Pertamina Targetkan Produksi Green Diesel Hingga 100 Ribu BPH

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
26 April 2021 13:55
Pertamina Uji Coba Green Diesel di Kilang Cilacap (Dok. Pertamina)
Foto: Pertamina Uji Coba Green Diesel di Kilang Cilacap (Dok. Pertamina)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) menargetkan bisa memproduksi green diesel (D100) hingga mencapai 100 ribu barel per hari (bph).

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pihaknya akan mengoptimalkan beberapa kilang perseroan yang ada saat ini untuk merealisasikan target tersebut. Namun memang, menurutnya diperlukan investasi tambahan agar bisa mencapai target tersebut.

Beberapa kilang yang akan dimodifikasi beberapa unitnya untuk mengolah green diesel ini antara lain Kilang Plaju (Sumatera Selatan), Kilang Cilacap (Jawa Tengah), Kilang Dumai (Riau), dan juga Kilang Balikpapan (Kalimantan Timur).

Dia mengatakan, saat ini Kilang Dumai telah memproduksi 1.000 barel per hari(bph) D100 dan tahun ini akan ada penambahan dari Kilang Cilacap sebesar 3.000 bph. D100 merupakan diesel berbasis minyak sawit yang langsung diolah di kilang minyak perseroan.

"Kalau bicara target pemerintah jadi Biodiesel 40% (B40) di mana 30%-nya berasal dari FAME (Fatty Acid Methyl Ester) dan 10%-nya dari D100, maka perlu 100.000 bph campuran itu," ujarnya dalam CNBC Indonesia Energy Conference: Membedah Urgensi RUU Energi Baru dan Terbarukan, Senin (26/04/2021).

Pada Juli 2021 mendatang, produksi D100 menurutnya akan mencapai 4.000 bph.

Seperti diketahui, semula pemerintah menargetkan akan memberlakukan program B40 pada tahun ini, namun akhirnya urung dilaksanakan tahun ini. Adapun komposisi B40 terdiri dari B30 sebesar 90% dan D100 sebesar 10%.

"Oleh karena itu, kita ekspor dulu (D100). Ternyata demand di luar (negeri) luar biasa. Karena kapasitas yang dihasilkan Juli besok 4.000 bph, kita sekarang ekspor dulu," jelasnya.

Lebih lanjut Nicke mengatakan hal terpenting saat ini adalah ketika akan beranjak ke B40 atau bahkan B50, maka pasokan minyak sawit atau pun turunannya harus bisa berkelanjutan (sustainable). Namun sayangnya, Nicke berpandangan pasokan dari Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) atau turunan minyak sawit ini masih belum berkelanjutan.

"Tahun ini pasokan yang diberikan FAME lebih rendah dari tahun lalu, ini yang perlu juga kesepakatan bersama, kalau kita mau dorong bioenergi. Pasokan dari hulu harus sustain," tegasnya.

Menurut Nicke, keandalan pasokan tidak hanya dari sisi volume, tapi juga dari sisi harga, terutama karena produk akhir harga bioenergi sudah dipatok oleh pemerintah.

"Sehingga bagaimana jaminan tidak hanya jaminan volume tapi juga ada jaminan keekonomian. Ada komitmen industri kelapa sawit, jaminan pasokan dan volume yang sustain dan affordability. Pertamina, kita komit," tegasnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kenapa Swasta Nggak Minat Investasi di Kilang BBM RI?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular