
Selamat Datang Ramadan, Pembagian Dividen Bank Raksasa Dimulai!

Pasar keuangan pada pekan ini secara efektif hanya akan buka tiga hari lantaran Senin dan Selasa libur perayaan hari raya Nyepi. Belum lagi, cuti bersama dilakukan di hari pertama mulai puasa.
Walaupun menjadi pekan yang pendek tetapi pasar keuangan akan diselimuti banyak sentimen mulai dari nuansa pekan pertama Ramadan. Ada pula rilis data ekonomi dari eksternal seperti inflasi AS hingga dari domestik terkait neraca dagang.
Bursa Wall Street pada perdagangan Selasa malam hingga Rabu pagi (12-13 Maret 2024) terpantau ditutup menghijau. Harapannya, ini bisa menjadi sentimen positif yang menular pada pasar keuangan RI hari ini.
1.Pekan Pertama Puasa Ramadan 1445 H Dimulai
Beralih ke sentimen pertama yang akan mempengaruhi pasar keuangan hari ini tentunya dari dimulai puasa Ramadan pada pekan ini. Secara resmi, pemerintah melalui Kementerian Agama mengumumkan hasil sidang isbat penentuan awal puasa Ramadan 2024 usai melakukan pemantauan bulan atau hilal di 134 titik di Indonesia pada Minggu.
"Sidang isbat secara mufakat menetapkan 1 Ramadan 1445 Hijriah jatuh pada Selasa 12 Maret," kata Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas dalam Konferensi Pers Penetapan Awal Ramadan 1445 H.
Berdasarkan pemantauan bulan atau hilal di 134 titik di Indonesia, ketinggian hilal di seluruh Indonesia belum memenuhi syarat untuk menjadi bulan baru. Karena baru mencapai minus 0 derajat 20,2 menit sampai dengan 0 derajat 52,09 menit.
Saat Ramadan tiba, tentunya ada beberapa fenomena ekonomi yang cenderung unik di Indonesia. Seperti inflasi yang melonjak dan pola konsumsi masyarakat yang naik drastis.
Inflasi diperkirakan meningkat tajam pada Maret atau berbarengan dengan datangnya bulan Ramadan mengingat secara historis bulan puasa bakal mengerek harga barang dan jasa. Kondisi ini bisa membatasi ruang Bank Indonesia dalam memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa inflasi Februari 2024 (yoy) tercatat 2,75%. Sementara bulanan (mtm) Februari 2024 sebesar 0,37% dan tingkat inflasi year to date (ytd) Februari 2024 sebesar 0,41%.
Tingginya inflasi ini diakibatkan oleh lonjakan harga makanan, minuman, dan tembakau khususnya harga beras. Untuk diketahui, andil makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,29% dengan tingkat inflasi 1% mtm.
BPS menyebut beras memberikan andil terbesar pada inflasi bulan Februari, yakni 0,21%. Kemudian komoditas cabai merah juga menyumbang inflasi dengan andil 0,09%, telur ayam 0,04%, dan daging ayam 0,02%.
Begitu pula secara tahunan, makanan, minuman, dan tembakau memiliki andil yang paling tinggi dalam inflasi Februari yakni sebesar 1,79% dengan kenaikan 6,36% yoy.
Secara historis, inflasi Indonesia akan mencapai puncak pada Ramadan, terutama menjelang Idul Fitri. Inflasi melonjak karena adanya kenaikan permintaan mulai dari barang hingga jasa, seperti pakaian dan jasa transportasi. Pengecualian terjadi pada 2020 saat pandemi Covid-19 melanda dunia.
2. Inflasi AS Kembali Memanas pada Februari 2024
Sentimen berikutnya akan mempengaruhi pasar keuangan RI datang dari rilis data inflasi AS semalam yang terpantau lebih panas dari perkiraan. Melansir data Biro Statistik Tenaga Kerja AS, tingkat inflasi secara tahunan melonjak 3,2% dibandingkan bulan sebelumnya dan konsensus pasar sebesar 3,1%.
Sementara itu, tingkat inflasi bulanan naik menjadi 0,4% dari 0,3% sudah sesuai dengan perkiraan. Di mana harga tempat tinggal dan bensin menyumbang lebih dari 60% kenaikan tersebut.
Di sisi lain, inflasi inti yang tidak termasuk barang-barang bergejolak seperti makanan dan energi turun menjadi 3,8% dari 3,9%. Namun ini masih lebih panas dibandingkan perkiraan sebesar 3,7%.
Sementara dalam basis bulanan, inflasi inti naik 0,4% pada Februari 2024. Nilai tersebut sama seperti bulan sebelumnya dan di atas ekspektasi pasar sebesar 0,3%.
Inflasi AS yang lebih panas dari perkiraan ini patut dicermati dampaknya ke pasar keuangan. Ini lantaran semakin jauh dari target inflasi the Fed di level 2%.
Kendati begitu, pasar keuangan AS semalam yang tercermin dari bursa Wall Street malah merespon dengan penguatan indeks Dow Jones (DJI), Nasdaq, dan S&P 500. Hal ini mengindikasikan bahwa pelaku pasar lebih condong optimis dengan pemangkasan suku bunga pada tahun ini.
3. Lelang Surat Utang Negara (SUN)
Berikutnya, sentimen khusus untuk pasar obligasi akan ada lelang Surat Utang Negara (SUN) pada hari ini, Rabu (13/3/2024). Melalui sistem lelang Bank Indonesia (BI), pemerintah akan melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) dalam mata uang Rupiah untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2024.
Ada tujuh seri yang ditawarkan pada lelang kali ini yakni dua seri tenor jangka pendek SPN03240613 (New Issuance) selama tiga bulan dan SPN12250314 (New Issuance) selama setahun. Kemudian, lima di antaranya ada seri jangka panjang, mulai dari FR0101 (Reopening) tenor lima tahun, FR0100 (Reopening) tenor 10 tahun, FR0098 (Reopening) tenor 15 tahun, FR0097 (Reopening) tenor 20 tahun, dan FR0102 (Reopening) tenor 30 tahun.
Untuk target lelang kali ini sama seperti sebelumnya yaitu sebesar Rp24 triliun. Jika menilik secara historis, serapan lelang sudah empat kali selalu memenuhi target.
4. Rilis Data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Berikutnya pada hari ini akan ada rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia periode Februari 2024 oleh Bank Indonesia (BI) melalui Laporan Survei Konsumen. Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan IKK RI bulan lalu cenderung naik menjadi 126.
Jika benar-benar demikian, maka hal tersebut menandakan konsumen cenderung optimistis. IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Skor di atas 100 menandakan konsumen optimistis melihat situasi ekonomi.
Sebelumnya pada Januari lalu, Survei Konsumen Bank Indonesia menunjukkan IKK RI mencapai sebesar 125,0, lebih tinggi dibandingkan 123,8 pada bulan sebelumnya.
Meningkatnya keyakinan konsumen pada Januari 2024 didorong oleh menguatnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). IKE tercatat meningkat didukung oleh Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja dan Indeks Penghasilan Saat Ini.
Sementara itu, IEK yang menunjukkan ekspektasi konsumen pada 6 bulan mendatang juga tercatat meningkat didorong oleh Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja dan Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha.
Pada Januari 2024, keyakinan konsumen terpantau tetap optimis pada seluruh kategori pengeluaran. Peningkatan optimisme tertinggi tercatat pada responden dengan pengeluaran Rp 4,1-5 juta.Berdasarkan usia, keyakinan konsumen pada Januari 2024 juga terpantau optimis utamanya pada kelompok usia 20-30 tahun.
Secara spasial, IKK meningkat di sebagian besar kota yang disurvei, terbesar di Kota Medan (14,5 poin), diikuti Ambon (11,2 poin) dan Padang (8,8 poin). Sementara itu, sebagian kota lainnya mencatat penurunan IKK, terutama di Kota Palembang (9,4 poin), diikuti Pangkal Pinang (4,2 poin) dan Bandung (4,1 poin).
5. Pembagian dividen bank raksasa dimulai
Selanjutnya, pembagian dividen di beberapa bank raksasa di RI yang sudah ditunggu-tunggu oleh pasar pun akan dimulai. Pada hari ini ada cumulative date dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)
BBRI diketahui akan membagikan dividennya sebesar 80% dari laba bersih tahun buku 2023 atau Rp 48,1 triliun.Nilai tersebut setara dengan Rp 319 per lembar saham.
Kemudian pada Kamis, giliran PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang akan memulai periode pembagian dividennya, yakni periode cum date dividen.
BBNI akan membagikan dividennya sebesar 50% dari laba bersih tahun buku 2023.Dengan demikian bank akan memberikan pembagian keuntungan kepada investor senilai Rp 10,45 triliun atau Rp 280,49 per lembar saham. Rasio dividen pada tahun ini naik dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar 40%.
Selain dividen BBRI dan BBNI, bank raksasa PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Kamis.
Adapun agenda RUPST BBCA kali ini salah satunya yakni terkait kebijakan pembagian dividen untuk tahun buku 2023.
6. Neraca Perdagangan Indonesia
Terakhir, pada Jumat pekan ini data neraca perdagangan RI periode Februari 2024 akan dirilis. Sebelumnya pada Januari lalu, Badan Pusat Statistik (BPS)melaporkan neraca perdagangan RI mencatatkan surplus US$ 2,01 miliar.
Surplus tersebut lebih rendah dibandingkan Januari 2024 yang mencapai US$ 3,31 miliar. Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 43 bulan beruntun.
Catatan panjang ini menjadi tersendiri bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena belum pernah terjadi di Era Reformasi. Sementara ekspor Indonesia pada Januari 2024 turun 8,06% (yoy) menjadi US$ 20,52 miliar sedangkan impor US$ 18,51 miliar atau naik 0,36%.
Halaman 4>>
(tsn/sef)