Isu Listrik Belum Aman, Ini Update Pengalihan Blok Rokan

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
27 May 2021 14:45
Pertamina siap ambil alih kelola Blok Rokan. Doc:PHE.
Foto: Pertamina siap ambil alih kelola Blok Rokan. Doc:PHE.

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak Chevron Pacific Indonesia (CPI) di Blok Rokan, Riau akan segera berakhir. Tepatnya pada 9 Agustus 2021 mendatang pengelolaan Blok Rokan akan beralih kepada PT Pertamina (Persero).

Transisi yang diharapkan bakal berjalan mulus nyatanya masih menemui kendala di jalan, salah satunya adalah pasokan listrik. PT Mandau Cipta Tenaga Nusantara (MCTN) sebagai pemasok listrik yang mayoritas sahamnya dimiliki Chevron Standard Limited (CSL) tidak bisa begitu saja menyerahkan pembangkit ini karena bukan termasuk bagian dari cost recovery (biaya yang dikembalikan pemerintah ke kontraktor).

Mengenai hal ini, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menyampaikan bahwa MCTN masih melelang proyek pembangkit listrik dan uap ini. Pemasok listrik ke depannya tergantung dari pemenang lelang ini. Namun pihaknya berharap bahwa PT PLN (Persero) akan memasok listrik dan uap ke Blok Rokan ke depannya.

Seperti diketahui, Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik dan Uap antara PT PLN (Persero) dan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) selaku operator Blok Rokan per Agustus, sudah ditandatangani pada 1 Februari 2021.

"PLN akan pasok listrik dan uap ke WK Rokan, program pemeliharaan dan proses bisnis telah diserahkan (antara PLN dan Pertamina selaku operator berikutnya). Tindak lanjut MCTN masih menunggu pemenang proses tender MCTN," ungkapnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi VII DPR RI, Kamis (27/05/2021).

Meski pasokan listrik masih menjadi isu dan belum ada kepastian, namun menurutnya di sisi lain ada kemajuan yang lebih baik dari proses peralihan Blok Rokan dari Chevron ke Pertamina. Dia mengatakan, migrasi data teknis dan operasional peralihan ini telah mencapai 90%.

Selain itu, pemboran sumur sudah terealisasi 63 sumur dari target 192 sumur. Lalu, dari target pemboran 39 sumur workover, realisasinya sudah mencapai 31 workover. Lalu, dari target pemboran 6.819 well services, realisasinya sudah 3.787 well services.

"Telah disiapkan dua lokasi sumur untuk PHR untuk memastikan kesinambungan operasi," ujarnya.

Selanjutnya, perkembangan alih kelola program chemical Enhanced Oil Recovery (EOR) menurutnya sudah mencapai 80%. Sementara manajemen kontrak sudah mencapai 88%.

Dari sisi pengalihan ketenagakerjaan, imbuhnya, sudah mencapai 90% dan pengalihan teknologi informasi sudah mencapai 80%.

"Progress EOR sudah proses ajukan POD EOR. Kalau sudah ada proyek EOR khusus, target di visi 1 juta (bph) long term planning EOR menghasilkan di 2024," tuturnya.

Mengenai listrik di Blok Rokan, sebelumnya PT PLN (Persero) menyampaikan bahwa perseroan butuh waktu kurang lebih tiga tahun untuk membangun transmisi dari sistem Sumatera untuk memenuhi kebutuhan listrik di Blok Rokan dalam jangka panjang.

Dalam kurun waktu tiga tahun hingga transmisi listrik terbangun, artinya mau tidak mau harus menggunakan pembangkit listrik yang telah ada saat ini.

MCTN kini dalam proses lelang pembangkit listrik ini dengan nilai yang dikabarkan mencapai US$ 300 juta atau setara dengan Rp 4,2 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per US$).

Padahal, menurut PLN, saat dibangun nilai proyek pembangkit listrik ini hanya US$ 190 juta atau setara Rp 2,66 triliun. Pembangkit ini sudah beroperasi selama 20 tahun.

Adapun kapasitas pembangkit listrik ini sebesar 300 mega watt (MW). Pembangkit listrik ini dimiliki oleh CSL 95%, dan CPI membeli listrik dan uap dari pembangkit listrik dan uap CSL ini.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Kontrak Berakhir 2021, Chevron Ngebor Blok Rokan Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular