang diduduki oleh Filipina tetapi setiap hari dipatroli oleh China, Whitsun Reef. Ini tempat gerombolan 'milisi' baru-baru ini terdeteksi, Sabina Shoal yang tidak dihuni dekat Second Thomas, dan Scarborough Shoal, tempat China mempertahankan wilayah permanennya sejak 2012," kata AMTI.

Dalam patroli itu AMTI juga menguraikan sebuah insiden pada bulan Mei, ketika kapal Penjaga Pantai China membuntuti atau mengejar kapal penjaga pantai dari Filipina yang berukuran besar dari segi persenjataan. 

Pada 19 Mei, Filipina mengirim empat kapal ke laut teritorial yang diperebutkan, tetapi dihadang oleh dua kapal Tiongkok. Setidaknya, ujar AMTI, satu kapal Filipina 'dikejar' oleh China.

"Kapal China lainnya dengan dekat mengejar kapal Filipina yang terpisah, Habagat, di sisi lain sebelum 'meluncur menuju' kapal Filipina ketiga dan yang lebih besar bernama Gabriela Silang," kata AMTI.

Laporan menyebut, Filipina tampaknya bertekad untuk menegaskan posisi dirinya. Namun patroli negara itu tidak sekuat intensitas penjaga pantai China yang hadir secara permanen.

Sebelumnya memang ketegangan antara Manila dan Beijing meruncing di LCS setelah kapal-kapal nelayan China yang berjumlah 200 armada menabuh jangkar di sekitar Scarborough. Ini menuai kecaman dari Filipina yang menuding kapal-kapal tersebut merupakan milisi maritim.

Beijing pun menolak tuduhan Manila dan mengatakan bahwa kapal-kapal itu sedang berlindung dari badai. Adu argumen sempat terjadi antara kedua negara termasuk pernyataan keras dari Menlu Filipina yang menghina Beijing dengan kata-kata kasar di media sosial.

LCS merupakan titik hotspot ketegangan di Asia Pasifik. Klaim China akan 90% wilayah lautan dengan konsep "sembilan garis putus-putus" membuat sejumlah negara protes, termasuk Filipina, Malaysia, dan Vietnam.




(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tetangga RI Diacak-Acak Xi Jinping, Filipina Kutuk China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular