
Xi Jinping Bakal Ketemu Biden, AS-China Mau Damai Soal Ini!

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden China Xi Jinping akan bertemu pertama kalinya dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. Ini terjadi pasca China mengonfirmasi kehadiran Xi dalam KTT iklim virtual yang diselenggarakan AS minggu ini.
"Presiden China Xi Jinping akan menghadiri KTT iklim virtual Presiden AS Joe Biden," kata Beijing, Rabu (21/4/2021).
Sebelumnya, Biden mengundang 40 pemimpin negara termasuk Xi dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Hari Bumi. Ini menandai bergabungnya lagi AS memerangi perubahan iklim setelah pengabaian Donald Trump saat berkuasa.
Hal tersebut terjadi setelah utusan iklim dari kedua negara telah bertemu di Shanghai, China, dan berjanji untuk bekerja sama dalam masalah mendesak perubahan iklim. Xi juga dikatakan akan memberikan pidato penting di pertemuan itu.
Hubungan AS dan China sendiri masih tetap panas, terutama soal Laut China Selatan (LCS). Bahkan pada Jumat (16/4/2021) lalu, AS dan Jepang menjalin kerjasama untuk melawan China.
Biden resmi membuat aliansi dengan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga secara langsung di Gedung Putih.Kedua pemimpin tersebut membahas serangkaian masalah geopolitik dalam sebuah pernyataan bersama, termasuk pentingnya perdamaian dan stabilitas Selat Taiwan yang sedang ditekan oleh militer China.
Biden dan Suga juga membicarakan peningkatan gerakan militer China di dekat Taiwan, pengetatan cengkeramannya di Hong Kong dan tindakan keras terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.Suga mengatakan dia dan Biden sepakat tentang perlunya diskusi terbuka dengan China dalam konteks aktivitas Beijing di kawasan Indo-Pasifik.
Pertemuan Biden dan Suga terjadi hanya beberapa hari setelah China mengirim 25 pesawat, termasuk pesawat tempur dan pembom berkemampuan nuklir, ke dekat Taiwan. China menganggap Taipe sebagai provinsi yang bandel.
Menanggapi pertemuan ini,Kedutaan Besar China di Washington mengatakan Beijing dengan tegas menentang pernyataan bersama tersebut,. Taiwan, Hong Kong, dan Xinjiang, kata China, adalah urusan dalam negeri China.
"(Pernyataan itu) benar-benar melampaui cakupan perkembangan normal hubungan bilateral, dan merugikan kepentingan pihak ketiga serta perdamaian dan stabilitas di Asia-Pasifik," kata kedutaan.
Langkah itu juga dianggap menjadi upaya untuk memecah wilayah. China berujar hal itu pasti akan berlanjut dengan tujuan merugikan orang lain dan berakhir dengan merugikan diri sendiri.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Xi Jinping Beri Kejutan Besar, Apa Kata Biden?
