Ada Titik Cerah Ekonomi RI: Terima Kasih China dan AS

Lidya Julita Sembiring & Maikel Jefriando, CNBC Indonesia
19 May 2021 12:03
Pekerja melakukan bongkar muat batu bara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (23/2/2021). Pemerintah telah mengeluarkan peraturan turunan dari Undang-Undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Adapun salah satunya Peraturan Pemerintah yang diterbitkan yaitu Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu Bara di Terminal Tanjung Priok. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Titik cerah ekonomi Indonesia muncul di tengah covid-19 yang masih berkeliaran di tanah air. Sepertinya semua patut berterima kasih kepada China dan Amerika Serikat (AS).

Kenapa China dan AS? Pemulihan ekonomi kedua negara tersebut yang lebih cepat memberikan dampak positif kepada banyak negara, karena mampu mendorong harga komoditas. Indonesia sebagai salah satu pemasok komoditas terbesar tentu kebagian untungnya.

"Pulihnya ekonomi China dan AS mampu mendorong harga-harga komoditas global seperti batubara, CPO, minyak meningkat," ungkap Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro dalam paparan virtual, Rabu (19/5/2021)

"Harga-harga komoditas penting bagi Indonesia seperti CPO, batubara, minyak, dan nikel sudah tinggi. Ke depan, harga-harga komoditas secara rata-rata masih akan di level yang relatif tinggi dibandingkan tahun lalu" jelasnya.

Harga batu bara acuan Ice Newcastle berhasil menembus level tertinggi dalam 2,5 tahun terakhir, tepatnya melonjak menjadi US$ 104,65 per ton pada perdagangan Kamis (14/05/2021) pekan lalu. Harga tersebut merupakan tertinggi sejak November 2018 lalu.

Tembaga selama dua bulan terakhir ini juga terus menunjukkan peningkatan. Bahkan, pada awal Mei, tepatnya 6 Mei 2021, harga tembaga di London Metal Exchange (LME) menembus level US$ 10.000 per metrik ton (MT), tepatnya US$ 10.025 per MT dan terus naik, bahkan pada 13 Mei pekan lalu sempat menyentuh US$ 10.253,5 per MT, meski pada 14 Mei harus turun ke level US$ 10.212 per MT.

Crude Palm Oil (CPO) juga sempat alami kenaikan tinggi. Harga kontrak CP pengiriman Agustus 2021 yang aktif ditransaksikan di Bursa Malaysia Derivatif Exchange naik 2,31% ke RM 4.340/ton. Meskipun setelah lebaran sedikit turun.

Timah pada bulan lalu mengalami kenaikan sampai dengan 40,8%. Kenaikan juga terjadi pada komoditas lainnya seperti nikel, alumunium, karet hingga kopi. Sementara di tahun lalu, harganya anjlok di zona negatif.

Menurut Ekonom Bank Mandiri Dian Ayu Yustina, kenaikan harga komoditas tersebut memicu pertumbuhan ekspor. Lebih jauh efek ke depannya, Dian mengatakan hal tersebut bisa mendorong perbaikan di neraca pembayaran.

"Semakin membaiknya ekonomi AS dan China semakin dapat menopang permintaan ekspor Indonesia dan sehingga kinerja ekspor kita bisa positif. Ekpor pulih maka laju impor akan naik. Dan surplus neraca dagang positif dan positif untuk neraca pembayaran," jelasnya

Dengan performa ekspor yang gemilang, maka secara keseluruhan 2021, Tim Ekonom Bank Mandiri memproyeksikan pertumbuhan sebesar 4,4%. Dengan catatan tidak ada lonjakan kasus penyebaran covid-19 yang signifikan.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Angin Segar Ekonomi RI, Jokowi: Harga Komoditas Lagi Tinggi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular