
2021 Banyak Ritel Bertumbangan: Giant Tutup Selamanya di RI!

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang tahun 2021 ini, sejumlah pusat perbelanjaan atau mal terpaksa tutup terutama akibat pandemi Covid-19 dan perubahan pasar ritel yang bergerak cepat.
Yang cukup fenomenal adalah di awal tahun, ritel hipermarket Giant melakukan perampingan jumlah gerai. Manajemen menutup beberapa gerai, di antaranya Margo City Depok, Jawa Barat serta Giant Kalibata, Jakarta Selatan.
Hal ini merupakan aksi lanjutan, sebelumnya PT Hero Supermarket Tbk (Hero) telah menutup enam gerai pada akhir Juli 2019. Keenam gerai itu antara lain di Cinere Mall, Mampang, Pondok Timur, Jatimakmur, Cibubur, Wisma Asri.
Ternyata, Hero memiliki rencana panjang untuk menutup seluruh gerai Giant. Sebagai pengganti, lima gerai Giant akan berubah menjadi IKEA sebagai langkah strategis perusahaan. Selain itu, manajemen menegaskan akan menutup seluruh gerai Giant pada akhir Juli 2021.
"Perseroan juga sedang mempertimbangkan untuk mengubah sejumlah gerai Giant menjadi gerai Hero Supermarket," kata Direktur HERO Hardianus Wahyu Trikusumo, dalam keterbukaan informasi di BEI, Selasa (25/5/2021).
Ia menjelaskan perusahaan strategi ini merupakan respons cepat dan tepat perusahaan yang diperlukan untuk beradaptasi terhadap perubahan dinamika pasar, terlebih terkait beralihnya konsumen Indonesia dari format hypermarket dalam beberapa tahun terakhir, sebuah fenomena yang juga terjadi di pasar global.
Giant yang awalnya hanya melakukan perampingan gerai-gerai. Pada akhirnya melakukan kebijakan drastis, dengan menutup seluruh gerainya di Indonesia mulai Juli 2021.
Kebijakan ini tentu berdampak luas pada nasib karyawan. Data Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK Indonesia) yang menjadi induk Serikat Pekerja Hero Supermarket menyebut bahwa mulanya Giant memiliki karyawan sekitar 15.000 orang.
Namun, karena mengalami kerugian, maka sejak dua tahun lalu perusahaan mulai mengurangi karyawan, baik karyawan tetap maupun kontrak. Bagi karyawan tetap, manajemen di antaranya menawarkan pensiun dini. Sekitar setengahnya sudah keluar. Kini, perusahaan bakal melepas sisanya, yakni mencapai 7.000 karyawan.
"Saya mendapat informasi dari Serikat Pekerja Hero Supermarket yang memang anggota saya di Aspek Indonesia, sisanya sebanyak 7.000 orang, seluruhnya di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), nggak ada yang tersisa," kata Presiden Aspek Indonesia Mirah Sumirat dalam konferensi pers virtual, Jumat (28/5/2021).
Diky Risbianto, Head of Corporate and Consumer Affairs PT Hero Supermarket Tbk (HERO) memastikan keputusan penutupan seluruh gerai Giant mulai Juli 2021 berimbas pada nasib seluruh karyawan.
"Dengan berat hati, kami menyampaikan, seluruh karyawan gerai Giant akan terdampak oleh keputusan ini. Kami masih mempertimbangkan jumlah gerai yang akan dikonversi menjadi gerai IKEA atau Hero Supermarket," kata Dicky, kepada CNBC Indonesia, Rabu (26/5/2021).
Giant Ibarat Gunung Es
Selain Giant, PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF) juga mendapati nasib serupa. Manajemen berencana menutup 13 gerainya pada tahun ini.
"Bahwa 13 gerai yang ditutup, sampai saat ini belum ditutup, tapi memang rencana akan ditutup di 2021," kata Miranti kepada CNBC Indonesia, Selasa ini (27/4/2021).
Manajemen sudah menutup sebanyak empat gerai sampai dengan pertengahan September ini, lokasinya ada di Jakarta, Bogor, Bandung dan Yogyakarta. Terbaru, pada 16 September lalu, Matahari menutup salah satu gerainya di Kota Bogor di Jalan Kapten Muslihat, Paledang, Kecamatan Bogor Tengah.
Ia bilang alasan penutupan gerai itu lantaran secara bisnis gerai yang ditutup itu belum memberikan keuntungan yang signifikan bagi perusahaan dan bukan terdampak pandemi Covid-19.
"Alasannya, karena gerai tidak perform, bukan karena Covid-19. Sebelum Covid juga sudah tidak perform," imbuhnya.
Contoh lain, Centro Department Store di Plaza Ambarrukmo, Yogyakarta, juga resmi tutup mulai Rabu (17/3/2021). Kondisi ini memberi gambaran bahwa industri ritel terus tertekan.
"Penutupan usaha Ritel dan penutupan ataupun dijualnya Pusat Perbelanjaan dalam kondisi seperti saat ini memang sudah diperkirakan dan sesuai dengan analisa sebelumnya," Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja kepada CNBC Indonesia, Jumat (19/3/21).
Meski sudah ada prediksi mengenai anjloknya industri ini ke depan, namun pelaku usaha pusat perbelanjaan tidak bisa berbuat banyak. Pasalnya, meski tertekan kuat, tidak banyak stimulus yang terasa efektif. Bahkan pelaku usaha juga tetap harus menanggung biaya pajak operasional seperti Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) hingga pembayaran listrik.
"Ritel dan Pusat Perbelanjaan sudah menderita dan terpuruk selama lebih dari satu tahun. Masing - masing perusahaan memiliki daya tahan yang berbeda satu sama lain. Bagi pelaku usaha yang sudah tidak memiliki kemampuan lagi untuk bertahan maka terpaksa harus menutup usahanya ataupun menjualnya," ungkap Alphonzus.
Toko Tradisional Juga Kena
Selain ritel besar, banyak juga toko-toko kecil yang harus gulung tikar. Misalnya yang terjadi di Tanah Abang, kini banyak tempat kios kosong karena penyewa tidak melanjutkan sewanya.
Harga sewa kios di Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat kini sedang mengalami koreksi dalam, bahkan bisa dibilang hancur lebur. Bagaimana tidak, penurunan harganya bisa berkali-kali lipat dibanding waktu normal. Ketika pada masa kejayaan sekitar 10 tahun lalu, harga sewa kios di Pasar Tanah Abang mencapai ratusan juta, kini hanya puluhan bahkan belasan juta rupiah saja.
"Blok A dan B dulu sempat menyentuh Rp 200 juta sampai Rp 250 juta per blok atau luas 2m2 x 2m2 untuk penyewaan satu tahun, sekarang mungkin di bawah Rp 100 juga belum tentu ada yang mau. Apalagi Pusat Grosir Metro Tanah Abang bisa sampai Rp 500 juta dulu," kata Tokoh Pedagang Pasar Tanah Abang Yasril Umar kepada CNBC Indonesia, Selasa (27/7/21).
Penyebab penurunan harga adalah permintaan terhadap kios yang sedikit. Jangankan menerima penyewa baru, untuk pedagang lama saja banyak yang sudah tidak kuat membayar biaya sewa dan memilih keluar meninggalkan Tanah Abang. Alhasil, stok kios menumpuk dan harga kios pun mengalami penurunan secara dalam.
Harga sewa kios bergantung dari lokasi dan luasnya. Semakin strategis, maka harganya pun bisa lebih tinggi. Karenanya, masih ada yang menaruh harga di atas Rp 50 juta untuk penyawaan per tahunnya. Hal ini diungkapkan oleh seorang pemilik kios yang enggan disebutkan namanya.
"Los C saya sewakan Rp 70 juta, yang di blok B Rp 65 juta, itu net ya. Dan harus dibayar sekaligus, karena pengalaman dicicil nagihnya susah minta ampun, gironya kosong. Kan ada yang dicicil, tapi harga dinaikin Rp 5 juta atau berapa, tapi saya net aja dan sekaligus di awal," kata pemilik kios itu.
Nasib ruko di pinggir jalan strategis DKI Jakarta juga kian naas. Selain menawarkan via pengumuman di lokasi, banyak juga pemilik yang menawarkannya via situs jual beli. Pantauan CNBC Indonesia di situs OLX, banyak kios dan ruko yang diobral. Kondisi saat itu masih terjadi hingga menjelang tutup tahun ini.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Warga +62 Mulai Belanja Lagi Hingga ECB Kerek Suku Bunga