Internasional

7 Fakta Corona India Meledak hingga Jadi Episentrum Asia

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
27 April 2021 13:05
Seorang dihibur oleh kerabatnya di krematorium saat kremasi massal korban COVID-19, di New Delhi, India, Sabtu, 24 April 2021.
Foto: Seorang dihibur oleh kerabatnya di krematorium saat kremasi massal korban COVID-19, di New Delhi, India, Sabtu, 24 April 2021. (AP/Channi Anand)

Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakkan kasus Covid-19 di India saat ini menjadi pantauan global. Pasalnya negara itu kelihatan sudah sangat kesulitan untuk menangani jumlah infeksi yang terus membanjiri fasilitas kesehatan dan membuat suplai obat dan oksigen menipis

Dikutip Associated Press, India kembali memecahkan rekor penambahan infeksi Covid harian pada Senin (26/4/2021) sebanyak 352 ribu kasus. Angka ini membuat negara yang beribukota di New Delhi itu mendapatkan 1,5 juta kasus hanya dalam jangka waktu lima hari saja.

Hal ini memaksa beberapa wilayah di Barat melakukan langkah-langkah penguncian terbaru. Termasuk di ibukota Delhi dan pusat keuangan Mumbai.

Dalam gelombang Covid-19, ada beberapa rangkaian peristiwa yang patut dicermati. Mulai dari penyebab hingga penanganan sejauh ini.

Berikut ini ulasan fakta-fakta tersebut:

Halaman 2>>

1. Penyebab Ledakan Covid-19

Pakar kesehatan mengatakan India menjadi terlena ketika kasus baru berjalan sekitar 10.000 per hari dan tampaknya terkendali. Pemerintah mencabut batasan yang memungkinkan dimulainya kembali pertemuan besar.

Bahkan sempat diadakan acara tradisi keagaamaan Kumbh Mela. Tak tanggung-tanggung, 5 juta orang dalam satu lokasi sekaligus, di Sungai Gangga.

Selain itu, varian covid-19 yang menyebar di negara itu juga diduga sebagai biang keladi meledaknya kasus infeksi harian. Di negara itu, muncul varian corona yang terdiri atas campuran tiga mutasi corona yang terjadi sebelumnya.

Dengan fakta itu, varian virus yang disebut B.1618 ini menjadi ketakutan publik yang baru. Apalagi, dikabarkan juga bahwa virus ini kebal vaksin.

"Sementara kepuasan dalam berpegang pada masker dan jarak fisik mungkin memainkan peran, tampaknya semakin mungkin gelombang kedua ini telah dipicu oleh strain yang jauh lebih ganas," tulis Vikram Patel, Profesor Kesehatan Global di Harvard Medical School, di Indian Express.

2. Rekor Kasus

Hasil dari penyebab ini melahirkan ledakan baru infeksi Covid-19. India kembali memecahkan rekor penambahan infeksi Covid harian pada Senin (26/4/2021) sebanyak 352 ribu kasus.

Ini merupakan rekor ke-5 berutut-turut. Angka ini membuat negara yang beribukota di New Delhi itu mendapatkan 1,5 juta kasus hanya dalam jangka waktu lima hari saja.

Saat ini India memiliki 17,3 juta kasus infeksi dengan 195 ribu kematian. Angka ini membawa negara itu sebagai negara dengan infeksi Covid-19 kedua setelah Amerika Serikat (AS) dengan 32,1 juta kasus.

3.Tiap 4 Menit Ada Warga Meninggal

Angka rekor ini juga diikuti oleh penambahan jumlah kematian yang signifikan. Per Senin angka kematian akibat Covid-19 juga ikut melonjak ke level tertinggi hingga nyaris menyentuh 3 ribu kasus.

Di New Delhi sendiri dilaporkan situasi sangatlah mengerikan, dengan tercatat setiap empat menit satu warga meninggal dunia akibat Covid-19. Hal ini membuat fasilitas krematorium dan pemakaman jenazah kewalahan.

Di pemakaman Jadid Qabristan Ahle misalnya, dilaporkan bahwa pemakaman itu sudah hampir kehabisan lahan.

"Sekarang, tampaknya virus itu memiliki kaki," kata Shamim, 38, seorang penggali kubur, kepada AFP.

"Kalau terus begini, aku akan kehabisan ruang dalam tiga atau empat hari."

Suasana yang sama juga terjadi di beberapa krematorium di seluruh negeri. Banyak krematorium di Surat, Rajkot, Jamnagar dan Ahmedabad beroperasi sepanjang waktu dengan tiga hingga empat kali lebih banyak jenazah dari biasanya.

Di wilayah Lucknow, banyak rumah kremasi kehabisan kayu dan meminta orang untuk membawanya sendiri. Foto viral di media sosial menunjukkan becak listrik sarat dengan kayu gelondongan yang dibeli oleh keluarga korban.

Halaman 3>>

4. Oksigen Susah, Vaksin Habis

Mengenai oksigen, dilaporkan bahwa beberapa fasilitas kesehatan mengalami pasokan oksigen yang menipis. Di ibukota New Delhi rumah sakit pemerintah melaporkan mereka hanya memiliki cukup oksigen untuk bertahan delapan hingga 24 jam lagi sementara beberapa rumah sakit swasta hanya memiliki cukup oksigen hanya untuk empat atau lima jam.

"Kami menghadapi masalah besar dalam pasokan oksigen, tetapi entah bagaimana kami bisa mengatasinya. Kemarin, sangat kritis. Kami hanya memiliki empat hingga lima jam oksigen di malam hari, "kata Ronit Kumar, kepala Teknik Biomedis di Fortis Escorts Heart Institute.

Di rumah sakit swasta lainnya, menipisnya oksigen ini juga dikeluhkan. Sebuah sumber di mengatakan staf mengalami "malam yang gila" karena mereka kekurangan oksigen tetapi dua kapal tanker akhirnya tiba setelah tengah malam. Rumah sakit memiliki 12 hingga 14 jam oksigen tersisa untuk 200 pasien yang bergantung padanya, sumber itu menambahkan.

Permasalahan oksigenmakindiperparah dengan sebuah insiden bocornya tangki oksigen di rumah sakit umum di negara bagian Maharashtra. Dalam insiden itu setidaknya 22 pasien meninggal dunia.

"Tangki oksigen bocor saat mengisi ulang, dan itu menyebabkan kematian 22 pasien," Suraj Mandhare, seorang pejabat di distrik Nashik di Maharashtra, mengatakan kepada Reuters, menambahkan bahwa rumah sakit itu merawat pasien Covid-19.

Sementara itu India sendiri yang notabenenya merupakan salah satu pusat produksi vaksin terpaksa harus membatasi ekspor vaksinnya karena defisit di dalam negeri.

India saat ini memberikan sekitar 3 juta dosis sehari, di atas produksi harian sekitar 2,5 juta dan menggunakan persediaan yang ada untuk mengisi kekosongan. Banyak negara bagian telah melaporkan bahwa mereka kehabisan stok sehingga perlu tambahan secara cepat.

Hal ini Ini telah membuat Covax kekurangan 90 juta dosis yang telah dimaksudkan untuk 60 negara berpenghasilan rendah pada bulan Maret dan April, kata WHO dan Gavi.

"Itu belum tersedia karena krisis di India. Sekarang mereka digunakan di dalam negeri," kata ketua Gavi Seth Berkley dalam pengarahan.

"Covax sedang mencari opsi lain sambil menunggu pasokan dilanjutkan."

5. Perdana Menteri Modi Sebut Badai

Perdana Menteri (PM)IndiaNarendra Modi menyatakan bahwa negaranya sedang mengalami badai infeksi Covid-19. Hal itu ia sampaikan setelahIndiamencatatkan rekor global penambahan kasus infeksi harian.

"Kami yakin, semangat kami naik setelah berhasil mengatasi gelombang pertama, tetapi badai ini telah mengguncang bangsa," kata Modi dalam sebuah pidato yang disiarkan di radio.

Pemerintah India secara keseluruhan dianggap gagal dalam menangani pandemi Covid-19 yang menyerang negara itu. Bahkan beberapa pihak meminta agar Modi untuk mundur. Permintaan ini dilandasi oleh sikap PM 70 tahun itu yang terlihat tidak peduli dengan penyebaran Covid-19.

Dalam sebuah momen, Modi terlihat tidak mengenakan masker pada rapat umum kampanye partainya BJP pada hari Sabtu (17/9/2021), dengan mengatakan "Saya belum pernah melihat kerumunan sebanyak itu" di sebuah acara di Benggala Barat.

Selain itu, Modi juga dianggap gagal dalam mengatasi mobilitas publik pada acara tradisi Kumbh Mela di sungai Gangga. Disaat pandemi yang masih meluas di negara itu, tradisi ini masih tetap saja terjadi dengan mengumpulkan kerumunan sebanyak 5 juta orang. Modi sendiri telah meminta acara itu dihentikan namun kerumunan yang membludak tanpa mengindahkan protokol kesehatan telah terjadi.

6. Negara Asing Turun Gunung

Kejadian tragis di India ini membuat beberapa negara memutuskan untuk mengirimkan bantuan. Negara-negara seperti Jerman, Singapura, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Rusia, dan Amerika Serikat (AS) telah mengirimkan suplai oksigen yang sangat penting bagi pengobatan pasien yang sudah kesulitan bernafas.

Lebih lanjut, AS menyatakan siap mengirimkan beberapa dosis vaksin AstraZeneca yang belum dipakai bersama denganbat antiviral remdesivir, alat pelindung diri, tes, dan tim ahli.

Tak hanya negara yang akur dengannya, China yang notabenenya merupakan rival India soal konflik perbatasan, juga menawarkan bantuan bagi negara yang sedang kesulitan itu.

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China pada Kamis (22/4/2021) mengumumkan bahwa mereka akan memberikan bantuan semaksimal mungkin untukIndiayang sedang mengalami lonjakan infeksi Covid-19 yang sangat besar.

"China sadar bahwa epidemi diIndiatelah parah baru-baru ini, dan ada kekurangan sementara bahan yang diperlukan untuk pencegahan epidemi," kata Wang Wenbin, juru bicara kementerian luar negeri.dikutip Reuters.

"China bersedia memberikan dukungan dan bantuan yang diperlukan," kata Wang, tanpa memberikan rincian tentang apa saja bantuan tersebut.

7. Kata WHO

Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO Tedros AdhanomGhebreyesus menyatakan keprihatinannya mendengar situasi penyebaran Covid-19 di India yang telah membuat fasilitas kesehatan negara itu ambruk dan suplai oksigen serta obat-obatan yang menipis.

"Situasi di India sangat memilukan," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan sebagaimana dikutip AFP Selasa (27/4/2021).

Lonjakan dalam beberapa hari terakhir telah melihat keluarga pasien turun ke media sosial untuk meminta pasokan oksigen dan lokasi tempat tidur rumah sakit yang tersedia, dan telah memaksa ibu kota New Delhi untuk memperpanjang penguncian selama seminggu.

"WHO melakukan segala yang kami bisa, menyediakan peralatan dan pasokan penting," kata Tedros.

Dia mengatakan, badan kesehatan PBB itu antara lain mengirimkan "ribuan konsentrator oksigen, rumah sakit lapangan bergerak prefabrikasi dan persediaan laboratorium".

WHO juga mengatakan telah memindahkan lebih dari 2.600 ahli dari berbagai program, termasuk polio dan tuberkulosis, untuk bekerja dengan otoritas kesehatanIndiaguna membantu menanggapi pandemi.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular