Internasional

Covid Makin Gawat, PM Malaysia Blak-Blakan soal Full Lockdown

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
24 May 2021 08:56
PM Malaysia Muhyiddin Yassin.
Foto: PM Malaysia Muhyiddin Yassin. AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri (PM) Malaysia Muhyiddin Yassin blak-blakan soal penguncian (lockdown) di negaranya. Ia menyebut bahwa tipe penguncian yang ia setujui beresiko besar bagi perekonomian negara.

Berbicara dalam sebuah wawancara yang disiarkan oleh RTM dan Bernama TV pada hari Minggu (23/2/2021), Muhyiddin mengakui adanya seruan untuk pembatasan yang lebih ketat selama Perintah Kontrol Gerakan (MCO) saat ini. Sejumlah pihak menginginkan "full lockdown" alias penguncian penuh, seperti yang pernah dilakukan Negeri Jiran Maret dan Mei 2020.

"Kami bisa menutup semuanya (full lockdown) dan duduk diam, pabrik tutup dan semua orang tetap di rumah dan itu menjamin keamanan. Mudah bagi pemerintah dan Kementerian Kesehatan untuk mengatur hidup kita," ujarnya, dikutip dari Channel News Asia, Senin (24/5/2021).

Namun ia kembali menegaskan bahwa dampak ekonominya bisa sangat buruk. Ini sama seperti pada pemberlakukan MCO pertama kali tahun lalu

"Kami melihat kasusnya meningkat ... jadi saya membuat keputusan untuk menutup semuanya (tahun lalu) ... Saat itu, kasusnya sedikit, mudah dikelola - hanya beberapa klaster, tapi tidak tersebar luas di komunitas kami ... Dampaknya terhadap perekonomian sangat besar," ucapnya.

Ia mencatat bahwa ekonomi hampir runtuh saat itu, dengan negara kehilangan RM2,4 miliar atau Rp 8,4 triliun per hari. Pemerintah memberikan bantuan ekonomi senilai RM340 miliar (Rp 117 triliun).

"Jika kami perlu melakukannya lagi (dan memberikan bantuan ekonomi), kami membutuhkan lebih banyak uang. RM340 miliar tidak akan cukup karena dampaknya lebih buruk. Saya perlu menyisihkan setengah triliun. Tapi apakah kita punya setengah triliun?" katanya.

"Itu sebabnya kami belajar selama setahun terakhir, kami tidak bisa menutup perekonomian. Kita harus menyeimbangkan hidup dan mata pencaharian ... Saya pikir hidup itu penting karena saya tidak ingin orang mati karena kelalaian kita atau kecerobohan mereka. Tapi saya juga tidak ingin ekonomi kita ambruk ke titik di mana orang tidak punya uang untuk makan," ujarnya lagi.

Ia meminta orang-orang mengerti soal ini. Negerinya, kata dia, sulit untuk kembali ke pola MCO "full lockdown".

Sebelumnya, terus meningkatnya kasus corona di Malaysia memicu kekhawatiran. Empat hari berturut-turut hingga Minggu, kasus naik ke level 6.000.

Ini rekor sejak kasus pertama kali menembus 5.000 Januari 2021. Malaysia mencatat total kasus hingga pagi ini 512.091 dengan 2.248 kematian.

Saat ini Malaysia memang telah menerapkan MCO ke-3 kalinya, yang dimulai 12 hingga 7 Juni. Namun karena aturan yang ada tak cukup membendung penyebaran corona, Putrajaya akhirnya meningkatkan status menjadi MCO dengan "lockdown ketat".

Dalam pernyataan pers Sabtu, 80% dari semua pekerja di sektor publik serta 40% pekerja di sektor swasta, akan diminta untuk bekerja dari rumah. Bukan hanya itu, transportasi umum juga akan beroperasi dengan kapasitas 50%.

Sementara bisnis hanya boleh buka dari jam 8.00 hingga 20.00. Semua institusi pendidikan ditutup dan makan di restoran juga dilarang. Hanya tiga orang yang diizinkan bepergian di setiap mobil, termasuk pengemudi.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Seperti Ini Hari Pertama Lockdown di Malaysia: Super Sepi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular