RI Gencarkan Kompor Listrik, Bisa Signifikan Tekan Impor LPG?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
04 May 2021 16:05
LPG
Foto: courtesy Detik Finance

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memiliki target bebas impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) pada 2030 mendatang. Salah satu upaya menekan impor LPG adalah dengan mendorong penggunaan kompor listrik.

Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan, hal tersebut tercantum dalam grand strategi energi nasional. Untuk menggencarkan penggunaan kompor listrik ini, menurutnya DEN akan mengusulkan kepada pemerintah, dalam hal ini Kementerian Keuangan, agar kompor listrik dan peralatannya bisa diberikan kepada masyarakat golongan tertentu.

"Bahwa dapat juga kompor listrik ini beserta peralatan diberikan kepada masyarakat golongan tertentu, ini upaya pemerintah untuk melaksanakannya," kata Djoko dalam acara 'Launching Penggunaan Kompor Listrik Induksi', Senin(03/05/2021).

Dia mengatakan, dalam grand strategi energi nasional, kebutuhan LPG diperkirakan akan melonjak menjadi 8,8 juta ton pada 2025 dan 9,7 juta ton pada 2030 dari 2020 sebesar 8 juta ton. Sementara produksi LPG dari kilang yang telah ada di dalam negeri diperkirakan akan terus menurun.

Produksi LPG dari kilang yang ada saat ini diperkirakan menurun menjadi 1,4 juta ton pada 2025 dan 1,2 juta ton pada 2030 dari saat ini sekitar 1,8-2 juta ton per tahun.

"Kebutuhan LPG 8,8 juta ton per tahun, produksi dalam negeri 2 juta ton, masih 77% impor, ini kita kurangi dengan kompor listrik secara bertahap," paparnya.

Namun demikian, lanjutnya, upaya untuk menekan impor LPG ini tidak hanya bisa dilakukan melalui pemanfaatan kompor listrik, tapi harus disertai dengan upaya lainnya, seperti penggunaan gas pipa melalui program jaringan gas kota (jargas), serta memanfaatkan produk gasifikasi batu bara berupa Dimethyl Ether (DME).

Adapun impor LPG pada 2025 diperkirakan hanya tinggal 1 juta ton dari 2020 sekitar 6,1 juta ton. Lalu pada 2030 ditargetkan tak ada lagi impor LPG.

"2030 sudah nggak impor LPG lagi, sebagian besar konversi ke kompor listrik," ujarnya.

Berdasarkan grand strategi energi nasional, untuk mencapai target bebas impor LPG pada 2030, ada beberapa upaya akan dilakukan, di antaranya menambah jaringan gas sebanyak 10 juta sambungan rumah tangga. Penggunaan jargas ini pada 2030 ditargetkan bisa menekan impor sekitar 1,1 juta ton setara LPG per tahun, naik dari 2025 sekitar 500 ribu ton per tahun dan 2020 yang baru sekitar 100 ribu ton per tahun.

Lalu, mendorong pemanfaatan kompor listrik untuk rumah tangga dengan penggunaan energi yang kompetitif dan keberlanjutan suplai listrik. Penggunaan kompor listrik diperkirakan baru akan signifikan menekan impor LPG pada 2030, yakni sekitar 2,1 juta ton setara LPG per tahun, naik dari target di 2025 sekitar 1 juta ton per tahun.

Kemudian, memproduksikan rich gas sebesar 500 ribu ton per tahun mulai 2022. Selain itu, meningkatkan produksi LPG dari pengembangan kilang minyak, mengembangkan DME & metanol dari Izin Usaha Pertambangan (IUP) BUMN dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) perpanjangan.

Adapun penggunaan DME pada 2025 diperkirakan bisa menekan impor LPG sebesar 3,5 juta ton dan pada 2030 sekitar 3 juta ton per tahun.

Dengan tidak lagi impor LPG maka akan terjadi penghematan devisa selama 2021-2040 sebesar US$ 4 miliar per tahun.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Targetkan 2030 Bebas Impor LPG, Begini Caranya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular