
Buruh Protes THR Dicicil, Ini Kondisi Keuangan Pan Brothers

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten tekstil tengah mendapatkan tekanan berat. Hal itu tampak ketika video berdurasi singkat viral di media sosial yang berisi ribuan pekerja PT Pan Brothers Tbk (PBRX) di pabrik Boyolali, Jawa Tengah, melakukan aksi demonstrasi.
Mereka menyatakan ketidakpuasannya atas kebijakan perusahaan yang membayar Tunjangan Hari Raya (THR) dengan cara dicicil.
Vice Chief Executive Officer Pan Brothers Anne Patricia Sutanto mengatakan, perseroan sebelumnya memang mengumumkan pembayaran THR yang dibayarkan secara bertahap karena mempertimbangkan kondisi arus kas yang terbatas.
"Kami memang pagi ini mengumumkan, karena keterbatasan cashflow. THR akan dicicil maksimal 8 kali dan akan selesai dalam bulan Desember 2021," kata Anne, dalam keterangannya, Rabu (5/5/2021).
Namun demikian, bila kondisi keuangan perusahaan menunjukkan perbaikan, maka pembayaran THR bisa dipercepat.
"Jika cashflow memungkinkan, pembayaran akan dipercepat sesegera mungkin," ujarnya.
Sebelumnya, ribuan pekerja Pan Brothers di pabrik Boyolali, melakukan aksi demonstrasi. Mereka menyatakan ketidakpuasannya atas kebijakan perusahaan yang membayar THR dengan cara dicicil.
Ribuan buruh pabrik garmen tersebut memenuhi dan menutup akses jalan Mojosongo - Teras. Bahkan, mereka juga tampak membakar ban di tengah jalan.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan Pan Brothers?
Bagaimana kondisi keuangan perusahaan sampai tidak mampu membagikan THR karyawan secara penuh dalam sekali bayar?
Laporan keuangan paling baru yang disampaikan perusahaan adalah kinerja keuangan perusahaan selama kuartal ketiga tahun 2020 yang berakhir per 30 September.
Sepanjang kuartal III tahun lalu PBRX berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan 6,49% secara tahunan (year-on-year/YoY) dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019.
Di kuartal III 2020, pendapatan PBRX senilai US$ 523,78 juta atau setara dengan Rp 7,59 triliun (kurs rata-rata 14.500) naik dari periode yang sama tahun 2019 di angka US$ 491,86 juta atau setara Rp 7,13 triliun.
Pada kuartal tersebut, laba bersih PBRX juga naik 32,52% menjadi US$ 20,58 juta atau setara Rp 298,41 miliar naik dari periode sama tahun 2019 yang berada di posisi Rp 15,53 juta atau setara Rp 225,18 miliar.
Hingga akhir September 2020 aset perusahaan tercatat US$ 646,27 juta atau setara Rp 9,37 triliun dengan aset lancar sejumlah US$ 526,36 (Rp 7,63 triliun) dengan kas atau setara kas berjumlah US$ 51,56 juta atau setara dengan Rp 74,76 miliar.
Liabilitas perusahaan tercatat sebesar US$ 365,11 atau setara dengan Rp 5,29 triliun.
Adapun jumlah karyawan Pan Brothers hingga 30 September 2020 adalah sejumlah 36.233 karyawan, angka ini berkurang 5,18% dari posisi akhir tahun 2019 sebanyak 38.212 pekerja.
Pada laporan keuangan tersebut pihak manajemen mengatakan dampak pandemik virus Covid-19 dari awal tahun 2020 sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan konsolidasi adalah tidak material bagi perusahaan.
"Jika pandemik ini berkelanjutan dan memiliki dampak yang signifikan, maka manajemen akan berencana untuk melakukan diversifikasi produk," tulis laporan keuangan PBRX.
Manajemen juga menyampaikan bahwa dampak pandemik setelah tanggal penerbitan laporan keuangan konsolidasi belum dapat diestimasi.
Dari pasar modal, saham PBRX justru ditutup Rabu ini (5/5) melesat 3,61% di posisi Rp 172/saham, dengan kapitalisasi pasar Rp 1,11 triliun. Sebulan terakhir perdagangan akumulatif saham PBRX naik 5% dan year to date minus 30%.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 3 Strategi PBRX Menjaga Daya Saing Produk Garmen Pasar Global
