Bursa Asia Mayoritas Menguat, Kospi Jawara Melesat 1,6%

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
10 May 2021 16:38
A currency trader walks by the screens showing the Korea Composite Stock Price Index (KOSPI), left, and the foreign exchange rate between U.S. dollar and South Korean won at the foreign exchange dealing room in Seoul, South Korea, Tuesday, Dec. 10, 2019. Asian stock markets have fallen as investors look ahead to interest rate decisions by U.S. and European central bankers and possible American tariff hike on Chinese imports.  (AP Photo/Lee Jin-man)
Foto: Bursa Korea (KOSPI). (AP Photo/Lee Jin-man)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia mayoritas ditutup di zona hijau pada perdagangan Senin (10/5/2021), di tengah kenaikan harga-harga kontrak komoditas menyusul menguatnya permintaan di China, dan gangguan suplai minyak mentah di Amerika Serikat (AS) akibat serangan siber terhadap fasilitas pipa.

Tercatat indeks Nikkei Jepang ditutup menguat 0,55% ke level 29.518,34, Shanghai Composite China tumbuh 0,27% ke 3.427,99, KOSPI Korea Selatan meroket 1,63% ke 3.249,30, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 0,8% ke 5.975,79.

Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong turun tipis 0,05% ke posisi 28.595,66 dan indeks Straits Times Singapura melemah 0,56% ke 3.182,41.

Pasar saham Hong Kong ditutup di zona merah karena pelemahan saham teknologi di negara tersebut, di tengah perang anti-trust yang semakin mendalam di Beijing.

Saham China Mobile Ltd, China Unicom dan China Telecom Corp semuanya turun, setelah tiga perusahaan telekomunikasi China mengatakan pada akhir pekan lalu bahwa mereka akan dihapus dari bursa saham New York seiring dengan pembatasan investasi AS yang berlaku pada tahun lalu.

Sementara pasar saham Singapura juga ditutup melemah pada hari ini karena pelaku pasar di negara tersebut masih memantau perkembangan pandemi virus corona (Covid-19) di Negeri Singa tersebut.

Namun, saham energi naik tajam dan menjadi pendorong penguatan bursa Asia, setelah serangan siber yang menyebabkan metinya operator pipa AS yang menyediakan hampir setengah dari pasokan bahan bakar pantai timur AS, yang memacu harga minyak dan gas berjangka.

Selain itu, pasar saham Asia ternyata menanggapi positif dari rilis data ketenagakerjaan AS yang kurang memuaskan pada periode April 2021.

Laporan data tenaga kerja April yang jauh lebih lemah dari ekspektasi, yang menunjukkan bahwa pelaku usaha di AS hanya menambah 266.000 gaji baru memicu ekspektasi bahwa suku bunga acuan rendah bakal dipertahankan lebih lama lagi. Ekonom dalam polling Dow Jones tadinya memperkirakan akan ada 1 juta slip gaji yang baru.

Berbekal data tersebut, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diprediksi masih akan melanjutkan kebijakan moneter longgar yang sekarang diberlakukan.

Apalagi para pelaku pasar sebelumnya juga sudah khawatir dengan risiko inflasi yang bakal terjadi di mana data inflasi siap dirilis juga di pekan ini tepatnya pada 12 Mei mendatang.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular