
Fenomena Hotel Bertumbangan di RI: Diobral & Ditutup!

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ke hari hotel-hotel yang dijual di toko online makin bertebaran di toko online, bahkan tak sedikit yang tutup. Di Surabaya ada Fenomena tutupnya hotel bintang 5 Golden Tulip Legacy Surabaya yang harus tutup total saat pandemi.
Ini menjadi salah satu contoh dari ribuan kasus hotel lainnya yang megap-megap. Berdasarkan catatan PHRI Pusat, per Agustus tahun lalu saja ada 1.504 hotel yang harus tutup akibat wabah virus corona.
Banyak hotel-hotel di Surabaya dijual di situs jual beli online oleh para pemiliknya. Harganya beragam, mulai dari Rp 6 miliar hingga triliunan rupiah.
Fenomena ini terjadi sejak pandemi hingga saat ini di berbagai kota Indonesia selain Surabaya. Bahkan ada pemilik hotel yang akhirnya memilih tutup total usahanya karena pukulan berat pandemi. Di Surabaya ada hotel bintang 5 Golden Tulip Legacy sudah dinyatakan tutup oleh asosiasi hotel yang menaunginya.
Hotel-hotel di daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) termasuk yang parah kena dampak pandemi. Jumlah hotel yang gulung tikar dari hari ke hari kian bertambah, tak heran banyak yang diobral.
"Ada beberapa unit usaha yang mulai tutup. Kemarin data kita 30, sekarang sudah meningkat jadi 50 di DIY per hari ini hotel dan resto yang tutup, ini hanya data yang masuk sebagai anggota PHRI DIY, jumlahnya 300-an. Kalau di luar PHRI, bisa dua kali lipat, ratusan," kata Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranawa Eryana beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Di situs jual beli online Lamudi misalnya, tercatat ada 631 hotel di Bali yang diobral. Banderol harga mulai Rp 15-an miliar sampai triliunan rupiah.
Hotel yang memiliki harga Rp 15 miliar salah satunya berada di Ubud Gianyar, di dalamnya memiliki fasilitas restaurant kapasitas 36 sit, parking area 4 mobil dan 20 motor serta 2 kolam renang serta 16 kamar yang terletak di dua lantai. Total Luas tanah sebesar 1.400 m dan luas bangunan 1.500m2.
Berikutnya, okupansi hotel-hotel selama libur lebaran di Jawa Barat sangat menyedihkan. Di Bandung misalnya, tingkat okupansi jauh dibanding waktu lebaran sebelum ada pandemi.
"Di bawah satu digit, kota Bandung paling rendah (di Jawa Barat), sekitar 7-8%. Padahal waktu lebaran normal bisa sampai 65%," kata Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat Herman Muchtar.
Penyebab anjloknya okupansi karena adanya larangan mudik di tahun ini. Impaknya, masyarakat tidak ditinggalkan asisten rumah tangga (ART) untuk pergi ke kampung halaman.
Banyak pengelola hotel yang akhirnya mulai angkat tangan dengan menutup usahanya setelah satu tahun terkena pandemi Covid-19. Mereka tidak kuat untuk menahan biaya operasional yang besar, mulai dari listrik air hingga kebutuhan pegawai.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Help! Pengusaha Hotel Makin Parah, Bisnis Berdarah-Darah