Nasib Industri Tekstil

Lagu Lama, Lebaran Datang Tekstil-Baju Impor Pun Menghadang!

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
06 May 2021 17:20
Pembeli memilih kain di salah satu toko tekstil di Pasar Baru, Jakarta, Selasa (6/4/2021). Pemerintah didesak untuk segera memberlakukan penerapan safequard atau perlindungan karena makin markanya produksi tekstil impor di Indonesia. Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Rizal Tanzil Rakhman menyebutkan bahwa industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sektor kain atau garmen saat ini tengah menghadapi gempuran impor kain yang mencapai 46 persen. Pantauan CNBC Indonesia kain didatangkan langsung dari Tiongkok, India dan Italia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Garmen (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki bulan Ramadhan dan Idul Fitri biasanya menjadi momen paling 'cuan' bagi banyak perusahaan tekstil. Namun, di tahun ini tidak berjalan seperti biasanya. Menurunnya permintaan membuat geliat sektor tekstil dan turunannya seperti bahan baku serat dan benang filament tidak begitu terasa.

"Jika membandingkan dengan tahun lalu, minatnya ada tapi nggak sebesar dua tahun lalu ketika sebelum pandemi Covid-19," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta kepada CNBC Indonesia, Kamis (5/6/21).

Ketika geliat permintaan sudah mulai muncul, namun serangan produk tekstil impor seakan tidak terbendung. Baju dan celana yang kebanyakan berasal dari China memiliki harga lebih murah terus menggerus pasar yang dimiliki produk tekstil Indonesia.

Kondisi berbeda ketika awal tahun lalu, saat itu permintaan juga memang belum tinggi seperti waktu normal, namun produk tekstil impor belum banyak masuk ke pasar Indonesia.

"Dari Q1 ke Q2 bisa turun sampe 30% sales kita, besar sekali. Bahkan di awal tahun utilisasi kita hampir full, begitu pertengahan Maret drop. Daya beli Januari-Februari belum kuat, tapi impor belum banyak. Di Q1 impor terhambat kontainer masuk Indonesia, Maret kontainer tersedia mulai banyak lagi. Ini yang jadi masalah," kata Redma.

Permasalahan yang terjadi di sektor tekstil terus berulang dari tahun ke tahun. Derasnya produk impor yang masuk ke Indonesia seakan tidak ada jurus jitu untuk menyelesaikannya.

Redma mengatakan bakal bertemu Presiden Joko Widodo untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan pengusaha tekstil. Adapun beberapa waktu lalu Jokowi juga sudah menunjukkan kekesalannya terhadap produk impor karena banyak 'membunuh' industri dalam negeri.

"Pak Menperin sudah mau kasih waktu, kalau perlu sampai ke Presiden. Jadi kita maunya ketemu Pak jokowi lagi karena kondisi Juni-Juli krusial karena modal kerja buat THR, bayar modal kerja tergerus terus, sementara revenue tersendat dari hilirnya. Jd ini krusial ada keputusan yang signifikan, terutama di market kita perlu kepastian pasar," sebut Redma.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Help! Tekstil RI Masih Terus Digempur Barang Impor Ilegal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular