Punya Rakyat 1,4 Miliar Orang, China Bantah Populasi Turun!

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
10 May 2021 20:36
Warga China beraktifitas seperti biasa dtengah lonjakan virus Covid-19. (AP/Andy Wong)
Foto: Warga China beraktifitas seperti biasa dtengah lonjakan virus Covid-19. (AP/Andy Wong)

Jakarta, CNBC Indonesia - Biro Statistik Nasional (NBS) China menyatakan bahwa populasi China terus bertambah pada tahun 2020. Pernyataan ini menyangkal laporan sebuah media yang mengatakan populasi Negeri Tirai Bambu dapat turun pertama kalinya dalam 60 tahun terakhir.

China sebagai negara terpadat penduduk di dunia ini memang belum mengkonfirmasi angka kelahiran resmi pada 2020 yang mana China sempat dilanda virus corona tahun lalu. Angka ibu melahirkan mencapai 14,65 juta bayi pada 2019, merupakan angka level terendah sejak 1961 dan turun dari sebelumnya, 15,23 juta pada tahun 2018.

"Populasi China akan terus bertambah pada tahun 2020, dan data spesifik akan dirilis dalam komunike sensus nasional ketujuh," kata pernyataan NBS pada April lalu seperti dikutip dari South China Morning Post (SCMP), Senin (10/5).

Sebelumnya media Financial Times melaporkan bahwa populasi negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu dapat berkurang karena mengalami lebih banyak kematian daripada kelahiran untuk pertama kalinya sejak 1961.

Penurunan populasi China akan menjadi yang pertama sejak penurunan dua tahun pada 1960-1961 karena dampak Kelaparan Besar.

Menurut angka resmi, populasi turun sekitar 10 juta pada tahun 1960 dan selanjutnya 3,4 juta pada tahun 1961 sebelum meningkat kembali sebesar 14,4 juta pada tahun 1962. Kini Kementerian China telah menggunakan angka 1,4 miliar penduduk sejak 2018.

Sekalipun total populasi tidak segera turun, pemerintah China sebelumnya mengatakan kesenjangan tahunan antara jumlah bayi baru lahir dan jumlah kematian akan menyusut secara signifikan menjadi sekitar 1 juta orang selama lima tahun ke depan.

Dalam perkiraan terbaru pada November 2020 tahun lalu, pemerintah memperkirakan populasi China akan mencapai puncaknya pada 2027.

Namun, He Yafu, ahli independen tentang demografi China, memperkirakan populasi akan turun pada tahun 2022 karena jumlah kelahiran turun menjadi hampir 10 juta dan jumlah kematian melebihi 10 juta.

"Saya memperkirakan jumlah kelahiran baru di China pada tahun 2020 lebih dari 12 juta, akan turun menjadi sekitar 11 juta tahun ini, dan kemudian turun 1 juta lagi pada tahun 2022," katanya dikutip dari SCMP.

China melakukan sensus populasi nasional ketujuh pada November dan Desember 2020. Sejumlah besar informasi pribadi dan rumah tangga yang berkaitan dengan usia, pendidikan, pekerjaan, migrasi, dan status perkawinan orang yang tinggal di negara terpadat di dunia dikumpulkan.

Karena banyaknya jumlah orang yang disurvei, secara teori akan memberikan informasi paling akurat tentang perubahan populasi China dan digunakan sebagai sumber daya utama untuk perencanaan masa depan.

Sensus sepuluh tahunan adalah kunci untuk mengukur perubahan dalam ukuran dan keragaman populasi China, menjadikannya alat penting untuk kebijakan pemerintah di masa depan. Beijing saat ini mengembangkan rencana lima tahun ke-14 yang akan menetapkan target ekonomi dan sosial untuk periode 2021-2025, dan data sensus akan berperan untuk program tersebut.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Fix 'Resesi Seks'! Populasi China Bakal Terus Menyusut

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular