Internasional

G7: China-Rusia-Iran Jadi Target AS Cs hingga Sanksi Myanmar

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
06 May 2021 10:05
Secretary of State Antony Blinken, second from right, listens as national security adviser Jake Sullivan, right, speaks at the opening session of US-China talks at the Captain Cook Hotel in Anchorage, Alaska, Thursday, March 18, 2021. (Frederic J. Brown/Pool via AP)
Foto: (Frederic J. Brown/Pool via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi ekonomi antar pemerintah internasional Kelompok Tujuh (G7) kembali menggelar pertemuan tatap muka pertama setelah dua tahun. Kali ini mereka membicarakan soal China, Rusia, Iran, hingga Myanmar.

G7 merupakan kelompok yang terdiri dari negara-negara dengan ekonomi maju. Meliputi Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, Inggris, dan Amerika Serikat.

Dalam pertemuan di London pada Rabu (5/5/2021), G7 menuduh China melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Diplomat top anggota G7 mengkritik dan mendesak China untuk mematuhi kewajibannya di bawah hukum nasional dan internasional.

Mereka sangat prihatin dengan pelanggaran hak asasi manusia terhadap populasi minoritas Muslim Uighur di provinsi Xinjiang dan di Tibet. Tak hanya itu, G7 juga meminta China mengakhiri penargetan para pengunjuk rasa hak asasi di Hong Kong.

Meski mengkritik China dengan keras, G7 juga membuka pintu untuk kerjasama masa depan dengan Beijing. "Kami mencari peluang untuk bekerja dengan China untuk mempromosikan perdamaian, keamanan dan kemakmuran regional dan global," kata pernyataan G7, dikutip dari AFP.

Setelah China, G7 juga menyuarakan kekhawatiran tentang agresi Rusia terhadap Ukraina. Mereka menganggap Rusia melakukan perilaku yang tidak bertanggung jawab saat mengumpulkan pasukan di perbatasan Ukraina. Kremlin juga dikatakan melakukan aktivitas cyber berbahaya yang menghasilkan disinformasi.

"Kami ... akan terus meningkatkan kemampuan kolektif kami dan mitra kami untuk mengatasi dan mencegah perilaku Rusia yang mengancam tatanan internasional berbasis aturan," kata G7.

Sementara soal Iran, G7 meminta Teheran untuk membebaskan warga negara asing yang ditahan secara sewenang-wenang di penjara negara tersebut. Saat ini Iran tengah terlibat pembicaraan pembaruan perjanjian nuklir dengan AS.

Soal Myanmar, G7 mengancam junta yang melancarkan kudeta pada Februari dengan sanksi baru. Dalam peringatannya, G7 siap memberikan sanksi kepada para jenderal militer yang menggulingkan pemimpin terpilih secara demokratis di Myanmar, Aung San Suu Kyi.

Selain mengkritik beberapa negara, para menteri juga berkomitmen secara finansial untuk mendukung program berbagi vaksin dalam program Covax. Namun belum ada pengumuman segera mengenai pendanaan baru kepada Covax, meskipun ada seruan berulang kali kepada G7 untuk berbuat lebih banyak untuk membantu negara-negara yang lebih miskin.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Genk Negara Kaya Segera Ketemuan, Nih 3 Agenda Utamanya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular