Newsletter

Selamat Datang Ramadan, Pembagian Dividen Bank Raksasa Dimulai!

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
13 March 2024 06:00
Jamaah Muslim mengambil bagian dalam salat malam 'Tarawih' selama bulan suci Ramadhan, di kompleks Al-Aqsa, yang dikenal oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount, di Kota Tua Yerusalem 10 Maret 2024.
Foto: Jamaah Muslim mengambil bagian dalam salat malam 'Tarawih' selama bulan suci Ramadhan, di kompleks Al-Aqsa, yang dikenal oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount, di Kota Tua Yerusalem 10 Maret 2024. (REUTERS/Ammar Awad)
  • Pasar keuangan sumringah pekan lalu, IHSG berhasil pecah rekor, Rupiah berhasil kembali ke level psikologis 15.500.
  • Bursa Wall Street tetap menghijau kendati inflasi AS kembali memanas, S&P 500 memimpin dengan mencetak All Time High 
  • Pekan ini perdagangan hanya buka tiga hari, tetapi nuansa Ramadhan mulai terasa, banyak rilis data baik dari eksternal maupun domestik


Jakarta, CNBC Indonesia -
Pasar keuangan Tanah Air pekan lalu berakhir happy weekend. Mulai dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pecah rekor tertinggi sepanjang masa hingga rupiah kembali ke level 15.500.

Pada penutupan perdagangan Jumat lalu, IHSG berhasil menguat 0,11% atau 7,94 poin ke posisi 7381,90. Apresiasi ini menandai IHSG melonjak selama tiga hari beruntun.

Secara intraday pada akhir pekan lalu, IHSG bahkan sempat menguat ke atas level psikologis 7400. Tepatnya menyentuh posisi tertinggi di 7.416,43.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan mencapai sekitar Rp 13,44 triliun dengan melibatkan 14,02 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,08 juta kali. Sebanyak 244 saham terapresiasi, 273 saham terdepresiasi, dan 252 saham cenderung stagnan.

Sementara itu, investor asing tercatat melakukan pembelian bersih sebesar Rp1,24 triliun miliar di seluruh pasar. Di mana transaksi inflow di pasar reguler tercatat net buy sebesar Rp1,23 miliar.

Saham yang paling banyak diburu asing masih dari big bank yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebanyak Rp432,3 miliar. Kemudian PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp253,3 miliar dan PT Bank Negara Indonesia Tbk mencatatkan inflow dari asing sebanyak Rp77,4 miliar.

Berikutnya ada saham bank syariah terbesar di RI, yakni PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) sebanyak Rp82,4 miliar. Adapun di luar bank, ada PT Astra International Tbk (ASII) sebanyak Rp78,9 miliar.

Salah satu penyebab IHSG kembali mencetak rekor kemarin karena investor cenderung menyambut baik dari pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell yang mengindikasikan akan memangkas suku bunga acuannya pada tahun ini. Namun, penurunan suku bunga belum dapat dipastikan kapan waktunya.

Alasan lainnya terkait dengan prospek pembagian dividen yang cukup menarik di saham-saham perbankan raksasa. Ini ditambah beberapa saham batu bara.

Beberapa emiten Himbara sudah mengumumkan nominal dividen yang akan dibagikan pasca RUPS seperti BBRI, BBNI, BMRI, dan BBTN. Saham batu bara seperti PTBA juga sudah mulai merilis kinerja keuangan sepanjang 2023 dan kemungkinan besar sebentar lagi akan menggelar RUPS.

Beralih ke pergerakan nilai tukar rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu terpantau perkasa. Melansir data Refinitiv, rupiah berakhir di angka Rp15.585/US$ setelah menguat 0,42% secara harian pada Jumat.

Apresiasi ini menjadi yang ketiga hari beruntun dalam sepekan. Sehingga, dalam seminggu rupiah berhasil menguat 0,7% dan menjadikan posisi saat ini yang terkuat sejak 15 Januari 2024.

Setidaknya ada tiga faktor yang menjadi daya ungkit rupiah menguat cukup signifikan pada pekan ini. Di antaranya meningkatnya spekulasi the Fed akan memangkas suku bunga tahun ini, neraca dagang China surplus, hingga cadangan devisa RI yang memadai.

Beberapa lembaga memproyeksikan pemangkasan pemangkasan suku bunga terjadi pada pertengahan tahun ini semakin meningkat. Menurut Fedwatch Tool CME, saat ini para pelaku pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 74% pada bulan Juni, dibandingkan sekitar 63% pada tanggal 29 Februari.

Pendongkrak rupiah selanjutnya adalah sentimen positif dari China terkait dengan surplus neraca dagang yang melonjak. Sepanjang Januari-Februari 2024, neraca dagang sang Naga Asia ini tercatat surplus US$ 125,16 miliar.

Berikutnya ditopang dari posisi cadangan devisa RI yang masih memadai. Kendati, nilainya ada penurunan pada periode Februari 2024 menjadi US$ 144 miliar dari bulan sebelumnya sebesar US$ 145,1 miliar.

Posisi cadangan devisa tersebut masih setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Ini berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.



Halaman 2>>>

Bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat tajam pada perdagangan Selasa malam hingga Rabu pagi ini (12 - 13 Maret 2024). S&P 500 kembali pecah rekor penutupan tertinggi berkat lonjakan saham Oracle, kendati inflasi AS untuk periode Februari 2024 kembali memanas. 

Dow Jones Industrial Average (DJI) naik 235,74 poin, atau 0,61%, menjadi 39.005,4. S&P 500 (SPX) naik 57,3 poin, atau 1,12%, di posisi  5,175.24 dan Nasdaq Composite (IXIC) bertambah 246,36 poin, atau 1,54%, menuju posisi 16,265.64.

Pendongkrak Wall Street semalam dari indeks semikonduktor yang berhasil rebound setelah dua hari loyo. Ini berkat lonjakan saham Oracle dan Nvidia. 

Saham Oracle (ORCL.N) berhasil melesat  11,7% dan mencapai rekor tertinggi, setelah melaporkan kinerja kuartalan yang tetap optimis dan  mengatakan akan membuat pengumuman kerjasama dengan  raksasa chip AI Nvidia (NVDA.O). Akibat itu, saham kapitalisasi pasar jumbo NVidia juga ikut melonjak 7,2% dalam sehari. 

Di sisi lain, data inflasi AS untuk periode Februari 2024 malah menunjukkan data yang lebih panas dari perkiraan. Kendati begitu, pasar tampaknya tidak terlalu merespon dengan negatif lantaran inflasi inti masih on-track turun walau tidak sedalam yang diperkirakan. 

Sebagai catatan,  inflasi AS untuk periode Februari 2024 terpantau menguat 3,2% secara tahunan (yoy). Nilai ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya dan perkiraan pasar sebesar 3,1% yoy. Untuk inflasi inti lanjut melandai ke 3,8% yoy dibandingkan bulan sebelumnya 3,9% yoy. Namun, nilai tersebut, masih lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar di 3,7% yoy. 

Setelah rilis inflasi, menurut CME FedWatch Tool pelaku pasar kini melihat peluang 70% penurunan suku bunga pertama pada bulan Juni, sedikit turun dibandingkan peluang menjelang laporan inflasi sebesar 71%.

Halaman 3>>

Pasar keuangan pada pekan ini secara efektif hanya akan buka tiga hari lantaran Senin dan Selasa libur perayaan hari raya Nyepi. Belum lagi, cuti bersama dilakukan di hari pertama mulai puasa.

Walaupun menjadi pekan yang pendek tetapi pasar keuangan akan diselimuti banyak sentimen mulai dari nuansa pekan pertama Ramadan. Ada pula rilis data ekonomi dari eksternal seperti inflasi AS hingga dari domestik terkait neraca dagang.

Bursa Wall Street pada perdagangan Selasa malam hingga Rabu pagi (12-13 Maret 2024) terpantau ditutup menghijau. Harapannya, ini bisa menjadi sentimen positif yang menular pada pasar keuangan RI hari ini.

1.Pekan Pertama Puasa Ramadan 1445 H Dimulai

Beralih ke sentimen pertama yang akan mempengaruhi pasar keuangan hari ini tentunya dari dimulai puasa Ramadan pada pekan ini. Secara resmi, pemerintah melalui Kementerian Agama mengumumkan hasil sidang isbat penentuan awal puasa Ramadan 2024 usai melakukan pemantauan bulan atau hilal di 134 titik di Indonesia pada Minggu.

"Sidang isbat secara mufakat menetapkan 1 Ramadan 1445 Hijriah jatuh pada Selasa 12 Maret," kata Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas dalam Konferensi Pers Penetapan Awal Ramadan 1445 H.

Berdasarkan pemantauan bulan atau hilal di 134 titik di Indonesia, ketinggian hilal di seluruh Indonesia belum memenuhi syarat untuk menjadi bulan baru. Karena baru mencapai minus 0 derajat 20,2 menit sampai dengan 0 derajat 52,09 menit.

Saat Ramadan tiba, tentunya ada beberapa fenomena ekonomi yang cenderung unik di Indonesia. Seperti inflasi yang melonjak dan pola konsumsi masyarakat yang naik drastis.

Inflasi diperkirakan meningkat tajam pada Maret atau berbarengan dengan datangnya bulan Ramadan mengingat secara historis bulan puasa bakal mengerek harga barang dan jasa. Kondisi ini bisa membatasi ruang Bank Indonesia dalam memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa inflasi Februari 2024 (yoy) tercatat 2,75%. Sementara bulanan (mtm) Februari 2024 sebesar 0,37% dan tingkat inflasi year to date (ytd) Februari 2024 sebesar 0,41%.

Tingginya inflasi ini diakibatkan oleh lonjakan harga makanan, minuman, dan tembakau khususnya harga beras. Untuk diketahui, andil makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,29% dengan tingkat inflasi 1% mtm.

BPS menyebut beras memberikan andil terbesar pada inflasi bulan Februari, yakni 0,21%. Kemudian komoditas cabai merah juga menyumbang inflasi dengan andil 0,09%, telur ayam 0,04%, dan daging ayam 0,02%.

Begitu pula secara tahunan, makanan, minuman, dan tembakau memiliki andil yang paling tinggi dalam inflasi Februari yakni sebesar 1,79% dengan kenaikan 6,36% yoy.

Secara historis, inflasi Indonesia akan mencapai puncak pada Ramadan, terutama menjelang Idul Fitri. Inflasi melonjak karena adanya kenaikan permintaan mulai dari barang hingga jasa, seperti pakaian dan jasa transportasi. Pengecualian terjadi pada 2020 saat pandemi Covid-19 melanda dunia.

 

2. Inflasi AS Kembali Memanas pada Februari 2024

Sentimen berikutnya akan mempengaruhi pasar keuangan RI datang dari rilis data inflasi AS semalam yang terpantau lebih panas dari perkiraan. Melansir data Biro Statistik Tenaga Kerja AS, tingkat inflasi secara tahunan melonjak 3,2% dibandingkan bulan sebelumnya dan konsensus pasar sebesar 3,1%.

Sementara itu, tingkat inflasi bulanan naik menjadi 0,4% dari 0,3% sudah sesuai dengan perkiraan. Di mana harga tempat tinggal dan bensin menyumbang lebih dari 60% kenaikan tersebut.

Di sisi lain, inflasi inti yang tidak termasuk barang-barang bergejolak seperti makanan dan energi turun menjadi 3,8% dari 3,9%. Namun ini masih lebih panas dibandingkan perkiraan sebesar 3,7%.

Sementara dalam basis bulanan, inflasi inti naik 0,4% pada Februari 2024. Nilai tersebut sama seperti bulan sebelumnya dan di atas ekspektasi pasar sebesar 0,3%.

Inflasi AS yang lebih panas dari perkiraan ini patut dicermati dampaknya ke pasar keuangan. Ini lantaran semakin jauh dari target inflasi the Fed di level 2%.

Kendati begitu, pasar keuangan AS semalam yang tercermin dari bursa Wall Street malah merespon dengan penguatan indeks Dow Jones (DJI), Nasdaq, dan S&P 500. Hal ini mengindikasikan bahwa pelaku pasar lebih condong optimis dengan pemangkasan suku bunga pada tahun ini.

3. Lelang Surat Utang Negara (SUN)

Berikutnya, sentimen khusus untuk pasar obligasi akan ada lelang Surat Utang Negara (SUN) pada hari ini, Rabu (13/3/2024). Melalui sistem lelang Bank Indonesia (BI), pemerintah akan melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) dalam mata uang Rupiah untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2024.

Ada tujuh seri yang ditawarkan pada lelang kali ini yakni dua seri tenor jangka pendek SPN03240613 (New Issuance) selama tiga bulan dan SPN12250314 (New Issuance) selama setahun. Kemudian, lima di antaranya ada seri jangka panjang, mulai dari FR0101 (Reopening) tenor lima tahun, FR0100 (Reopening) tenor 10 tahun, FR0098 (Reopening) tenor 15 tahun, FR0097 (Reopening) tenor 20 tahun, dan FR0102 (Reopening) tenor 30 tahun.

Untuk target lelang kali ini sama seperti sebelumnya yaitu sebesar Rp24 triliun. Jika menilik secara historis, serapan lelang sudah empat kali selalu memenuhi target.

4. Rilis Data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Berikutnya pada hari ini akan ada rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia periode Februari 2024 oleh Bank Indonesia (BI) melalui Laporan Survei Konsumen. Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan IKK RI bulan lalu cenderung naik menjadi 126.

Jika benar-benar demikian, maka hal tersebut menandakan konsumen cenderung optimistis. IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Skor di atas 100 menandakan konsumen optimistis melihat situasi ekonomi.

Sebelumnya pada Januari lalu, Survei Konsumen Bank Indonesia menunjukkan IKK RI mencapai sebesar 125,0, lebih tinggi dibandingkan 123,8 pada bulan sebelumnya.

Meningkatnya keyakinan konsumen pada Januari 2024 didorong oleh menguatnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). IKE tercatat meningkat didukung oleh Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja dan Indeks Penghasilan Saat Ini.

Sementara itu, IEK yang menunjukkan ekspektasi konsumen pada 6 bulan mendatang juga tercatat meningkat didorong oleh Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja dan Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha.

Pada Januari 2024, keyakinan konsumen terpantau tetap optimis pada seluruh kategori pengeluaran. Peningkatan optimisme tertinggi tercatat pada responden dengan pengeluaran Rp 4,1-5 juta.Berdasarkan usia, keyakinan konsumen pada Januari 2024 juga terpantau optimis utamanya pada kelompok usia 20-30 tahun.

Secara spasial, IKK meningkat di sebagian besar kota yang disurvei, terbesar di Kota Medan (14,5 poin), diikuti Ambon (11,2 poin) dan Padang (8,8 poin). Sementara itu, sebagian kota lainnya mencatat penurunan IKK, terutama di Kota Palembang (9,4 poin), diikuti Pangkal Pinang (4,2 poin) dan Bandung (4,1 poin).

5. Pembagian dividen bank raksasa dimulai

Selanjutnya, pembagian dividen di beberapa bank raksasa di RI yang sudah ditunggu-tunggu oleh pasar pun akan dimulai. Pada hari ini ada cumulative date dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)

BBRI diketahui akan membagikan dividennya sebesar 80% dari laba bersih tahun buku 2023 atau Rp 48,1 triliun.Nilai tersebut setara dengan Rp 319 per lembar saham.

Kemudian pada Kamis, giliran PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang akan memulai periode pembagian dividennya, yakni periode cum date dividen.

BBNI akan membagikan dividennya sebesar 50% dari laba bersih tahun buku 2023.Dengan demikian bank akan memberikan pembagian keuntungan kepada investor senilai Rp 10,45 triliun atau Rp 280,49 per lembar saham. Rasio dividen pada tahun ini naik dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar 40%.

Selain dividen BBRI dan BBNI, bank raksasa PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Kamis.

Adapun agenda RUPST BBCA kali ini salah satunya yakni terkait kebijakan pembagian dividen untuk tahun buku 2023.

6. Neraca Perdagangan Indonesia

Terakhir, pada Jumat pekan ini data neraca perdagangan RI periode Februari 2024 akan dirilis. Sebelumnya pada Januari lalu, Badan Pusat Statistik (BPS)melaporkan neraca perdagangan RI mencatatkan surplus US$ 2,01 miliar.

Surplus tersebut lebih rendah dibandingkan Januari 2024 yang mencapai US$ 3,31 miliar. Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 43 bulan beruntun.

Catatan panjang ini menjadi tersendiri bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena belum pernah terjadi di Era Reformasi. Sementara ekspor Indonesia pada Januari 2024 turun 8,06% (yoy) menjadi US$ 20,52 miliar sedangkan impor US$ 18,51 miliar atau naik 0,36%.

Halaman 4>>

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Laporan Survei Konsumen Februari 2024 oleh Bank Indonesia

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • Hari terakhir Book Building Saham IPO AREA

  • Cum Date Dividen BBRI

  • Cum Date Dividen MEGA

  • Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BEKS

  • Rapat Umum Pemegang Saham Luar BIasa (RUPSLB) OKAS

Berikut untuk indikator ekonomi RI :

 

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular