Internasional
Eropa Kisruh! 27 Negara Ngamuk Gegara Pembajakan Pesawat Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Negara-negara Barat (Uni Eropa) mengecam keras atas aksi pembajakan pesawat maskapai Ryanair pada Minggu (23/5/2021) waktu setempat. Pembajakan tersebut dilakukan oleh otoritas Belarusia demi menangkap seorang jurnalis sekaligus aktivis asal negara tersebut, Roman Protasevich.
Para pemimpin Eropa yang marah kemudian menggelar pertemuan di Brussel pada Senin (24/5) untuk membahas bagaimana menghukum pihak berwenang Belarus atau Belarusia, setelah pendaratan paksa penerbangan Ryanair dan penangkapan Roman Protasevich.
Pada Minggu lalu, sebuah jet tempur mengawal penerbangan Ryanair, yang berada di wilayah udara Belarusia, untuk dipaksa mendaratkannya di ibu kota Minsk.
Pihak berwenang menegaskan langkah itu dilakukan karena informasi adanya ancaman keamanan, tetapi kemudian pihak berwenang Belarus justru melanjutkan untuk menahan aktivis jurnalis tersebut.
Ryanair menyebutnya sebagai "tindakan pembajakan penerbangan" dan Belarus dikutuk secara luas oleh Barat.
Ryanair Ltd. adalah maskapai penerbangan berbiaya murah Irlandia. Kantor pusatnya berada di Bandar Udara Dublin di Swords, County Dublin, Irlandia
Pesawat itu telah melakukan perjalanan dari Yunani ke Lituania, dua anggota Uni Eropa (UE), pada Minggu lalu. Penerbangannya kemudian dialihkan dan mendarat darurat di Minsk, Belarus , setelah pesawat itu menerima ancaman bom.
Ancaman itu ternyata taktik otoritas Belarusia untuk menangkap tokoh oposisi Roman Protasevich yang menjadi salah satu penumpang pesawat tersebut.
KTT Uni Eropa yang digelar pada Senin ini sebetulnya dimaksudkan sebagai pertemuan tentang aksi iklim, tetapi kini bakal didominasi oleh pembahasan insiden di Belarusia.
"Ini adalah upaya terang-terangan lain dari otoritas Belarusia untuk membungkam semua suara oposisi," tulis 27 negara anggota UE dalam sebuah pernyataan pada Senin pagi, dikutip CNBC International, Senin (24/5/2021).
Nigel Gould-Davies, mantan duta besar Inggris untuk Belarusia, mengatakan kepada CNBC Street Signs pada Senin bahwa "sangat penting bagi UE, dan saya berharap dengan dukungan Amerika juga, akan mengambil sikap yang lebih kuat dan terpadu sekarang."
Uni Eropa sebelumnya sudah mengajukan sanksi terhadap rezim Presiden Belarusia Alexander Lukashenko pada tahun 2020 atas penindasan dan intimidasi kekerasan terhadap demonstran damai, anggota oposisi dan jurnalis.
Konflik ini terjadi setelah pemilihan presiden yang berlangsung pada Agustus, yang tidak diakui oleh Uni Eropa sebagai pemilu yang bebas dan adil.
Gitanas Nauseda, Presiden Lituania, menyarankan agar wilayah udara di atas Belarusia dianggap tidak aman dan pesawat Belarusia tidak boleh diterima di bandara Eropa.
Alexander Stubb, mantan Perdana Menteri Finlandia, mengatakan kepada CNBC bahwa "tidak ada harapan untuk bekerjasama [dengan Belarusia] sebelum terjadi perubahan rezim. UE harus menggunakan semua instrumennya, dimulai dengan sanksi secara menyeluruh."
Insiden itu terjadi pada saat UE berjuang untuk mencapai konsensus mengenai masalah kebijakan luar negeri utama.
Minggu lalu, misalnya, 27 negara Uni Eropa gagal menyetujui pernyataan bersama tentang konflik baru-baru ini antara Israel dan Palestina setelah Hongaria menolak untuk menandatanganinya.
Awal bulan ini, para menteri Uni Eropa juga tidak menyetujui pernyataan umum tentang China, juga setelah Hongaria memblokir konsensus.
"Pembajakan Ryanair adalah ujian terakhir untuk kredibilitas kebijakan luar negeri UE baik di panggung dunia maupun UE," kata Alberto Alemanno, seorang profesor hukum UE di sekolah bisnis H.E.C.
"Entah UE akan berhasil dengan suara bulat berbicara dan bertindak melawan [Belarusia] Lukashenko, dan Rusia, jika keterlibatannya dikonfirmasi, atau kecelakaan [pembajakan] ini dapat menandai akhir dari otonomi strategis persatuan [UE]," katanya.
[Gambas:Video CNBC]
Kacau! Bajak Pesawat Ryanair, Belarusia Salahkan Hamas
(tas/tas)