Pro Kontra Rencana Jokowi: PPN Naik, Ubah PPh & Tax Amnesty

Rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) dianggap hanya akan membuat perekonomian terpuruk. Bukan tidak mungkin, pemulihan ekonomi akan berjalan semakin lamban.
Ekonom Senior Dradjad Wibowo memandang, rencana pemerintah menaikkan tarif PPN salah strategi. Pasalnya, kenaikan PPN hanya akan membuat konsumsi rumah tangga tertekan.
Selama empat kuartal terakhir, kata dia, konsumsi rumah tangga belum mengalami perbaikan yang cukup signifikan. Apalagi bila kenaikan PPN benar-benar diberlakukan.
"Ibaratnya seperti kita membunuh angsa bertelur emas. Karena harapan kita pada konsumsi rumah tangga. Karena pertumbuhan ekonomi kita tergantung pada konsumsi rumah tangga," kata Dradjad saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Jumat (21/5/2021).
Hal senada juga disampaikan oleh Ekonom CORE Piter Abdullah. Menurut dia saat ini bukan saat yang tepat bagi pemerintah menaikkan PPN. Piter berargumentasi, kebijakan tersebut bisa menghambat pemulihan ekonomi yang saat ini sedang terjadi momentumnya.
Menurutnya, meski kenaikan PPN direncanakan Pemerintah untuk tahun depan saat ekonomi mulai pulih, ia merasa masih belum tepat. Sebab, kenaikan PPN justru akan memperlemah daya beli masyarakat.
Pelemahan daya beli tentu juga menekan konsumsi rumah tangga. Padahal konsumsi masih menjadi sektor utama pendorong perekonomian dalam negeri. "PPN harusnya dijadikan instrumen dorong konsumsi," ujarnya.
Oleh karenanya, ia menilai bahwa yang seharusnya dilakukan Pemerintah adalah menurunkan PPN bukan menaikkannya. Sama seperti penurunan PPnBM untuk kendaraan bermotor dan PPN sektor properti yang ditujukan untuk meningkatkan konsumsi di sektor tersebut.
Halaman 5>>