India Diterjang Tsunami Covid, Bagaimana Nasib Modi?

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
22 May 2021 19:55
Health workers attend to a patient at the BKC jumbo field hospital, one of the largest COVID-19 facilities in Mumbai, India, Thursday, May 6, 2021.(AP Photo/Rafiq Maqbool)
Foto: Perawatan pasien Covid-19 di salah satu fasilitas COVID-19 terbesar di Mumbai, India, Kamis, 6 Mei 2021. (AP/Rafiq Maqbool)

Jakarta, CNBCIndonesia- India saat ini dengan hadapi lonjakan kasus positif Covid-19 di mana sebanyak 300.000 orang meninggal. Hal ini kemungkinan berdampak pada kekuasaan politik Perdana Menteri Narendra Modi.

Melansir AFP, Sabtu (22/5/2021) ada beberapa alasan terkait hal itu. Pertama lonjakan besar kasus telah membanjiri sistem kesehatan. Secara resmi, jumlah korban tewas mendekati 300.000.

Tetapi banyak ahli mengatakan angka sebenarnya bisa tiga atau empat kali lebih tinggi dan mungkin lebih. Ratusan jenazah bahkan dibuang ke sungai atau dikubur di kuburan dangkal. Hampir tiga persen orang divaksinasi penuh.

Ahli virologi top India baru-baru ini keluar dari panel penasehat ilmiah setelah mengkritik "penolakan keras kepala pemerintah terhadap pembuatan kebijakan berbasis bukti".

Pada awal 2021, India merasa telah mengatasi pandemi Covid-19. India telah "menyelamatkan dunia dari bencana dengan mengendalikan situasi," kata Modi pada 28 Januari.

Narendra Modi melonggarkan kebijakan protokol kesehatan. Demonstrasi politik besar-besaran dalam pemilihan umum terjadi. Pertemuan keagamaan massal terus berlangsung, termasuk Kumbh Mela dengan jutaan peziarah yang sebagian besar tidak bermasker.

Pihak berwenang tidak berbuat banyak untuk mempersiapkan gelombang adanya ancaman gelombang tersebut.

Hal ini telah menjadi sasaran kritik dari warga India. Muncul tagar #Modiresign di Twitter.

Beberapa pendukung Partai Bharatiya Janatha (BJP), partai Modi,tidak senang dengan kebijakan pemerintah itu. Pemerintah "membuat kesalahan besar dengan tidak mengantisipasi bencana gelombang kedua Covid," kata Amit (38).

"Ini akan membuat orang-orang seperti saya tidak memberikan suara dalam pemilihan berikutnya untuk BJP, atau partai mana pun."

Shailja Jain (28) mengatakan sejak memilih Modi pada 2019, dukungannya telah berkurang karena "agenda fasis, komunal, kasta, hiper-kapitalis"BJP. "Tapi penanganan mereka terhadap pandemi Covid-19 adalah buruk" kata akuntan itu.

BJP gagal memenangkan pemilihan negara bagian di Benggala Barat dan tampil buruk di beberapa daerah pemilihan di Uttar Pradesh. Beberapa mengaitkan ini dengan penanganan pandemi Modi.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hujan Kritik ke PM Modi di Tengah Tsunami Covid-19 India

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular