Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh tinggi pada kuartal I-2021. Indonesia bukan tidak mungkin mengalami hal serupa, asalkan duit pemerintah tidak banyak cuma ngendon di bank.
Pada kuartal I-2020, Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Paman Sam tumbuh 6,4% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 4,3% dan lebih baik ketimbang ekspektasi pasar di mana konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan 6,1%.
"Pada awal 2021, ekonomi terlihat kuat seiring peningkatan aspek kesehatan dan vaksinasi yang masif. Selain itu, ada dorongan dari stimulus fiskal dan dukungan kebijakan moneter. Ke depan, kami melihat ekonomi akan semakin kuat dari spring bloom menjadi summer boom," kata Lydia Boussour, Lead US Economist di Oxford Economics yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.
Konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2021 melonjak 10,7% didorong oleh peningkatan belanja kendaraan bermotor, furnitur, perangkat elektronik, dan rekreasi. Terlihat bahwa konsumen sudah berani makan-minum di luar rumah, menginap di hotel, dan berjudi. Artinya, rumah tangga sudah sangat berani untuk mengeluarkan uang, tidak lagi menabung.
Ini belum terjadi pada kuartal IV-2020. Kala itu konsumen lebih memilih menabung, terlihat dari simpanan masyarakat yang meningkat menjadi US$ 4,12 triliun dari US$ 2,25 triliun pada kuartal sebelumnya.
Peranan pemerintah begitu nyata dalam mendongkrak perekonomian Negeri Adidaya. Dalam setahun terakhir, pemerintah menggelontorkan hampir US$ 6 triliun yang efektif untuk mendorong permintaan.
 Sumner: Reuters |
"Kuartal II akan lebih 'panas' lagi. Masyarakat sudah memiliki lebih banyak uang dan mereka yang sudah divaksin akan mulai berbelanja dan plesiran," kata Sung Won Sohn, Profesor Ekonomi dan Keuangan di Loyola Marymount University di Los Angeles, sebagaimana diwartakan Reuters.
Untuk keseluruhan 2021, konsensus Reuters memperkirakan ekonomi AS bakal tumbuh lebih dari 7%. Jika terwujud, maka akan menjadi catatan terbaik sejak 1984.
Halaman Selanjutnya --> Belanja Pemerintah Jadi Kunci Saat Pandemi
Melihat pencapaian ekonomi AS yang begitu impresif, terbukti bahwa konsumsi pemerintah memegang peranan vital. Saat konsumsi dunia usaha dan rumah tangga terpukul karena pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), fiskal harus tampil di depan sebagai pemimpin, pendorong, pengungkit.
Di Indonesia, peranan konsumsi pemerintah memang tidak sampai 10% dalam pembentukan PDB. Namun belanja pemerintah akan menjadi perangsang bagi tumbuhnya sektor-sektor lain.
Pada 2020, saat pandemi menyelimuti Tanah Air, konsumsi pemerintah menjadi satu-satunya yang tumbuh saat kontributor lain mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif). Andai belanja pemerintah ikut tumbuh negatif, bukan tidak mungkin PDB Indonesia tahun lalu lebih parah dari realisasi yang sebesar -2,07%.
 Sumber: BPS |
Tahun ini pandemi belum pergi. Konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor-impor memang sudah membaik, tetapi belum 'sembuh' betul dan masih berisiko turun lagi jika terjadi ledakan kasus corona (amit-amit) yang memaksa pemerintah kembali mengetatkan pembatasan sosial.
Oleh karena itu, konsumsi pemerintah masih memegang peranan penting. Jika di AS pemerintah mampu menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi, maka Indonesia pun harus bisa.
Halaman Selanjutnya --> Duit Pemda Rp 182 T Masih Ngendon di Bank
Akan tetapi, pemerintah (terutama di daerah) malah masih banyak menempatkan uang di bank. Artinya, duit pemerintah daerah belum maksimal beredar di perekonomian sebagai perangsang, malah ngendon saja di bank.
Mengutip data Kementerian Keuangan, simpanan pemerintah daerah di bank umum pada Maret 2021 mencapai Rp 182,33 triliun. Naik 11,21% dibandingkan bulan sebelumnya dan 2,71% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
 Sumber: Kementerian Keuangan |
Wajar Presiden Joko Widodo (Jokowi) murka. Kepala Negara mendesak agar daerah segera membelanjakan anggaran agar 'roda' ekonomi bisa berputar lebih kencang.
"(Simpanan pemerintah daerah di bank) tidak semakin turun, semakin naik. Naik 11,2%. Artinya tidak segera dibelanjakan. Gimana pertumbuhan ekonomi daerah mau naik kalau uangnya disimpan di bank? Hati-hati.Kalau ada belanja, artinya ada permintaan. Kalau ada permintaan, ada pertumbuhan ekonomi di daerah itu. Jadi segera cairkan.
"Ini disegerakan sehingga terjadi peredaran uang di daerah. Hati-hati, Rp 182 triliun ini uang yang sangat guede sekali. Ini kalau segera dibelanjakan, uang akan berputar di masyarakat akan pengaruhi pertumbuhan ekonomi yang tidak kecil," tegasnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA