Per Akhir April, APBN 2021 Defisit 0,83% PDB

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
25 May 2021 10:30
Extraordinary Policy, Strategi Menjaga Ekonomi RI Saat Pandemi (CNBC Indonesia TV)
Foto: Extraordinary Policy, Strategi Menjaga Ekonomi RI Saat Pandemi (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Belanja pemerintah terus menanjak pada April 2021. Namun sayangnya penerimaan negara masih tersendat.

"Penerimaan pajak masih negatif, tetapi sudah mengecil dibandingkan sebelumnya," ungkap Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam konferensi pers APBN Kita Edisi Mei 2021, Selasa (25/5/2021)

Penerimaan negara tumbuh 6,5% menjadi Rp 585 triliun. Penerimaan pajak masih mengalami kontraksi atau tumbuh negatif 0,5% menjadi Rp 374,9 triliun. Kepabeanan dan cukai tumbuh cukup tinggi dengan 36,5% menjadi Rp 78,7 triliun. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp 131,3 triliun, naik 14,9%.

Sementara pertumbuhan belanja mencapai 15,9% menjadi Rp 723 triliun atau 26,3% dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021. Belanja pemerintah pusat tercatat Rp 489,8 triliun (tumbuh 28,1%) yang meliputi belanja K/L Rp 278,6 triliun dan non-K/L Rp 211,3 triliun.

Transfer ke Daerah dan Dana Desa mengalami kontraksi 3,4% menjadi Rp 233,2 triliun. Suahasil meyakini dana di daerah tidak akan terganggu karena simpanan di perbankan oleh pemerintah daerah (pemda) masih tinggi.

Dengan postur tersebut, maka defisit anggaran menjadi 0,83% terhadap PDB atau Rp 138,1 triliun. Pembiayaan anggaran tercatat mencapai Rp 392,2 triliun dan SILPA Rp 254,2 triliun.

"Berarti posisi kas pemerintah sangat aman dan kita hati-hati pastikan belanja negara dipakai untuk pemulihan ekonomi bisa kita sediakan dengan maksimal bagi masyarakat semua," terang Suahasil.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wamenkeu: Defisit APBN Bagian Strategi Dorong Pertumbuhan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular