Update Polling CNBC Indonesia

Bulan Puasa, Inflasi Kok Masih Selow Aja?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 April 2021 17:30
Jelang Bulan Ramdhan, Permintaan Kurma Meningkat
Foto: Pedagang kurma menata barang dagangannya di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Jumat (3/5/2019). Menjelang bulan Ramadan, permintaan buah kurma meningkat dua kali lipat dibanding hari biasa. Harga kurma yang dijual bervariasi tergantung jenis dari Rp 30.000 hingga Rp. 300.000. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
  • Menambah proyeksi Bank Permata

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi April 2021 diperkirakan relatif 'jinak'. Padahal ada momentum Ramadan yang biasanya mendongkrak konsumsi rumah tangga.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi April 2021 pada 3 Mei 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,165% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).

Sementara dibandingkan periode yang sama pada 2020 (year-on-year/yoy), laju inflasi diperkirakan 1,45%. Kemudian inflasi inti tahunan diproyeksi 1,16% yoy.

Institusi

Inflasi MtM (%)

Inflasi YoY (%)

Inflasi Inti YoY (%)

Bank Danamon

0.16

1.45

1.28

CIMB Niaga

0.24

1.53

-

Bank Mandiri

0.16

1.45

1.16

Maybank Indonesia

0.19

1.48

0.28

ING

-

0.5

-

Danareksa Research Institute

0.19

1.49

1.09

Standard Chartered

0.12

1.41

1.1

BCA

0.16

1.45

1.27

UOB

-

1.35

-

Bank Permata

0.17

1.46

1.17

MEDIAN

0.165

1.45

1.16


Bank Indonesia (BI) melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) hingga pekan IV memperkirakan inflasi April 2020 berada di 0,18% mtm. Inflasi tahunan diperkirakan 1,47% kemudian inflasi tahun kalender (year-to-date/ytd) 0,63%.

Tahun ini, 1 Ramadan jatuh pada 13 April 2021. Jadi inflasi April diwarnai oleh bulan suci.

Meski umat muslim Tanah Air menjalankan ibadah puasa, tetapi Ramadan adalah puncak konsumsi rumah tangga. Dalam 10 tahun terakhir, terlihat bahwa puncak inflasi kebanyakan ada pada bulan yang bertepatan dengan Ramadan. Selama periode 2010-2020, rata-rata inflasi bulanan saat Ramadan ada di 0,95%, nyaris 1%.

Namun sejak tahun lalu kondisi berubah. Inflasi Ramadan 2020 hanya 0,07% yoy, sangat rendah. Tahun ini diperkirakan lebih baik, tetapi masih jauh dari 0,95%.

Halaman Selanjutnya --> Pandemi Corona Melanda, Daya Beli Rakyat Kena Getahnya

Penyebabnya apa lagi kalau bukan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Pagebluk virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini tidak hanya menjadi tragedi kesehatan dan kemanusiaa, tetapi juga sosial-ekonomi.

Akibat kebijakan pembatasan sosial (social dictancing) demi mencegah penyebaran virus, aktivitas masyarakat dibatasi. Restoran belum boleh menerima pengunjung sesuai kapasitas. Kegiatan belajar-mengajar dilakukan jarak jauh. Tempat perbelanjaan wajib tutup lebih awal. Dan sebagainya, dan lain-lain.

Ini 'roda' membuat ekonomi belum bisa berputar sesuai kapasitasnya. Ibarat naik mobil Formula-1, tetapi kecepatan maksimal dibatasi 60 km/jam.

Ekonomi yang bergerak di bawah kapasitas membuat kebutuhan akan tenaga kerja tidak sebanyak dulu. Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), pekerja yang dirumahkan (furlough), belum berhenti.

Mengutip Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja yang merupakan bagian dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), nilainya masih jauh di bawah 100. Artinya, rumah tangga menilai mencari kerja masih susah.

Kondisi seperti ini menyebabkan konsumsi masih terbatas. Jadi walau Ramadan, zaman masih prihatin sehingga masyarakat menahan konsumsi.

"Pada Ramadan harga pangan terpantau naik karena faktor musiman, terutama daging ayam, cabai merah, daging sapi, telur ayam, dan bawang putih. Namun secara umum permintaan masih lemah dbandingkan masa sebelum pandemi karena pembatasan kegiatan masyarakat dan pelarangan mudik," sebut Faisal Rachman, Ekonom Bank Mandiri, dalam risetnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular