Wawancara

Buka-bukaan Bos Pan Brothers: THR hingga Kredit Disunat Bank

tahir saleh, CNBC Indonesia
07 May 2021 07:15
Vice Chief Executive Officer PT Pan Brothers Tbk, Anne Patricia Sutanto
Foto: Vice Chief Executive Officer PT Pan Brothers Tbk, Anne Patricia Sutanto (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen emiten tekstil dan garmen, PT Pan Brothers Tbk (PBRX) buka suara untuk menjelaskan terjadinya unjuk rasa di pabrik perusahaan di Boyolali Jawa Tengah, pada Rabu (5/5/2021) yang bersumber kesalahpahaman dari penerimaan info yang disampaikan ke karyawan dan mengakibatkan simpang siurnya berita yang muncul di publik.

Manajemen menjelaskan, pada 5 Mei pihaknya mengumumkan secara lisan kepada seluruh karyawan dan karyawati, bahwa saat ini kondisi arus kas (cash flow) perusahaan agak ketat, sehubungan dengan pemotongan modal kerja (bilateral) dari pihak perbankan sehingga tersisa 10% dari kondisi sebelumnya dan ini mengganggu arus kas.

Demi menjaga kelangsungan pabrik supaya tetap bekerja penuh tanpa terjadi pengurangan pekerja, perusahaan perlu membagi berbagai arus dana pembayaran ke supplier dan pihak terkait lainnya termasuk salah satunya dengan melakukan pembayaran secara bertahap Tunjangan Hari Raya (THR).

Adapun maksimal THR akan dibayar secara bertahap sebanyak lima kali.

Jika Likuiditas tersedia di mana pihak perbankan mengaktifkan sebagian fasilitas kami pembayaran THR otomatis akan dipercepat dan terselesaikan di bulan September 2021 paling lambat," tulis manajemen PBRX, dalam pernyataan resminya, Kamis (6/5/2021).

Pada Kamis ini, manajemen menjelaskan bahwa pabrik telah berproduksi secara normal.

Dari sisi order yang masuk dari buyer tetap besar, hanya PBRX terkendala modal kerja. Adapun fasilitas bilateral yang diterima PBRX dari perbankan saat ini tersisa 10 % dibanding awal tahun 2020, sehingga menjadikan perusahaan memiliki keterbatasan.

"Kami harus mengatur arus kas sebaik-baiknya agar semua berjalan dengan baik dan penjualan tidak berkurang, dan oleh karena itu tidak ada pengurangan tenaga kerja," kata manajemen PBRX.

Perseroan juga tetap harus bisa mengatur pembelian bahan baku, pembayaran ke supplier, gaji, biaya produksi, biaya operasional dan juga kewajiban bunga ke perbankan dan bond dengan arus kas yang ada.

Buruh Pan Brothers di Boyolali, 5 Mei 2021/DetikcomFoto: Buruh Pan Brothers di Boyolali, 5 Mei 2021/Detikcom
Buruh Pan Brothers di Boyolali, 5 Mei 2021/Detikcom

Namun perusahaan tetap optimistis akan ada jalan keluar dan fasilitas perusahaan akan berangsur pulih seiring dengan pemulihan ekonomi nasional dan dunia.

"Dalam tahun 2020 yang sulit pun, kami tetap positif penjualan dan di bottom profit [laba bersih] juga tetap bertumbuh dan lebih tinggi dari tahun 2019. Jika modal kerja tersedia seperti sebelumnya kami yakin tahun 2021 akan bertumbuh sekitar 10 sampai 15 persen dengan adanya pengalihan order dari negara negara produsen lain, namun ini tidak mungkin kami realisir jika modal kerja tidak tersedia," jelas manajemen.

Sebab itu, perusahaan memohon dukungan semua pihak agar mendukung kebutuhan modal kerja yang dibutuhkan sehingga perusahaan bisa terus melanjutkan ekspansi dengan segera.

"Siklus produksi mulai dari order masuk sampai dengan ekspor untuk order yang terkonfirmasi sekitar 120 hari. Oleh karena itu PBRX berharap pemulihan fasilitas bilateral modal kerja PBRX bisa kembali didukung perbankan nasional, sehingga PBRX dapat menyumbang pertumbuhan devisa melalui kenaikan ekspor dan dapat mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia," tulis manajemen.

NEXT: Penjelasan Bos PBRX soal Dukungan Perbankan

CNBC Indonesia mendapatkan pernyataan resmi dari Vice Chief Executive Officer Pan Brothers Anne Patricia Sutanto yang juga Wakil Kadin Bidang Hubungan Internasional.

"Hari ini [Rabu, 5 Mei] adalah hari yang terberat untuk saya, bukan saya berantem atau soal perbankan, atau negosiasi dengan buyer tapi saya harus menjelaskan kesalahpahaman kepada anak-anak saya [puluhan ribu karyawan], mereka anak-anak saya, 32.000 karyawan, saya bilang, kenapa kamu harus demo, kenapa gak datang ke manajemen," katanya kepada CNBC Indonesia lewat sambungan ponsel, Rabu malam.

"Pan Brothers masih full operasional, [buktinya kami] masih lembur, kok masih soal THR dicicil [ramai], maka kami menyampaikan adanya perbedaan di lapangan ini [miskomunikasi]," jelasnya.

Dia mengatakan likuiditas perusahaan memang lagi ketat lantaran ada kendala dari sisi perbankan yang memang serius. Tahun lalu, pada April perbankan belum mengurangi fasilitas kredit atau pembiayaan bagi perusahaan, tapi mendadak pada Oktober 2020 secara bertahap pendanaan kepada PBRX tersisa tinggal 10%.

"Padahal tahun lalu gak seperti itu, tahun lalu perbankan belum [setop pendanaan]. April belum mengurangi fasilitas kami, kami mulai dikurangin itu Oktober 2020, bertahap, tinggal 10%, tapi kami gak ada pengurangan orang, sales juga lagi bagus," jelasnya.

"Yang kami butuhkan saat ini adalah kami minta tolong kepada para supplier, membantu kita dalam hal tempo pembayaran, tapi kan pembayaran semua lancar ga ada problem, cuma cash kan bersamaan penggunaannya untuk buyer dan internal kami," katanya.

Persoalan perbankan yang tiba-tiba mengurangi pembiayaan, termasuk dalam bentuk letter of credit (LC) ini membuat manajemen perusahaan akhirnya bertemu dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) untuk menyampaikan kondisi dan meminta dukungan.

Salah satu persoalan yang disorot ialah agar bank tidak semena-mena, lantaran isu industri tekstil yang tak bisa disamakan, mengurangi porsi pendanaan kepada PBRX di tengah kondisi perusahaan yang secara fundamental dan prospek sangat baik.

"Efek isu-isu tekstil yang lain [kompetitor, seperti PKPU dan penurunan rating jadi pengaruh], jadi kami merasa, bank jangan begitu dong, maka itu tadi dari hasilnya audiensi ke BI bagus, makanya teman-teman perbankan mau mulai melonggarkan lagi, tapi belum tahu realisasinya."

"Dengan kondisi ini mami terpaksa terbuka, likuiditas terbatas, awalnya ada pembiayaan US$ 250 juta [setara Rp 3,6 triliun, kurs Rp 14.500/US$], kemudian berkurang drastis menjadi US$ 22 juta [sekitar Rp 319 miliar]. Padahal sales kami di 2020 lebih baik dari 2019. Kami juga gak ada pengurangan karyawan, gak pernah merumahkan, lembur juga ada. Soal THR sudah disepakati dicicil demi kami menghindari efek lain misalnya pengurangan."

"Kami menyayangkan anak-anak [karyawan] yang bakar ban, saya gak juga akan mengubah keputusan [soal THR dicicil], kecuali kalau [pihak lain] ingin ada pengurangan [karyawan]. Keputusan ini demi agar selamat semua, semua anak-anak sudah kami pulangkan, karena ini kita jaga juga di masa pandemi."

Outlook

Anne menjelaskan animo industri tekstil dan garmen tahun ini bagus, tetapi perlu mendapatkan dukungan dari para stakeholders atau pemangku kepentingan, mulai dari internal, karyawan, supplier, perbankan, regulator.

"Bapak mesti tahu, kami memproduksi [garmen] yang memang tidak diproduksi di negara tetangga yang lebih murah dari kita. Memang negara-negara yang memproduksi itu paling banyak dari China, tapi adanya geopolitik-ekonomi, sehingga membuat barang-barang made in Indonesia saat ini bagus sekali sekali, animo shifting itu tinggi ke Indonesia, ke Pan Brothers, garmen terbesar di Indonesia."

"Maka itu, kami minta tolong kepada OJK, BI, agar pengawasan netral [ke perbankan]. Justru kalau saya nakal tolong dijewer, ini kami juga minta kepada pekerja agar mengerti kondisi perusahaan."

"Jangan lupa sebelum pandemi, sebelum 2020, kan bank sudah menikmati [bunga yang dibayarkan PBRX], jadi kita minta tolong bank support-lah, memang gak semua bank, ada beberapa yang masih support, tapi ini berpengaruh membuat bank lain jadi ragu [memberikan kredit]," katanya. "Siapa yang nyangka ada pandemi kan?"

"Tapi kondisi saat ini seiring dengan upaya pemerintah, vaksinasi dan lain-lain, membaik. Sebab itu kami tetap support juga dengan bank dengan tetap menjalankan kewajiban membayar bunga. Senin kemarin kami dipanggil OJK, dan memang secara bulat bank menyatakan support, Pan Brothers memang berbeda dan [mereka, bank-bank] berjanji di depan OJK, support karena prospek garmen."

Sebetulnya, kata Anne, pihaknya sudah menyampaikan ini sudah sejak lama kepada Perbanas (Perhimpunan Bank-bank Nasional) dan perbankan, yakni perlu ada industri expert untuk melihat secara komprehensif suatu industri.

Dalam artian, untuk melihat prospek sektor tekstil dan garmen, harus melihat juga dari sisi ekosistem yang berkaitan dengan sektor tersebut sehingga tidak pukul rata antar satu perusahaan dengan perusahaan lain. Hal itu agar perbankan bisa melihat secara objektif atas ekosistem dalam industri terkait, tak hanya tekstil.

Selain itu, perlu dilihat juga keterkaitan lagi dengan para stakeholders lain termasuk juga pemerintah.

"Industri ini kan bukan hanya kami sendiri, ada ekosistem, pasti kan ada pelaku usaha yang lain, ada juga institusi dan kementerian yang berhubungan regulasi industri ini. Lalu ketenagakerjaan, perpajakan, lingkungan hidup, perdagangan, perjanjian luar negeri. Maksud saya regulasi atau investasi itu arus lihat masing-masing sub sektor dari hulu ke hilir ada problematika dasar fundamental yang bisa menggerus tingkat persaingan buat negara luar."

"Harus dilihat persoalan dasar, di kita ada kebijakan yang menggerus competitive advantage [keunggulan bersaing] kita dengan negara luar ga, kita juga harus ekspor, jadi perlu dllihat problematika di hulu itu apa di satu industri lebih baik atau enggak dibanding negara lain, regulasinya agar tidak membuat subsektor tertentu bisa bersaingan dengan industri di negara lain."

"Bank-bank agar bisa melihat objektif, mendapatkan informasi yang benar dalam mengelola satu portofolio kredit, sehingga tidak pukul rata, mbok ya gini, daripada ada NPL [kredit macet di satu emiten tertentu], jangan sampai citranya ke perusahaan lain, setitik nila rusak sebelanga."

"Kalau Bapak tanya di kuartal kedua bagaimana, sepanjang semua stakeholder mendukung, pasti bagus kondisi bisnis. Industri ini masih prospektif, tolong perbankan, kementerian, mendukung, OJK sangat mendukung kami."

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular