RI Bebas Impor BBM dan LPG di 2030, yang Bener Nih?

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
20 April 2021 16:35
TOPIK_MAJU MUNDUR BBM
Foto: Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memiliki target yang cukup ambisius dalam hal ketahanan energi. Pada 2030 mendatang, pemerintah menargetkan tak ada lagi impor bahan bakar minyak (BBM) maupun LPG.

Hal tersebut dikemukakan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif usai mengikuti sidang kabinet paripurna dengan topik pembahasan Dewan Energi Nasional (DEN) di Istana Negara, kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.

"Dalam strategi energi nasional ini, kita rencanakan 2030 itu kita tidak lagi impor BBM dan diupayakan juga tidak impor LPG," kata Arifin, Selasa (20/4/2021).

Arifin mengakui bahwa dalam sidang paripurna, DEN telah menyampaikan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait proyeksi peningkatan permintaan energi untuk jangka panjang. Sementara itu, sumber daya di dalam negeri pun tak mencukupi.

"Kemudian juga masih ada impor BBM dan LPG," katanya.

Beberapa waktu lalu, DEN telah membeberkan cara agar Indonesia bisa terbebas dari jeratan impor energi. Salah satunya, dengan mendorong pemanfaatan sumber energi lainnya, termasuk energi baru terbarukan (EBT) di saat bersamaan.

Berdasarkan data PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), pada 2020 impor LPG RI bahkan mencapai 6,4 juta metrik ton (MT) dan impor BBM sebesar 111,8 juta barel.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor minyak dan gas bumi (migas) pada Maret 2021 melonjak 74,74% (month to month) menjadi US$ 2,28 miliar dari US$ 1,30 miliar pada Februari 2021.

Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year on year/ yoy), impor migas pada Maret 2021 ini naik 41,87% dari US$ 1,61 miliar pada Maret 2020.

Berdasarkan data BPS, peningkatan nilai impor migas ini disebabkan oleh bertambahnya nilai impor minyak mentah sebesar 239,9% atau sebesar US$ 532,8 juta dan hasil minyak naik 58,61% atau US$ 448,7 juta.

Secara rinci, impor migas pada Maret 2021 ini terbesar berasal dari impor hasil minyak, yakni naik 58,61% menjadi US$ 1,21 miliar dari US$ 765,6 juta pada Februari 2021.

Dari sisi volume, lonjakan impor terbesar terjadi pada diesel, tepatnya jenis High Speed Diesel (HSD) yakni meningkat 83,82% menjadi 283,59 ribu ton pada Maret 2021 dibandingkan Februari 2021 yang sebesar 154,28 ribu ton pada Februari 2021.

Sementara impor Pertamax atau bensin dengan nilai oktan (Research Octane Number/ RON) di atas 90 hingga 97 pada Maret 2021 mengalami peningkatan 54,87% menjadi 700,84 ribu ton dari 452,53 ribu ton pada Februari 2021.

Sedangkan impor bensin dengan RON 88 atau Premium naik 50,98% menjadi 622,12 ribu ton dari 412,05 ribu ton pada Februari 2021.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lantik Anggota DEN, Menteri ESDM Soroti Beban Impor Minyak RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular