
Simak, Sederet Jurus Menteri ESDM Tekan Impor Minyak-LPG

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia masih punya pekerjaan rumah di sektor energi, yakni impor minyak dan liquefied petroleum gas (LPG) yang masih tinggi. Kondisi ini bahkan berdampak pada lebarnya defisit transaksi berjalan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan pihaknya sedang menyusun beberapa strategi untuk menekan impor minyak dan LPG, di antaranya meningkatkan produksi minyak mentah dengan target 1 juta barel per hari (bph) pada 2030 mendatang.
"Untuk hadapi tantangan tersebut (impor energi), kita sedang menyusun beberapa strategi, antara lain tingkatkan produksi crude (minyak mentah) dengan target 1 juta barel per hari pada tahun 2030," ungkapnya dalam pelantikan anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Jumat (08/01/2021).
Dia melanjutkan, strategi lainnya yakni meningkatkan kapasitas kilang bahan bakar minyak (BBM), mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi, meningkatkan penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).
Kemudian, imbuhnya, mempercepat pemanfaatan pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT), meningkatkan pembangunan jaringan gas kota (jargas), mendorong pemanfaatan kompor listrik, dan mengembangkan produksi dimethyl ether (DME), metanol, pupuk dari syngas.
"Juga membangun transmisi gas dan liquefied natural gas (LNG) receiving terminal, membangun transmisi dan distribusi listrik, smart grid, pembangkit off grid, dan membangun PLTN skala kecil," jelasnya.
Hal senada sebelumnya disampaikan oleh Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji. Menurutnya, pemerintah akan melakukan sejumlah upaya untuk menangkal lonjakan konsumsi BBM dan LPG.
Pertama, yaitu melalui peningkatan produksi minyak dan kedua yaitu melalui pengalihan gas untuk kebutuhan domestik.
Khusus untuk gas, menurutnya pemerintah kini tengah menjalankan program pengembangan jaringan pipa gas (jargas). Tutuka menyebut, sampai tahun ini sudah ada lebih dari 500 ribu sambungan rumah tangga yang terpasang pipa gas. Dengan demikian, ini bisa mengurangi pemakaian LPG yang saat ini semakin melesat impornya.
Seperti diketahui, pemerintah sebelumnya memperkirakan konsumsi LPG akan terus melesat setiap tahunnya dan pada 2024 diperkirakan akan menyentuh 11,98 juta ton dari perkiraan 8,81 juta ton pada 2020. Namun produksi diperkirakan stagnan pada 1,97 juta ton per tahun, sehingga peningkatan impor menjadi tak terelakkan.
Pemerintah memperkirakan impor LPG pada 2024 mencapai 10,01 juta ton dari 2020 sekitar 6,84 juta ton.
"Program jargas ini akan ditingkatkan dua kali lipat, sehingga diharapkan bisa mengurangi impor LPG signifikan," paparnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Senin (21/12/2020).
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lantik Anggota DEN, Menteri ESDM Soroti Beban Impor Minyak RI
