Internasional

Hujan Kritik ke PM Modi di Tengah Tsunami Covid-19 India

Tommy S, CNBC Indonesia
17 May 2021 19:33
Family members and relatives of a person who died of reasons other than COVID-19 pray next to his shallow sand grave on the banks of river Ganges in Prayagraj, India, Sunday, May 16, 2021. Police are reaching out to villagers in northern India to investigate the recovery of bodies buried in shallow sand graves or washing up on the Ganges River banks, prompting speculation on social media that they were the remains of COVID-19 victims. (AP Photo/Rajesh Kumar Singh)
Foto: Anggota keluarga dan kerabat mendoakan kerabatnya yang meninggal akibat covid-19 di samping kuburan pasir dangkal di tepi sungai Gangga di Prayagraj, India, Minggu, 16 Mei 2021. (AP / Rajesh Kumar Singh)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tsunami Covid-19 di India membuat Perdana Menteri (PM) Narendra Modi dihujat. Pasalnya, Modi dianggap gagal mencegah pandemi dan absen selama penanganan gelombang infeksi Covid-19.

Dikutip The Guardians, Nagesh Kariyappa, Sekretaris Jenderal Serikat Mahasiswa Nasional India, melaporkan Modi ke polisi pada hari Jumat (14/3/2021).
"Di manakah yang disebut para pemimpin yang telah berjanji untuk menjadikan India pemimpin global tetapi malah membuat orang menderita seperti ini?" kata Kariyappa.

Sementara itu di negara bagian Haryana, yang notabenenya pemilih Modi dan partainya, disebut jika masyarakat sudah kehilangan kepercayaan terhadap figur pria berusia 70 tahun itu. Bahkan sebuah tanda baru-baru ini didirikan yang melarang politisi BJP (The Bharatiya Janata Party / Partainya Narendra Modi) memasuki desa tersebut.

Karamchand Singh, seorang pengemudi becak otomatis dari desa Ramgarh yang telah berjuang untuk memenuhi kebutuhan selama pandemi mengatakan dia telah memilih Modi pada tahun 2019 tetapi sekarang telah kehilangan kepercayaan padanya.

Indian Prime Minister Narendra Modi walks in the garden of the French Prime Minister's residence before their talks in Paris, France August 23, 2019. Michel Spingler/Pool via REUTERSFoto: Perdana Menteri India, Narendra Modi pada 22 Agustus 2019 (Michel Spingler/Pool via REUTERS)

"Lihat saja jumlah orang yang meninggal," katanya.

Sebelumnya Modi sendiri pernah menghadapi ancaman pemakzulan dari beberapa kubu politik internalnya setelah dianggap gagal dalam mengendalikan penyebaran virus Covid-19 di negara itu.

Dalam sebuah momen, Modi terlihat tidak mengenakan masker pada rapat umum kampanye partainya BJP pada bulan lalu, dengan mengatakan : "Saya belum pernah melihat kerumunan sebanyak itu" di sebuah acara di Benggala Barat.

Hal ini menjadi sangat kontras ketika Kepala Menteri negara bagian Maharashtra Uddhav Thackeray, yang negara bagiannya mencakup pusat keuangan India, Mumbai, mengatakan pada hari bahwa dia mencoba menelepon Modi untuk mengatasi kekurangan oksigen dan obat Remdesivir, tetapi diberi tahu bahwa Modi terlalu sibuk menangani kampanye.

Sontak kejadian ini mendapatkan kecaman kuat dari kelompok oposisinya. Bahkan partai rival politiknya membatalkan kunjungan ke negara bagian Benggala Barat karena gelombang pandemi yang sangat mengkhawatirkan disana.

Yashwant Sinha, mantan menteri keuangan di partai Modi juga mengatakan bahwa tindakan Modi tidak dapat diterima.

"Kegembiraan perdana menteri di kerumunan besar pada kampanye Modi hanya bisa dirasakan oleh orang yang sama sekali tidak sensitif," ucapnya.

Kondisi ini jauh berbeda dibandingkan Modi dan para elit partainya. Di tengah pandemi, mereka terus maju dengan proyek renovasi gedung parlemen setara Rp 28 triliun yang kontroversialdi sekitar area Central Vista di Delhi.

Modi sendiri dirasa cukup acuh dalam menangani pandemi. Ia menyatakan bahwa langkah-langkah penguncian tidak diperlukan karena India sebelumnya telah menangani situasi dengan baik dan penguncian akan berdampak serius pada ekonominya.

Hal ini pun sempat ditentang oleh para miliuner negeri itu. Uday Kodak yang merupakan pemilik Kodak Mahindra Bank itu menyerukan peningkatan tindakan penguncian di India dan mendesak "langkah nasional terkuat, termasuk membatasi aktivitas ekonomi, untuk mengurangi penderitaan."

"Pada saat kritis ini ketika (jumlah) korban nyawa meningkat ... melindungi nyawa adalah prioritas utama dan langkah-langkah respons maksimal nasional pada tingkat tertinggi (harus) diminta untuk memutus jalur transmisi," kata Kodak, Minggu (2/5/2021) sebagaimana dikutip Forbes.

"Kita harus memperhatikan nasihat ahli tentang hal ini, dari India dan luar negeri."

Selain itu Modi juga dianggap gagal dalam mengatasi mobilitas publik pada acara tradisi Kumbh Mela di sungai Gangga. Di saat pandemi yang masih meluas di negara itu, tradisi ini masih tetap saja terjadi dengan mengumpulkan kerumunan sebanyak 5 juta orang. Modi sendiri telah meminta acara itu dihentikan namun kerumunan yang membludak tanpa mengindahkan protokol kesehatan telah terjadi.


(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh! PM Modi Ngotot Proyek DPR-Rumah Dinas Rp25 T Jalan Terus

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular