Gerai Giant Bertumbangan, Nasib Ritel Masih Tanda Tanya!

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
25 May 2021 16:10
Pengunjung memlih produk yang dijual di supermarket Giant, Pondok Cabe, Tangerang Selata, Rabu (4/3/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pengunjung memlih produk yang dijual di supermarket Giant, Pondok Cabe, Tangerang Selata, Rabu (4/3/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Satu tahun lebih kena terjangan pandemi Covid-19, sektor ritel masih tertatih-tatih untuk bangkit. Apakah ini segera berakhir?

Banyak perusahaan dalam kondisi memprihatinkan, penutupan sejumlah gerai, tekanan utang, gugatan PKPU (penundaan kewajiban pembayaran utang) hingga pailit, hingga keputusan pahit pengurangan jumlah karyawan. Contoh terbari Giant mengumumkan penutupan semua gerai pada Juli 2021.

"Semuanya proses. Memang lebih baik dari awal pandemi di 2020 tapi belum bisa kembali ke normal karena kondisi situasi belum normal," kata pelaku usaha ritel Tutum Rahanta kepada CNBC Indonesia, Selasa (25/5/21).

Kondisi perusahaan dapat ditinjau dari laporan keuangan emiten di sektor ini yang rutin dan wajib dirilis oleh perusahaan. Pendapatan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) turun ke angka Rp 297,89 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 768,26 miliar.

Pusat perbelanjaan miliki Grup Lippo, PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF)juga mengalami penurunan pendapatan 24,10% menjadi Rp 741,40 miliar pada 3 bulan awal 2021, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 976,77 miliar.

Adapun PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) mencatatkan kinerja yang paling baik dibandingkan Matahari dan Ramayana meskipun tetap mengalami penurunan pendapatan sebesar 7,04% menjadi Rp 4,10 triliun dari periode yang sama tahun lalu sejumlah Rp 4,41 triliun.

Meskipun pendapatan MAPI turun, laba bersih perusahaan yang terkenal dengan produk kupon belanjanya ini malah meningkat drastis hingga 223% menjadi Rp 26,08 miliar dari semula hanya untung Rp 8,07 miliar di periode yang sama tahun lalu.

"Jadi perbaikan ada karena memang kondisi saat ini lebih baik dari awal pandemi 2020. Tapi kalo dibandingkan 2019 sebelum pandemi ya saya kira masih belum karena aktivitas masyarakat sebagian belum normal masih WFH bekerja dari rumah, banyak faktor lah," kata Dewan Penasihat Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) ini.

Awan tidak selamanya mendung, meski pada kuartal I 2021 ini cenderung mengalami penurunan, namun pada kuartal II ada keyakinan kondisinya berbalik arah. Bahkan, bukan tidak mungkin mengarah menuju normal.

"Kuartal II secara otomatis lebih baik karena ada lebaran. Kalau dibanding awal pandemi 2020 ngga bisa dibandingkan, karena sebagian aktivitas terhenti. kalo bandingkan 2019 yang keadaan masih normal. Peningkatannya hampir mendekati 2019," jelas Tutum.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Giant Tutup Gerai Lagi: Ritel di RI Sedang Berdarah-Darah!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular